Monthly Archives: July 2011

Pantun dan Syair Nasehat Perkawinan oleh M.Rakib LPMP Riau 2011

Jangan memuji, laki-laki lain,

Walaupun maksudnya, bermain-main.

Apakah yang lajang, maupun sudah kawin,

Di hadapan suami, sang pemimpin.

 

             Suami tidak memuji, wanita cantik,

    Di hadapan istri, yang melirik.

Akan berakibat, tidak baik,

   Keharmonisan, akan terusik.

 

Jangan membanding-bandingkan suami,

Dalam pendapatan, ekonomi.

Lain orang, lain rezeki,

Sudah takdir, dari Ilahi.

 

            Membanding-bandingkan itu, suatu aib,

              Suami istri, hendaklah tertib.

Harga diri suami, jangan diungkit,

         Karena dapat, mengundang penyakit.

 

Jangan diungkit, kesalahan yang lalu,

Karena menimbulkan, rasa malu.

Seperti diiris, dengan sembilu,

Buanglah saja, dianggap tidak perlu.

 

           Orang tua sekedar, memberi nasehat,

Yang ringan jangan, diperberat,

               Ikut campur, mendatangkan mudharat,

    Solusinya ialah agama, diperkuat.

 

Jangan menyebut, nama mertua,

Kecuali jelas, keperluannya.

Bukan bermaksud, melanggar etika,

Karena mertua, orang bertuah.

 

         Mertua yang baik,seperti keramat,

Kepadanya, wajiblah hormat.

        Sopan santun, membawa rahmat,

      Rezekipun datang, berlipat-lipat.

 

Apabila murah rezeki,

Bayarlah zakat, berkali-kali.

Berbulan madu, boleh ke Bali,

Ebaiknya umroh, memantapkan hati.

 

             Bersntuhan dengan mertua, tidak batal wudhuk,

             Begitu dekatnya, silarrahim terbentuk.

    Seperti orang tua kandung, yang tawadhuk,

      Membentengi anaknya, dari hal yang buruk.

 

Jangan diterima, masuk ke rumah,

Orang yang suami, tidak suka.

Baik laki-laki, maupun wanita,

Terutama kaetika, suami tiada.

 

           Orang yang tidak, disukai suami,

Jangan sampai, diberi hati,

Begitu tuntunan, dari Ilahi,

      Agar terpelihara, silaturrahmi.

 

Jangan menggunakan, ilmu pekasih,

Melalui paranormal, yang tidak salih,

Dengan jampi-jampi, sekapur sirih,

Cukuplah berdoa, cara terpilih.

 

              Ilmu pekasih, yang paling tinggi,

           Mengamalkan, tuntunan Ilahi,

         Salat tahajud, di malam hari,

     Selalu membaca, kitab suci.

PERBEDAAN ANTAR ADAGIUM HUKUM M.Rakib LPMP Riau 2011

A.Perbedaan Adagium  Ushul Fiqh dengan Fiqh

Sebagaimana dalam pembahasan tentang definisi Ushul Fiqh di atas, terdapat perbedaan makna etimologi antara kata ‘usul’ dan kata ‘fiqh’. Perbedaan lebih konkrit dalam makna terminologinya dapat dipaparkan sebagai berikut :
a. Ilmu Ushul Fiqh merupakan dasar-dasar bagi usaha istinbath hukum, yakni menggali hukum-hukum dari sumber-sumbernya. Oleh itu, setiap mujtahid wajib mengetahui betul-betul ilmu Ushul Fiqh. Ini tak lain kerana tujuan ilmu ini adalah untuk mengimplementasikan kaedah-kaedah Ushul Fiqh terhadap dalil-dalil terperinci yang mengandung hukum-hukum cabang di dalamnya. Dengan demikian, kajian Ushul Fiqh sesungguhnya terfokus pada kompetensi orang-orang tertentu saja kerana tidak semua orang dapat mengkaji serta mengimplementasikannya

 

.Hal ini berbeda dengan kajian ilmu fiqh.  Jika ilmu Ushul Fiqh mesti diketahui oleh seseorang mujtahaid, maka ilmu fiqh harus dipahami oleh mukallaf (orang-orang yang dikenakan beban hukum) secara keseluruhan. Ini kerana ilmu fiqh merupakan kajian tentang ketentuan hukum bagi setiap perbuatan manusia. Dengan ketentuan hukum inilah beragam perdebatan dan persengketaan di kalangan masyarakat dapat dielakkan.
b. Pembahasan Ushul Fiqh berkenaan dengan dalil-dalil syar‘i yang bersifat global (كلي). Ia bertujuan untuk membuat rumusan kaedah-kaedah yang mempunyai fungsi memudahkan pemahaman terhadap hukum-hukum beserta sumber-sumber dalilnya secara terperinci. Sebagai contohnya adalah beberapa kajian seperti berikut :
1) Kajian tentang kedudukan dan tingkatan dalil, baik dalil tersebut mempunyai taraf qath’i (hanya mempunyai satu interpretasi) ataupun dhanni (multi-interpretasi).
2) Kajian tentang indikasi hukum lafadz perintah (الأمر) dan lafadz larangan (النهي) baik dalam al-Qur’an ataupun al-Hadith. Dalam kaitan ini kajian Ushul Fiqh menemukan rumusan bahwa lafadz perintah menunjukkan hukum wajib sedangkan kata larangan menunjukkan hukum haram sejauh tidak ada indikasi (قرينة) yang menyatakan sebaliknya. Oleh itu, kajian ini kemudiannya dapat melahirkan kaedah Ushul Fiqh sebagai berikut :
الأ صل في الأمر يد ل على الوجوب والأصل في النهي يد ل على التحريم
Artinya: “Hukum asal daripada perintah adalah wajib sedangkan hukum asal daripada larangan adalah haram”.
3) Kajian tentang lafadz-lafadz ‘am atau lafadz-lafadz khas baik dalam al-Qur’an maupun al-Hadith. Kajian tentang hal ini kemudian melahirkan kaedah Ushul Fiqh:
العام يتناول جميع أفراده مالم يخصص
Artinya: “Lafadz am itu meliputi semua unit-unit di bawahnya sejauh tidak dikhususkan [ditakhsis] oleh lafadz lain”.
Sedangkan pembahasan dalam fiqh tidaklah demikian. Pembahasan ilmu fiqh adalah berkaitan dengan perbuatan mukallaf. Apakah perbuatan mukallaf itu dihukumi halal atau haram Apakah perbuatan mukallaf itu sah atau batal? Dalam menentukan aspek hukum perbuatan mukallaf tersebut digunakan dalil-dalil terperinci (تفصيلي) berdasarkan pada kaedah-kaedah Ushul Fiqh yang bersifat umum dan global (إجمالي).

PENDAHULUAN Pantun Bangsa Kuli oleh M.Rakib LPMP Riau 2011

Guru adalah pahlawan, tanpa tanda jasa,

                          TKW adalah,  pahlawan  pemasukan devisa,

                       Dunia pendidikan, tidak sudi memandangnya,

               Sekalipun kurikulum, terus berubah,

 

Jumlah pelajaran, terlalu banyak,

Tertinggal sesuatu, yang mendesak,

Yang mubazir, tak dapat dielak,

PR sampai, setinggi tegak.

 

Seharusnya sekolah, punya BLK,

                Yaitu Balai Latihan kerja,

Di  samping labor, yang tersedia,

Pancinglah berbagai, daya cipta.

 

Kalau guru sering disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa, sekalipun gajinya kecil, TKW dan TKI jarang dipandang sebagai manusia terhormat, jika bukan malah dicibirkan. Lihatlah mereka antre di bandara dalam jumlah ratusan yang mau berangkat ke tanah rantau demi sesuap nasi.

Laki-laki dan perempuan sama saja, antre dengan sopan menanti giliran untuk masuk ke ruang tunggu sebelum terbang meninggalkan Tanah Air yang mereka cintai. Di antara mereka ada yang harus meninggalkan anak dan suami, semata-mata karena negeri ini tidak mampu membukakan lapangan kerja buat mereka. Inilah sebuah negeri bak pepatah mengatakan: “Itik berenang dalam air, mati kehausan; ayam bertelur di atas padi, mata kelaparan.”

Kita bisa membayangkan betapa berat perasaan mereka berpisah, tetapi itulah garis retak tangan yang harus dijalaninya. Bangsa ini masih terseok dalam menghidupi rakyatnya sendiri karena perbuatan salah urus dan korupsi telah demikian menggurita dalam tempo yang panjang. Di depan beberapa forum saya sering mengatakan: “Yang lumpuh adalah akal sehat; yang lumpuh adalah hati nurani.” Akal sehat dan hati nurani yang tidak berfungsi inilah sebenarnya yang menjadi pangkal utama mengapa sebagian kita harus mengais rezeki ke bumi lain dengan segala risiko yang harus ditanggung.

Bukan tidak baik mencari penghidupan di negara lain. Tetapi, kalau kita berbicara tentang TKW dan TKI, di situ terlihat sebuah keterpaksaan. Di antara mereka banyak yang beruntung, dapat membangun kehidupan keluarga yang lebih cerah di kampungnya masing-masing setelah pulang, sementara sebagian TKW menjadi korban penindasan dan perkosaan.

Pemerintah kita belum maksimal melindungi mereka yang bernasib malang itu. Itu belum lagi kelakuan sebagian para cukong, domestik atau asing, yang bersikap kasar dan seenaknya saja memperlakukan para pekerja ini. Tidak jarang pula terjadi dalam perjalanan pulang dari rantau, masih ada saja manusia biadab yang merampok harta mereka di bandara atau dalam perjalanan ke desa. Panorama buram ini masih akan berkelanjutan selama para TKW dan TKI ini tidak mendapat perlindungan dan penghormatan wajar sebagai manusia penuh oleh aparat hukum kita.

Mengapa tulisan ini bernada marah ketika membicarakan TKW dan TKI ini? Karena saya memandang mereka sebagai pahlawan devisa yang sangat berjasa, tetapi sering telantar. Mereka turut membantu negara yang masih oleng ini dalam menghadapi banyak masalah keuangan. Data di bawah akan menjelaskan apa yang saya maksud tentang betapa mulianya para pekerja ini bagi kepentingan bangsa.

Harian Republika, 22 Februari 2006, halaman 23, memuat keterangan Wakil Menteri SDM Malaysia, Datuk Abdul Rahman Bakar, tentang triliunan devisa yang masuk ke Indonesia setiap tahun dari para TKW-TKI ini. Ini baru dari negeri jiran. Bagaimana pula dari Arab, Korea, Hong Kong, Eropa, Amerika, dan dari negara lain. Menurut Bakar, pada tahun 2005 saja para pekerja asing telah mentransfer 5 miliar ringgit ke negeri asalnya. Dari sekitar 3 juta pekerja legal atau sebaliknya, 80 persen berasal dari Indonesia.

Jadi, jika dihitung devisa yang masuk tahun lalu ke negeri kita adalah sekitar 80 persen, dikalikan 5 miliar ringgit (sekitar Rp 11,5 triliun), sama dengan Rp 7,6 triliun. Coba bayangkan betapa besarnya sumbangan mereka untuk membantu negara ini dengan cara mereka yang penuh tantangan itu. Berapa triliun pula yang ditransfer oleh TKW-TKI yang bekerja di negara-negara lain, tentu angkanya akan sangat besar.

Tetapi, siapa di antara kita yang memuliakan mereka? Tidak banyak. Dan mereka barangkali juga tidak ingin dimuliakan. Sekiranya mereka dapat perlindungan sebelum berangkat, di tempat kerja, dan setelah pulang ke Tanah Air, itu sudah lebih dari cukup. Sebagai bagian dari rakyat kecil mereka tidak punya angan-angan yang terlalu jauh. Selamat pergi-pulang, sudah merupakan kebahagiaan bagi mereka. Mereka adalah pahlawan devisa yang sebenarnya.

Khusus untuk Malaysia, ada sekitar 2,4 juta TKW-TKI kita yang mencari rezeki di sana. Mereka dikenal sebagai pekerja yang ulet, kompetitif, sekalipun dibayar murah, seperti diakui juga oleh Bakar. Banyak yang berhasil, di samping yang kandas. Sebagai contoh kecil, ada pemilik dua bus mini di Sumpur Kudus yang disopirinya sendiri ke berbagai kota di Sumatra Barat, adalah sebagai hasil dari jerih payahnya selama bekerja sebagai TKI di Malaysia. Tetapi, yang harus terjun ke laut dan berenang ke pantai karena takut ditangkap polisi, juga tidak kurang jumlahnya. Cerita ini saya dengar dari mereka yang mengalami. Hidup memang penuh warna.

Kita tidak boleh memandang enteng terhadap sesama. Mungkin para pekerja ini akan lebih dulu masuk surga tinimbang mereka atau kita yang tidak jelas isi hidupnya.
Sumber: Republika Online, 7 Maret 2006

Posted by I HATE INDON TOO at 11:22 AM

Labels: indon suka makan kutu

PENDAHULUAN Pantun Kerja Keras M.Rakib LPMP Riau 2011

Kalau ingin, menangkap kutu,

          Tunggu berhenti, hujan yang deras.

     Kalau ingin, pendidikan bermutu,

  Tanamkan tekat, bekerja keras.

 

 

Anak ikan, dari Rusia,

Di dalam kaca, seperti berlian.

Kelemahan pendidikan , Indonesia,

Cinta kerja, seperti  dibaikan.

 

      Ada penjahat, siapkan senapang.

          Mereka merampas, di malam hari.

   Ambillah semangat, dari Jepang,

                    Bekerja keras, menjadi hobi.

Mengenal budaya merupakan salah satu kunci penting untuk membina saling pengertian. Untuk tujuan itu, berikut ini disajikan tulisan mengenai beberapa karakter orang Jepang yang dikatakan sebagai ciri khas orang atau masyarakat Jepang, meskipun beberapa di antaranya sudah mengalami perubahan dan tidak begitu terlihat lagi dalam kehidupan modern Jepang. Tulisan ini dimuat secara bersambung, dan artikel ini merupakan seri yang pertama.

 

     Orang perokok, menjual beras,

Di sebelahnya, penjual ikan.

        Kesadaran kelompok kerja keras

          Ditanamkan melalui,  pendidikan.

 

Pada umumnya orang sering menyebutkan bahwa orang Jepang suka bekerja keras, suka berkelompok, dan sebagainya. Begitu asyik dengan pekerjaannya sehingga orang Jepang suka lupa waktu. Di perusahaan-perusahaan kurang terdengar suara keberatan untuk kerja lembur. Hal tersebut didorong oleh rasa tanggung jawab dan semangat kelompok. Orang Jepang pada umumnya cenderung kuat rasa keterikatannya terhadap kelompok di mana dia berada, terutama perusahaan tempat kerjanya. Bilamana perusahaannya menghadapi masalah atau tugas yang mendesak dan harus segera dituntaskan, maka para karyawan merasa terpanggil untuk ikut memikul beban kerja bersama-sama, dengan mengesampingkan kepentingan dan kesenangan pribadinya.

Tentu saja ada peraturan ketenaga-kerjaan yang memberikan batasan terhadap jam kerja, lembur, dll. dan masing-masing perusahaan menentukan aturannya sendiri dalam batasan yang sudah ditetapkan itu. Dewasa ini mulai ada perubahan, bahkan timbul kesadaran, terutama di kalangan karyawan muda, untuk lebih menikmati hidup dengan lebih banyak menyisihkan waktu bagi keluarga dan rekreasi/ hiburan.

Kesadaran kelompok di kalangan orang Jepang konon berakar pada budaya tanam padi di sawah di masa lampau yang harus dikerjakan beramai-ramai, berdasarkan sistem kerjasama berkelompok dan kuatnya ikatan kekeluargaan. Ada keteraturan kerja dalam mengolah sawah, melakukan panen, mengatur pengairan, hingga mengatur komunitas pertanian tempat mereka bermukim. Jiwa berkelompok ini kemudian diperkokoh oleh ajaran Konfusius, yang masuk dari Cina, yang berpegang pada konsep kelompok kekeluargaan.

Dengan latar belakang sejarah demikian, rasa keterikatan (kelompok) karyawan terhadap perusahaan dan rekan kerja makin menjadi kuat dengan adanya apa yang dinamakan “life-time employment“, yakni kebiasaan orang Jepang setia bekerja seumur hidup pada sebuah perusahaan saja. Akan tetapi, akhir-akhir ini makin banyak kaum muda yang enggan terikat pada satu perusahaan; mereka lebih senang berpindah-pindah menurut kehendak hatinya.

Kesetiaan kelompok tidak terbatas di perusahaan atau kantor saja. Bisa saja dalam kelompok klub olahraga, klub kesenian, kelompok ketetanggaan, kelompok kelas di sekolah, kelompok seangkatan di universitas, dll. Orang yang masuk dalam sebuah kelompok, atau memang tergabung dalam sebuah kelompok seperti kelompok ketetanggaan, merasa adalah kewajibannya untuk bertindak seirama dengan kemauan kelompok dan tidak bertindak menonjolkan diri atau lain sendiri karena hal itu akan mengundang rasa kurang senang kelompoknya. Prestasi seorang individu dalam kelompok bukan lagi prestasi pribadi yang bersangkutan tapi menjadi prestasi kelompoknya. Masyarakat Jepang kurang dapat menerima sifat individualisme, apalagi yang mencolok seperti dalam masyarakat Barat. Masyarakat Jepang selalu menjaga keharmonisan dengan kelompok, lingkungan, dan alam.

Pada akhir tahun yang lalu dan dalam bulan Januari di berbagai bioskop di Jakarta diputar film yang berjudul “The Last Samurai”. Semangat bushido dan praktek seppuku adalah dua dari beberapa jiwa ke-jepangan kuno yang ditampilkan dalam film tersebut.

Bushido adalah etika moral bagi kaum samurai. Berasal dari zaman Kamakura (1185-1333), terus berkembang mencapai zaman Edo (1603-1867), bushido menekankan kesetiaan, keadilan, rasa malu, tata-krama, kemurnian, kesederhanaan, semangat berperang, kehormatan, dll. Aspek spiritual sangat dominan dalam falsafah bushido. Meski memang menekankan “kemenangan terhadap pihak lawan”, hal itu tidaklah berarti menang dengan kekuatan fisik. Dalam semangat bushido, seorang samurai diharapkan menjalani pelatihan spiritual guna menaklukkan dirinya sendiri, karena dengan menaklukkan diri sendirilah orang baru dapat menaklukkan orang lain. Kekuatan timbul dari kemenangan dalam disiplin diri. Justru kekuatan yang diperoleh dengan cara inilah yang dapat menaklukkan sekaligus mengundang rasa hormat pihak-pihak lain, sebagai kemantapan spiritual. Perilaku yang halus dianggap merupakan aspek penting dalam mengungkapkan kekuatan spiritual.

Ada banyak persamaan antara semangat ksatria Eropa masa lalu dengan semangat bushido, karena sama-sama mementingkan keberanian, rasa malu, kehormatan, dll. Perbedaannya terletak pada kesetiaan. Hubungan antara seorang satria Eropa dengan bawahan adalah berdasarkan perjanjian sedangkan dalam bushido adalah semata-mata berkat kesetiaan.

Orang-orang di luar Jepang kerap mengasosiasikan semangat bushido dengan praktek seppuku yang tidak pernah dilakukan lagi di zaman modern ini. Seppuku adalah ritual bunuh diri dengan merobek perut sendiri dengan sebilah pedang sebagai bukti rasa tanggung jawab. Mengapa perut ?
Di masa-masa feodal dulu di Jepang, para pendekar perang menganggap perut sebagai tempat bermukimnya jiwa. Jadi pada waktu mereka harus membuktikan rasa tanggung jawab sebagai pendekar atas perbuatannya, mereka lebih memilih melakukan seppuku. Di jaman Edo, seppuku bahkan merupakan bentuk hukuman mati bagi anggota kelas samurai.

Yang bersangkutan melakukan sendiri seppuku, untuk itu disediakan seseorang guna membantu menuntaskan kematian tersebut agar penderitaan tidak berlarut-larut. Dewasa ini seppuku sama sekali tidak dipraktekkan lagi. Kasus terakhir tercatat pada tahun 1970 ketika seorang sastrawan besar Mishima Yukio melakukan bunuh diri dengan cara ini, dan hal itu sangat mengejutkan seluruh negeri Jepang. Di luar Jepang, praktek seppuku lebih dikenal dengan hara-kiri (merobek perut).

Tidak hanya dalam keadaan senang atau gembira orang Jepang tersenyum, dalam keadaan yang memilukan hati pun orang Jepang bisa tersenyum. Sedemikian penting arti senyum orang Jepang sampai-sampai ada buku yang berjudul “The Japanese Smile” yang ditulis oleh Lafcadio Hearn, seorang sastrawan asal Inggris yang tinggal di Jepang dan menjadi warganegara Jepang sejak 1890 sampai 1904.

Seperti juga sikap membungkuk atau bersimpuh memberi hormat, tersenyum juga merupakan sikap untuk menyenangkan dan sekaligus menghormati orang yang diajak bicara atau dihadapi. Sikap demikian adalah wajib bila orang Jepang menghadapi orang tua, atasan, teman, dll., terutama orang yang harus dihormati. Namun orang yang bukan orang Jepang dan belum mengenal budaya Jepang pasti akan terkejut menyaksikan senyum Jepang di tengah duka atau keadaan berat. Hal tersebut pasti mengundang tanda-tanya bahkan salah persepsi.

Sebenarnya sikap tersenyum, terutama di kalangan wanita, merupakan salah satu sikap kendali diri yang sudah berakar dalam kebudayaan Jepang. Perlu diketahui bahwa orang Jepang terbiasa untuk tidak mengungkapkan perasaannya atau emosinya secara ekspresif /jelas. Kalau gembira tidak perlu berteriak atau tertawa lepas meluapkan kegembiraan, dan dalam kesedihan tidak perlu menangis meraung-raung. Pokoknya harus bisa mengendalikan perasaan atau emosi, menekan emosi yang menggebu-gebu, terutama bagi wanita. Emosi baru boleh lepas bebas waktu berlangsung festival, misalnya ketika kelompok-kelompok ramai-ramai menggotong omikoshi (kuil kecil), mereka berteriak-teriak dengan gembira.

Namun, berbagai ciri yang disebutkan di atas tidak mutlak selalu demikian karena sudah banyak terjadi perubahan di kalangan generasi muda Jepang yang bersikap lebih individualis dan ekspresif seperti budaya Barat.

 

Dengan mengetahui berbagai perilaku tersebut, orang dapat lebih mengerti sikap-sikap yang sering terlihat dalam kelompok masyarakat Jepang, film-film Jepang atau yang terkait dengan Jepang.

Koleksi Pantun Nasehat M.Rakib LPMP Riau di Pekanbaru 2011

       Apa tanda,orang yang kebal,
       Tidak mempan,  ditusuk besi.
             Walau senyum,  hukumnya halal,
        Lawan jenis bisa, salah arti.

Melompat riang, si anak kancil,
Kancil terjerat
, salah sendiri.
Sabar dan ikhlas
,  membuahkan hasil,
Hasil d
ikutip,  di akhirat nanti.

  Harum sekuntum, mekar sejambak,
Taman raudhah
,  berpagar intan.
      Pelanggar hukum,  jelas dan tampak.
             Masih ada orang , melakukan pembelaan.

Manusia bicara,  beo meniru,
Ungkapannya  tanpa , perasaan.
Bertasbih bertahmid
,  biar beribu,
Melanggar hukum,  dikutuk  Tuhan.

    Si tukang kayu,  membuat perabot,
Penggali kubur,  menjadi bidan
         Adzan berkumandang,  tiada disahut
         Malaikat menangis, karena kasihan.

Gali lubang , timbun lubang,
Orang  fakir,  berlagak  kaya.
Hutang
bertimbun, keliling pinggang.
Hendak korupsi,  tidak berdaya.

        Apa bergelora,  di  samudra
      Jika tidak , arus  gelombang
Setiap gerak
,  tutur kata.
               Yang Mahaadil, akan menimbang.

Koleksi Pantun Berkasih sayang

   Burung jelatik, burung kedidi,
          Sarang tempua,  sarang berjuntai;
         Sungguhpun cantik,  sutera dipuji,
Belacu juga
,  tahan dipakai.

Berbaju batik bujang kelana,
Duduk bermadah di tilam pandak;
Usah dipetik
, si bunga sena,
Warnanya indah
, berbau tidak.

       Budak-budak , mendayung perahu,
         Ketika  berdayung,  sambil bermain;
Macam mana
,  bunga tak layu,
Bantuan lepas,  di tempat lain.

Cahaya redup, menyegar padi
Ayam berkokok
, mengirai tuah
Jikalau hidup
,  tanpa prestasi,
Umpama
kelapa, tidak berbuah.

      Seri Andalas,  ke kota Ambon,
       Hendak mencari,  asam paya;
   Kasih ibarat,  setetes embun,
     Ditiup angin,  berderailah ia.

Mengapa ribut,  di tepi laut,
Ombak menghempas
,  berderai-derai;
Kusangka tuan
,  beras pulut,
Ketika  ditanak , nasinya berderai.

Nasi dingin, bersayur mumbang,
Sayur dimasak
,  dalam belanga;
Kami tak ingin
,  melihat kumbang,
Kalau kumbang
,  merusak bunga.

Di sana merak , di sini angin,
Merak mana
,  twerbang dikepung;
Di sana hendak di sini pun
ingin,
Orang yang rakus, disepak lambung.

Tuan ketam, padi pulut,
       Saya ketam,  bunga melati.
  Tuan berkata,   di mulut,
        Saya mendengar,  sakit hati.

Dari Padang ke Airtiriis,
Mari dibawa
, angin utara;
Berhadapan saja
,  mulutnya manis,
Tapi di  belakang,  lain bicara.

Berilah raja,  pisau raut,
            Hendak meraut,  bingkai tudung;
              Cita-cita bagaikan,  ikan di laut,
                  Mengidam umpan,  di kaki gunung.

Buah cempedak buah nangka,
Ditanam orang
, dalam kebun;
Haram tidak
, disangka-sangka,
Buah delima
, menjadi racun.

Raja di gua,  jalan ke teluk,
Cantik halus
,  roman mukanya;
Ibarat buah
,  busuk di pokok,
Hilang manis
,  pahit rasanya.

Meninjau , berpadi masak
Batang kapas
,  ditabrak teronton.
Para pendatang,  tertawa gelak,
Putera daerah,  jadi penonton.

                Panjanglah rumput,  di pematang
   Disabit orang, Inderagiri
                      Koruptor memang, akalnya panjang,
       Bisa wisata,  ke luar negeri.

Pergi ke hutan,  memotong nibung
Parangnya tumpul
,  tidak diasah
Petir berdentum
,  kilat bersabung
Hujan tak jadi
, orangnhya basah.

Riuh rendah,  di tepi teluk,
          Lihat orang,  membuat tenunan.
        Tengah malam,  ayam berkokok
                   Serasa kekasih,  yang membangunkan.

Terang bulan,  Ranah Singkuang,
Penyair kecil, duduk menghafal,
Tengah malam, Putri terkenang,
Air mata turun,  keatas  bantal.

Pantun Intisari Pendidikan Karakter Bangsa M.Rakib LPMP Riau di Pekanbaru

Peti  ikan, diikat suasa,

Dibeli oleh, orang asing.

Intisari pendidikan, karakter bangsa,

Memicu kemampuan, daya saing.

 

Derum hanyut, di Teluk meranti,

Bono membanting, di waktu zuhur.

Kurikulum boleh, beganti-ganti,

Tanpa dayasaing, pendidikan hancur.

 

              Bagaimana Putri, dan pengeran asing,

 Indahnya duduk, di singgasana.

   Bagaimana memiliki, dayasaing,

        Lihatlah kegigihan, keturunan Cina.

 

Saat ini tengah gencar-gencarnya membahas tentang pendidikan karakter bangsa. Sehingga dalam pembelajaran sehari-hari para guru dituntut untuk memasukkan muatan pendidikan karakter bangsa.

Masalahnya bagi guru-guru penggerak roda pendidikan yang ada di bawah alias para praktisi ini kurang mendapat sosialisasi. Sehingga banyak diantara mereka yang tidak tahu muatan dari pendidikan karakter bangsa itu meliputi apa saja sih?

Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Kaarakter Bangsa

1. Religius : sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur : Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi : Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin : Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan
5. Kerja Keras : Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya
6. Kreatif : Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri : Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
8. Demokratis : Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain
9. Rasa Ingin Tahu: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10. Semangat Kebangsaan: Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya
11. Cinta Tanah Air : Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.
12. Menghargai Prestasi: Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/Komunikatif: Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta Damai : Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar Membaca: Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli Lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi
17. Peduli Sosial : Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung-jawab : Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
19. Punya daya saing : Sikap ingin selalu unggul, mengantisipasi segala kemungkinan kalah.

20. tidak bisa ditipu  :  Kini para penjahat punya serbu satu daya tipu, baik di dalam maupun di luar negeri.
Semoga dapat bermanfaat dalam penerapan pendidikan karakter bangsa. Sehingga cita-cita untuk menjadi bangsa yang berkarakter mampu berdaya saing segera terwujud.

 

Dokter serius, menginjeksi.
Agar virus, cepat tersingkir.
Karakter religius, bertoleransi,
Seiman jangan, dituduh kafir.

Menangkap tekukur, kucing kurus,
Buaya ditangkap,  di dalam parit.
Orang jujur,telunjuknya lurus,
Orang khianat, kelingking berkait.

Mudik ke hulu, di  sisi batu,
Hanyut buaya, di dua sisi.
Berbeda suku, saling membantu,
Berbeda agama, bertoleransi.

Nanas dijual, di pasar niaga,
Tidak lagi, tampak berduri,
Emas perak, perhiasan dunia,
Sikap disiplin, perhiasan diri.

Ombak di laut meniti buih,
Ombak datang dari seberang;
Bekerja keras, pertanda kasih,
Sepanjang zaman, dikenang orang?

Mengintip dara, memasang pita.
Selendang dipakai, nampak jarang;
Kreatif itu punya, dayacipta,
Sumbangan untuk, semua orang.

Kalau berdiri,  dekat periuk,
Tentu saja, terkena arang;
Sikap mandiri, kelakuan elok,
Ke mana pergi, disayang orang.

Orang Jawa, jadi artis,
Jeketnya dibuat, dari benang;
Pejabat berjiwa, demokratis,
Pemimpin hebat, tetap dikenang.

Orang di hulu, menebang jati,
Orang di darat,  membuat titian.
Karakter ingin tahu,disebut curiosity,
Membuat berbagai, penelitian.

Rebus lokan, panggang lokan,
Lokan terdapat,  di  pulau putri.
Adapun semangat, kebangsaan,
Mementingkan masyarakat,dibandingkan diri..

Padi perak ,dalam ember,
Buahnya merah,dekat kuali.
Karakter cinta, tanah air,
Selalu setia, dan sangat peduli.

Pagi-pagi menanam selasih,
Selasih ditanam di hujung serambi;
Bagailah mana hati tak kasih,
Kerana tuan baik budi.

Yang dikatakan, pandai besi,
Membuat parang, cepat siap.
Yang dikatakan, menghargai prestasi,
Memanfaatkan dengan, cara beradab.

Pasang kelambu, jangan terlambat,
Nyamuk jangan, hinggap di muka.
Yang dikatakan karakter, bersahabat,
Berbagi dalam, suka dan duka.

Orang Dumai, masak menega,
Orang Duri, menuai padi.
Cinta damai, tanpa curiga,
Licin dan licik, tidak terjadi.

Memar pecah, buah kedondong,
Cari yang manis tiada bijinya;
Gemar membaca, pasti beruntung,
Seagala ilmu, itulah kuncinya.

Istri empat, pembantunya enam,
Raja  industri, dari seberang.
Peduli lingkungan, harus ditanam,
Hutan lestari, hiduppun tenang.

Naik kapal, membawa kain,
Kain kasa, dekat sumur.
Peduli sosial, membantu simiskin,
Tandanya bangsa, akan makmur..

Teroris  tiarap, memakai  sorban,
Helykopter, sudah menanti.
Bertanggung jawab, rela berkorban,
Itulah karakter, pahlawan sejati.

Helikopter,  negara asing,
Memasukkan candu, puluhan ton.
Memilki karakter, daya saing,
Jangan hanya, jadi penonton.

Jam beker tidak, di pintu,
Pindahkan saja,dekat peti.
Karakter yang tidak, mudah ditipu.
Selalu curiga, dan harus teliti.

Puas sudah, menanam ubi,
Nanas juga, dari seberang;
Puas sudah,  hidup teliti,
Sempat juga, ditipu orang.

       Anak  Riau, asal Kepri,
Terpaut hatinya, di Payakumbuh.
Hatiku risau,  tidak terperi,
Pendidikan Indonesia, ketinggalan jauh.


Pucuk manis, sambal terasi,
Tukang arit, makan meraba.
Yang manis, bernama prestasi,
Yang pahit, bernama narkoba.

Pucuk palas, si daun palas,
Letakkan saja, di atas lemari.
Bukan malas, sembarang malas.
Orang malas, tak akan mandiri.

Pulau Daik, banyak penyengat.
Pulau Karimun, banyak pegaga;
Kelingking berkait, tetap diingat,
Beribu tahun, dikenang juga.

Pulau Pandan, jauh ke tengah,
Nampak dari, pantai Andalas.
Penipuan terbesar, tentang tanah,
Suratnya berlapis, tiga belas.

Pulau pisang, pulau pauh,
Pasirnya seperti, bintang di langit.
Penipuan yang  datang, dari jauh,
Masuk ke kamar, lewat internet.

Rumah jelek, serambi tak baik,
Ikan tenggiri, di dalam dulang;
Wajah jelek, prestasi baik,
Intelektual tinggi, dipuja orang.

Sapu tangan,  berbunga hijau,
Paduka membeli, pada  Yahudi;
Luka di tangan, karena pisau,
Luka bangsa, karena korupsi.

Sapu tangan, jatuh ke laut,
Dimakan oleh, ikan buntal.
Amboi berat, dosa disebut,
Menyembah Setan, demi jabatan.

Pinggiran muara, tidak berbukit,
Banyak bukit, di Tanjung Karang;
Korupsimu tuan, bukan sedikit,
Bisa dimakan, milyaran orang.

Si hidung bengkok, licin dan licik.
Si gigi jarang, suka berkorban.
Kalau ada , penemuan yang baik,
Harus segera, anda patenkan.

Pesawat terbang,mesinnya besi,
Melayang-layang, di atas laut.
Semua sekolah,punya prestasi,
Masyarakat harus, ikut menyambut.

Semenjak Cina, mengexport keladi,
Talas dan ubi, jadi merana.
Semenjak Palestina, dijajah Yahudi,
Teroris tumbuh, di mana-mana.

Ulat bulu , baru menyerang,
Pohon mangga, di banyak negeri.
Dari dahulu, sampai sekarang,
Indonesia kaya, energi mentari.

Di Jawa, Lapindo berlumpur,
Di Aceh, gempa bergetar.
Hati gundah, rasa terhibur,
Indonesia banyak, orang pintar.

Ada penjahat, memanjat dinding,
Tikus dan cecak, terus berbunyi.
Perlahan-lahan, dalam berunding,
Bisa berdebat, pandai melobi.

Kesenangan sultan, rebus keladi,
Keladi tumbuh,  tepi telaga;
Jutaan penipuan, sudah terjadi,
Orang yang bodoh, tertipu juga.

Ikat pedati, di dekat sampan,
Sampan dibuat , banyak ruang.
Pejabat mati, karena perempuan,
Pengusaha mati, karena uang.

Sarang penyengat, jatuh ke motor,
Nampak seperti, bunga melati;
Bila teringat, bertebarnya koruptor,
Elok diterapkan, hukuman mati.

Tenang-tenang, air di laut,
Sampan nelayan, berisi terasi,
Pornografi, dan suka mencarut,
Jadi hiburan, preman berdasi.

Daerah palas, gilang-gumilang,
Banyak lilin,  di pinggir tebat.
Karakter pemalas, manakan hilang,
Tanpa disiplin, yang sangat ketat..

Ikan patin, gulai kelapa,
Hendak dijual, ketika menugal.
Tuan miskin, tidak mengapa,
Asalkan ibadah, jangan tinggal.

Ubi banyak, bermacam ubi,
Ubi ketela, sedang terjerang.
Lobi banyak, bermacam lobi.
Lobi Yahudi, ditakuti orang?

Pantun Dayacita M.Rakib LPMP Riau di Pekanbaru

Ribu-ribu, jalan ke Kandis
Landak jua, membawa geliga.
Wahai bangsaku, jangan menangis.
Pendidikan kita kurang, dayacipta.

Kakekku asalnya, Bukittinggi,
Merantau sampai, pulau seberang.
Kurikulum selalu, ditangisi.
Ijazah punya, badan terbuang.

Selasih, di tebing tinggi,
Kalau tinggi, berdaun jangan.
Begitu banyak, Perguruan Tinggi,
Banyak pula,pelaku kejahatan.

Pisang kelat, digonggong elang.
Jatuh ke lubuk, Inderagiri.
Dayacipta, diperlukan  orang,
Pendidikan harus, memotivasi.

Baju baru, pengantin baru.
Dijahit oleh, tukang pilihan.
Menciptakan, sesuatu yang baru,
Memerlukan percobaan, gila-gilaan.

Coba dibeli, ikan panggang.
Makan petang , di tepi tebat.
Jika pandai, Indonesia berdagang,
Cina dan Jepang, jadi sahabat.

Kajang raja, kajang berlipat,
Kajang hamba, mengkuang layu.
TKW Indonesia, mendapat tempat,
Pendidkannya, rendah terlalu.

Bengis sungguh, orang pangkalan
Lalu-lalang, perahu dihalang,
Menangis sarjana, sepanjang jalan.
Lamaran kerja, ditolak orang.

PANTUN “EDS ‘’DAN SYAIR EVALUASI SEKOLAH

       By  Drs.Muhammad Rakib Jamari,S.H.,M.A.

WIDYAISWARA LPMP PROVINSI RIAU DI PEKANBARU

 

EDS itu , sekolah mengevaluasi diri,

Jangan ada, yang dibohongi.

Seberapa kemampuan, yang dimiliki,

Sejelek apapun, harus diakui.

 

Tujuan EDS, memperbaiki,

Melalui alat, evaluasi.

Mengkur kenerja, saat ini.

Agar peningkatan, terus terjadi.

 

Mutu pendidikan, dipetakan,

Supaya tahu kelebihan, kekurangan.

Di masa depan, beratnya tantangan,

Peluang harus, dimanfaatkan.

 

Nilai-nilai EDS, adalah kejujuran,

Topeng kemunafikan, disingkirkan.

Lihatlah langsung, ke lapangan,

Bukti fisik harus, diperlihatkan.

 

Hasil observasi, dan wawancara,

Termasuk cara, mengumpulkan data.

Cross cheq dari, berbagai arah.

Informasi didapat, yang salah.

 

Manfaat EDS, penting dan indah,

Seberapa baik, sebuah sekolah.

Bagaimana mengatasi, berbagai masalah,

Transparansi keuangan, tiada salah.

 

Berangkat dari, bukti fisik,

Pada sekolah, yang dilirik.

Indikator kunci, jangan diusik,

Dipaakai dengan, cara yang baik.

 

EDS itu, evaluasi internal,

Yang akan diperbaiki, harus dikenal.

Indikator capaian, seakan hafal,

Diulang-ulang, tak pernah kesal.

 

Tidak mungkin anda, akan gamang,

Karena kriterianya, jelas dan terang.

Dianalisis dengan, fikiran cemerlang,

Hati yang risau, menjadi tenang.

 

 

Bukti fisik, harus dilihat,

Dokumen satu, sah dan tepat.

SPM, SNP. harus diingat,

Jadi acuan, setiap saat.

 

 

Pantun ialah puisi lama yang terikat oleh syarat-syarat tertentu (jumlah baris, jumlah suku kata, kata, persajakan, dan isi). Ciri-ciri pantun adalah. a. Pantun terdiri dari sejumlah baris yang selalu genap yang merupakan satu
Pantun memang bisa masuk kedalam segala lini kehidupan, seperti yang saya ceritakan dalam tulisan Mengenal Tuah Pantun Melayu. Pantun dalam segala aspek kehidupan itu
Puisi mengenal pantun Pita Audio.

PANTUN Pantun adalah puisi Melayu asli yang cukup mengakar dan membudaya dalam masyarakat. Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama.Masyarakat Sunda masa lampau telah mengenal wayang golek pantun. Ironisnya, wayang ini dalam kondisi koma seusai ditinggal wafat Somah Dimyati, dalang sekaligus penciptanya, dua tahun silam, belum ada dalang yang bisa memainkan wayang Orang Cocos di Sabah yang majoritasnya terdapat di daerah Tawau dan Lahad Datu mengenal pantun yang dinamakan selong.barang, misalnaya:

Siapa mengenal Allah,

 suruh dan tegahnya tiada ia mengalah.”.

 

Barangsiapa mengenal, tahulah dia kesamaan sedikit, antara Pantun dan Soneta , yaitu sama sama-sama, mempunyai sampiran atau pengantar dan isi, sedangkan syair langsung ke isinya, empat baris, tanpa sampiran. Itulah kesimpulan media pembelajaran bahasa dan sastra indonesia.

Walaupun sudah mengenal universitas,masih berdagang di rumah sendiri. Berkelahi cara Melayu Menikam dengan pantun Menyanggah dengan senyum Marahnya dengan diam. For example, the pantun which concerns responsibility: ”Apalah tanda batang dedap.” Mengenal Pelalawan Aneka Istilah Budaya, Permainan Rakyat, Peralatan, Makanan Khas.

Pantun untuk pembaca walau tak kenal ucapan kuberi kalau ke sini, ke Pekanbaru-Riau, berlibur silakan  ke rumah, sehingga mengenal diri masing-masing. Mungkin kita punya kesaamaan hobi.
Untuk anak kelas saru SD sudah boleh disuruh menghafal satu buah  pantun saja, misalnaya: MARI MEMBACA PANTUN; INI BUAH APA? JUS BUAH-BUAHAN; Buah dan Isi Buah; Mari Mengenal Buah-buahan; JOM NYANYI KAWAN-KAWAN!! Pendidikan Prasekolah; Keperluan Asas anak-anak. Mengenal pantun: Pantun merupakan salah satu sastra lisan yang banyak dikenal di Nusantara. Misalnya, di Sumatra di kenal pantun, di Jawa terkenal sebagai Parikan, di Sunda dikenal sebagai Paparikan.

Mengenal Pantun Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dikenal dalam bahasa-bahasa Nusantara. Dalam bahasa Jawa, misalnya, tidak ada budaya yang tidak mengenal pantun. Pantun bagi orang Melayu. merupakan falsafah hidup yang lebih diekspresikan sebagai ungkapan perasaan yang paling dalam kepada lawan bicara dengan harapan dapat reaksi yang lebih baik. Bahan-bahan ini adalah khusus buat rujukan para peserta bengkel pantun.

Latihan yang mudah untuk anda lakukan ada saya selipkan dalam slaid-slaid tayangan power point. Semoga anda akan mendapat yuk kita belajar mengenal pantun. Pantun adalah salah satu jenis puisi lama yang sudah dikenal dalam bahasa-bahasa nusantara. pantun mulanya dikenal dalam bentuk lisan tapi sekarang kita banyak menemukan pantun dalam bentuk lisan. Bangsa Indonesia: mengenal pantun.

Pantun adalah puisi Melayu asli yang cukup mengakar dan membudaya dalam masyarakat. Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama. Lazimnya pantun terdiri atas empat Siapa sih yang tidak mengenal pantun apalagi pantun jenaka dan lucu pasti semua pernah mendengar entah itu melalui acara humor di televisi atau dari buku. Kali ini penulis  ingin berbagi sedikit tentang kumpulan pantun EDS (Evaluasi Diri Sekolah).

Jika pasarnya, buih  di parit,

Di musim hujan, membuat riau.

Jika dasarnya, benih benih yang baik,

Jatuh ke laut, menjadi pulau.

 

Hotel ini, Grand Permata,

Selalu digulir,penataran.

Kalau memiliki, dayacipta,

Pasir sebutir, menjadi intan.

 

Jika boleh, meminta-minta,

Berilah hamba, emas segantang.

 Jika Indonesia punya, dayacipta,

Dilemparkan ke udara, menjadi bintang.