Monthly Archives: December 2009

Pengumuman di Makam Sa’ad bin Abi Waqash

Apabila anda pergi ke makam Sa’ad bin Abi Waqash maka akan anda dapati pengumuman berikut.

Papan Petunjuk Ke MAkam Sa’ad bin Abi Waqash

Catatan Perjalanan Sahabat Nabi

Ini merupakan catatan Salah seorang sahabat nabi Muhammad saw yagn bernama Sa’ad bin Abi Waqash di Guang Zou – China.

Muslim China

Ini merupakan gambar seorang muslim China.

Seorang muslim China pada abad ke 7 yang yang berada di Guang Zou.

Be Loyal to The Nation

The Chinese Animal Symbol

This is the Chinese Animal Symbol

::The End::

KORUPSI PARA BUPATI

Dari 41 bupati yang tersandung kasus korupsi, Bupati Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Syaukani Hassan Rais, paling fenomenal. Bupati dari kabupaten terkaya di Indonesia ini di¬dakwa 4 kasus dugaan korupsi dengan nilai total kerugian negara mencapai Rp 120 miliar.

Angka yang didakwakan Jaksa Penuntut Umum di Pengadilan Tipikor itu sebenarnya lebih rendah dari yang diduga selama ini. Berdasarkan data yang dikumpulkan Indonesian Corruption Watch (ICW) per 20 September 2007, Syaukani diduga melakukan korupsi dengan taksiran angka kerugian negara mencapai Rp 2,1 triliun.

Kasus pertama Syaukani adalah menandatangani surat ke¬putusan pembagian uang perangsang atas penghasilan daerah dari migas. Kasus kedua adalah penunjukan langsung proyek FS Bandara Kutai Kartanegara.

Kasus ketiga adalah penyelewengan dana pembangunan bandara dalam APBD 2004 dan kasus keempat adalah menyelewengkan dana kesejahteraan rakyat dalam APBD 2005.

Bagaimana dengan bupati-bupati lain yang masuk daftar ICW? Karena sebagian masih berstatus dalam penyelidikan atau hanya sebagai saksi, maka tak diketahui dugaan kerugian negara yang diakibatkannya.

Berikut daftar bupati-bupati beserta status hukum dan dugaan nilai korupsi yang dilakukan berdasarkan data yang diolah Indone¬sian Corruption Watch (ICW):

1. Bupati Pandeglang, Banten, Achmad Dimiyati Nataku¬sumah. Achmad diduga terlibat kasus korupsi APBD Pandeglang tahun 2002 pada pembebasan tanah untuk lahan parkir Karangsari, Kecamatan Lahuhan, dengan nilai Rp 3,5 miliar. Achmad diperiksa Kejati Banten sebagai saksi.

2. Bupati Bone Bolango, Gorontalo, Ismet Mile, diizinkan SBY diperiksa sebagai tersangka kasus korupsi pembangun¬an fasilitas penunjang objek wisata Lombongo, yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga tahun 2003. Ia juga diduga menggunakan sisa ABT (Anggaran Biaya Tam¬bahan) APBD 2003 dan penggunaan DAK (Dana Alokasi Khusus) non-reboisasi 2004, serta pembagian dana APBD 2004.

3. Bupati Sarolangun, Jambi, Muhammad Madel, diduga terlibat korupsi pembangunan dermaga ponton Rp 3,5 miliar. Kasus ditangani Kejati Jambi.

Pantun Asimilasi

Ini merupakan buku yang ke sepuluh dari Bapak Drs.M.Rakib. S.H., M.Ag

MOTTO

Campuran warna pada pelangi,
Bergabung dengan awan berarak
Pembauran Cina dengan pribumi,
Menguntungan kedua belah pihak

Tida ada gading yang tidak retak, demikian pula buku ini penuh dengan kelemahan-kelemahan, untuk itu penyusun memohon saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan buku ini.

KATA PENGANTAR

Assimilasi poem, atau Pantun Pembauran, mengetengahkan tentang indahnya karakter Cina WNI dan indahnya hubungan dengan pribumi. Lebih-lebih lagi ketika sudah terjadi asimilasi dan kawn campur. Tulisan ini disusun disaat penulis akan menyelesaikan studi pada Program doktor (S.3) pada Universitas Islam Negeri (UIN) Suska Pekanbaru – Riau, 2009, jurusan Hukum Islam.
Menurut analisis penulis akibat tidak adanya asimilasi, Bangsa Arab terusir dari Spanyol tahun 1492 Masehi. Akibat tidak adanya asimilasi itulah makanya Yahudi terusir dari Mesir oleh Fir’aun, akibat tidak ada asimilasi jugalah, Yahudi dibantai oleh Hitler di Jerman tahun 1942. akibat tidak ada asimilasi juga terjadi saling membantai di Ambon 1999 – 2002.
Kesimpulannya, tanpa asimilasi Cina – Pribumi, segala issu sensitif akan berpotensi konflik berdarah, terutama issu skandal korupsi yang sangat besar justru dilakukan oleh Cina WNI. Ikutilah tulisan ini selanjutnya, mudah-mudahan memberikan wawasan baru kepada pembaca.

Pekanbaru, Nopember 2009

Drs. Muhammad Rakib, S.H., M.Ag

KATA PENGANTAR

Robert Tantular, Cina WNI, 2009 melarikan uang Rp. 6,7 Trilyun, Edy Tanzil sebelumnya Rp. 1,3 Trilyun Lim Swie Liong dan ribuan nama Cina WNI lainnya merupakan pelaku korupsi yang paling handal, licik, cerdik dan munafik. Disamping itu ada pula yang sudah berasimilasi, bahkan melakukan Islamisasi, misalnya Muhammad Syafi’i Antonio, Prof. Hembing, dan Mas Agung.
Penyerapan Islam dalam budaya Cina antara lain pada nama-nama sepeti, Mo, Mai, dan Mu adalah hasil adaptasi dari nama-nama Muhammad, Mustafa, dan Masoud. Begitu juga Ha untuk Hasan, Hu untuk Husain, dan Sai untuk Said.
Harmonisasi hubungan Muslim dengan komunitas lain mulai retak pada saat Dinasti Ching (1644-1911) berkuasa. Dia seorang Manchu, bukan Han, dan merupakan minoritas di Cina. Konflik sengaja dibangun antara kelompok Muslim, Han, Tibet, dan Mongolia. Kebencian terhadap Muslim dikobar¬kan. Banyak Muslim dibantai dan hanya sedikit yang selamat.
Saat ini, pemerintah Cina masih bersikap keras terhadap kelompok Muslim dari etnis Uighur yang dianggap dipenga¬ruhi gerakan separatis Afghanistan.
Jumlah Muslim Cina saat ini tercatat sebanyak 20 juta jiwa atau 1,4 persen dari seluruh populasi. Terdapat 35 ribu ; masjid dan 45 ribu imam di Cina. Mereka di bawah pengawasan pemerintah pusat. (Sumber: (http://www. mualaf. com/)
Ada satu pengalaman yang sangat menarik dari seorang Cina WNI yang bernama :
Pek Kim Lioe, (Putri Wong Kam Fu) : Tergugah Acara MTQ Nasional.

Tertarik Pada Islam, beliau menyatakan :
Suatu ketika saya bersama suami nonton televisi mengenai Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ yang disiarkan langsung dari kota Pontianak (Kalbar). Saat acara berlangsung, kami menatap dengan penuh perhatian. Kami berdua membisu. Tiba-tiba saya terkejut mendengar suami saya bertanya, “Leo¬ni, bagaimana kalau kita masuk Islam?” Pertanyaan yang tiba-tiba ini membuat saya kaget. Saya langsung membisu sambil menatapnya. Pertanyaan suami saya itu memang sudah lama saya tunggu. Saya sangat mendambakan per-tanyaan itu terlontar.
Pertanyaan ini terasa memberikan kedamaian. Ada kese¬jukan dalam batin ini. Sesungguhnya sudah lama saya merin¬dukan sebuah kedamaian. Sebelumnya, saya pernah merasa¬kan kedamaian ketika mendengarkan alunan suara azan magrib dan subuh dari sebuah masjid yang berada tak jauh dari tempat tinggal saya. Alunan suara yang memanggil orang Islam untuk segera sholat ini, sering membuat saya resah. Saya berusaha secara diam-diam mencari rahasia apa yang sesung-guhnya ada di balik suara yang menggetarkan hati saya itu. Tanpa diketahui suami, saya mulai mempelajari buku-buku agama Islam yang saya beli diam-diam. Terkadang, tanpa rasa malu dan sungkan saya datangi tokoh-tokoh agama di kampung, dan bertanya berbagai hal yang berkaitan dengan Islam. Buku ini banyak terinspirasi dari tulisan Drs. Diyadi, MT Mengapa etnis Tionghoa memilih Islam?. Kemudian digandingkan dengan buku lain, tentang korupsi dan asimilasi.

BAB I

KORUPSI DI MASA LALU

  1. A. Melalui Sogok [1]

Naik taksi, ke Rokan Hulu,

Tanjakan berkelok, di hujan lebat

Korupsi Cina WNI, dimasa lalu,

Dengan menyogok, para pejabat


Singapor dahulu, berbatu tajam,

Diambil untuk penggiling rujak

Koruptor itu sangatlah kejam,

Hak rakyat dibelenggu dan dinjak-injak [2]

Membuang beha, di malam gelap,

di desa bernama, Tanjung Berulak

Bagaimana pengusaha, tidak menyuap

penegak hukum, tak pernah menolak

Polisi tidur, di tengah malam,

Menghambat jalan segala arah

Korupsi menimbulkan bencana alam,

Malaikat, pencatat geram marah

Sebatang pinsil, di tanah duri,

Ditangkap raja, di tengah jalan

Edy Tanzil, mendewakan materi,

2                                                                                                                                                             3

Ratusan juta rakyat dirugikan,[3]

Beternak  keong, di tanah liat,

Makanannya sayur, campur terasi

Lim Swie Liong mengambil tanah rakyat,

Petani sawit berdemonstrasi

Apabila harta, dipertuhankan,

Segala carapun, dihalalkan

Rela bersahabat dengan setan

Anak dan isteripun bisa dikorbankan

Malaikat Maut, tidak bisa disogok,

Keadilan abadi, dihari esok

Kekuatan iman, yang paling pokok,

Beragama tidak, berolok-olok

Pejabat banyak yang berperilaku busuk, [4]

Dapat uang, selalu menyuruk

Rumah besar, berkasur empuk,

Ekonomi rakyat, menjadi terpuruk

Korupsi penyebab utama kemiskinan,

Ditambah pula mubazirnya pendidikan

Diajarkan teori tanpa keterampilan,

Tamat SMA menjadi pengangguran

  1. B. Dikotomi pribumi Cina [5]

Keturunan Cina dan pribumi

Jangan sampai dikotomi

Buang semua, iri dan dengki

Melalui pembauran asimilasi

Kawin campur, Cina Melayu

Menghilangkan sentimen antar suku,

Berbagi kekayaan, bertukar ilmu,

Aman dan damai, setiap waktu

Untuk apa belajar bahasa Indonesia,

Menghabiskan uang, berjuta-juta

Cukuplah membaca di pustaka

pelajari sendiri kalau memang berguna

Apa manfaatnya bagiku,

Hal ini, diungkapkan selalu

Rasa mengantuk, cepat berlalu,

Mendapatkan sesuatu yang bermutu

Tinggalkan belajar sejarah,

Kalau sampai tidak terarah

Ambil saja yang mengandung hikmah,

Intisari yang paling indah

Intisari pendidikan ialah keseimbangan,

Antara ilmu dan keterampilan,

Mampu mengubah sekat lingkungan

Menciptakan lapangan pekerjaan

Setelah punya keterampilan tinggi [6]

Jiwa berkorban harus dimiliki

Hidup dalam budi pekerti

4                                                                                                                                                             5

WNI dan Pribumi, saling menyayangi

Para koruptor berpendidikan tinggi,

Hebat menipu, pandai melobi

Merekayasa berbagai kuitansi

Demi kekayaan diri pribadi

Ada agama dijadikan topeng,

Agar menipu, mudah dan enteng

Ketinggian moral, dipinggirkan ke samping

Dalam waktu singkat, sudah terguling

Korupsi berasal dari rusaknya jiwa,[7]

Tidak meresapnya, ajaran agama

Rakus terhadap kemewahan dunia

Menggunakan kesempatan apa yang ada

Tersebut pula kisah lemak babi,

Cacing pitanya banyak sekali

Pemakan bangkai dihutan dan dikali

Binatang najis banyak yang menggemari

Seharusnya babi itu lambang koruptor

Suka kepada yang kotor-kotor

Nafsu makannya tak pernah kendor,

6                                                                                                                                                             7

Cacing pitanya ribuan ekor

  1. C. Kongkalikong dengan pribumi [8]

Anehnya kaktus, di samudera,

Hanyut bersama biawak Komodo

Anehnya kasus. Bibit dan Candra

Disogok Cina bernama Anggodo

Dimana tumbuhnya bunga Raflesia,

Kalau tidak di dalam guha

Dari mana datangnya mafia Indonesia

Kalau tidak dari keturunan Tionghoa


Sejarah anti korupsi sangat menyedihkan, [9]

Selalu saja menemui kegagalan

Mafia bekerja sangat cekatan

Mengunakan dollar dan wanita panggilan

Setiap korupsi yang dilakukan

Dibelakangnya ada perempuan

Menggunakan kecantikan dan rayuan

Setiap yang dirayu akan kesetanan

Begitu gencarnya suap menyuap

Membuat pejabat bermata gelap

Menjadi kaya dalam waktu sekejap,

Sampai berani berbuat khilap

Sesuatu yang paling tidak lazim,

Ahli hukum divonis hakim

Ilmuan yang alim, berbuat zalim

Masuk penjara setiap musim

8                                                                                                                                                             9

Tersebut Mulyana Wira Kusuma, [10]

Melakukan korupsi secara bersama-sama

Semua ahli hukum terkesima,

Seorang idola tersandung masalah

Akibat persaingan tidak sehat,

Banyak pribadi menjadi nekat

Baik pengemis, maupun pejabat

Akhir menjadi orang khianat

Korupsi bisa dilakukan Pak Haji, [11] Pergi ke Makkah hati tidak suci

Uang masyarakat, justru untuk pribadi

Bergelimang dengan perbuatan keji

Itulah haji yang tidak mabrur,

Tingkat moralnya semakin mundur,

Punya harta tidak bersyukur,

Diberi amanah justru takabur

Cina WNI, ke gunung Kawi,

Memberi sesajian kepada Dewa Dewi,

Tumbal apapun akan diberi,

Asalkan kekayaan segera dimiliki

Kekayaan semu, sangat menipu,

Mereka memilih jalan keliru,

Memelihara tuyul, tidak malu-malu,

Diperbudak hantu, dikendalikan nafsu

Ada korupsi akibat tuntutan istri [12]

Merasa dirinya, seperti bidadari

Menuntut rumah besar, paling asri

Seperti istana di luar negeri

Ada pula karena tuntutan anak,

Pesta besar, paling semarak,

Bangga dengan jabatan sang Bapak,

Akhirnya hutang berserak-serak

Ada korupsi karena tetangga,

Ingin hidup saling membangga

Persaingan tidak sehat, telah melanda

Kesempatan menyeleweng selalu terbuka

10                                                                                                                                                           11

12                                                                                                                                                           13

inilah tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang, bangas Tionghoa meminta rezeki sesuai dengan ucapan mereka pada setiap perayaan mereka. Yaitu, kata-kata Gong Xi Fa Chai artinya semoga cepat kaya. Karena Tuhan mereka adalah uang. (My God is Money)

BAB II

CINA WNI YANG ISLAMI

  1. A. Akibat Asimilasi [13]

Susah ditangkap, ketam betina,

Dikejar sedikit, sudah menyelam

Hilang kecemburuan kepada Islam,

Apabila telah masuk Islam

Tembilahan di hilir Indragiri,

Tidak jauh lagi, dari Singapur

Pertumpahan darah tidak ada lagi,

Jika terjadi, asimilasi dan kawin campur

Masuknya Islam ke Cina, indah sekali, [14]

Tahun enam ratus lima puluh masehi,

Delapan tahun, setelah wafatnya nabi,

Di daerah Kanton, pertama sekali

Tuntutlah ilmu, sampai ke Cina,

Begitulah Nabim pernah bersabda,

Kertas dan keramik, Cina yang punya,

Kerja kerasnya sangat berguna

Orang Cina sangat teliti,

Daya ciptanya tinggi sekali

Rajin dan hemat patut dipuji,

Bangsa Arab patut mempelajari

Assimilasi, Melayu dan Tionghoa,

Mencengangkan penduduk dunia

Tionghoa merasa keturunan dewa-dewa

Mau berbaur dengan rakyat jelata

Sejak kecil sudah didoktrin,

Siapa masuk Islam, pasti miskin

Dibuang oleh keluarga dan pemimpin

Dianggap sial yang bukan main-main

14                                                                                                                                                           15

Siapa yang disunat, dianggap sial [15]

Di masa lalu menjadi soal

Tetapi ketika menggunakan akal

Banyak penyakit dapat ditangkal

Cina dan Islam betemu di perdagangan,[16]

Hidup ini saling memerlukan

Walaupun berbeda dalam keyakinan,

Tetapi komunikasi tetap berjalan

Sahabat Nabi yang paling tangkas,

Bernama Sa’ad bin Abi Waqqas,

Masuk ke Cina dengan bebas,

Diterima masyarakat secara luas

Islam datang membawa pengetahuan,

Mempererat tali persaudaraan

Dalam keimanan tidak ada paksaan

Orang yang cerdas akan tertawan

Cina WNI, tidak ada yang dipaksa, [17]

Memilih Islam dengan suka rela

Mereka tahu, untung ruginya,

Bertanggung jawab setiap masa

Kalau hidayah sudah datang,

Suku apapun, merasa tertantang,

Ketika merasa mendapatkan peluang,

Tidak seorangpun dapat menghalang,

Awalnya mereka menyembah Thaghut,

Sejenis patung, tidak berambut,

Dongeng nenek moyang sambut menyambut,

Katanya menyampaikan segala maksud

  1. B. Akibat pencarian kebenaran

Tidak puas dengan agama lama,

Banyak yang mencoba berbalik arah,

Awalnya Islam dipandang rendah,

Kini pandangannya menjadi berubah

Disangka Islam penyebab kemiskinan,

Rela hidup dalam kehinaan

Prasangka itu tidak lama bertahan,

Ditemukan mutiara di dalam lautan

Mutiara itu adadi  dalam al-Qur’an,[18]

Itulah tauhid, meng-Esakan Tuhan,

Menyembah patung, jangan dikerjakan,

Roh nenek moyang jangan diberi sesajian

Akibat pencarian, hakekat kebenaran,

Harus mengalami berbagai penderitaan,

Kalau sabar menghadapi cobaan,

Kepuasan batin, akan ditentukan

16                                                                                                                                                           17

Kebencian terhadap Islam,[19] Keturunan Cina, merasa malu,

Setelah pindah agama barulah tahu,

Menjauhi syirik sangatlah perlu

Mencari uang dengan jalan pintas,

Diharamkan agama sangatlah jelas,

Jauh dari minuman keras

Tidak boleh peras memeras

Keturuan Cina bersungguh-sungguh

Dalam bekerja tidak mengeluh

Ketika menemukan Islam tempat berlabuh,

Hatinya yang keras menjadi tunduk dan lurus

Banyak penjahat keluar masuk penjara,

Berbuat jahat, tak jera-jera

Tiba-tiba tobat dengan segera

Menemukan Islam tidak terduga

Di penjara banyak perampok,

Banyak oknum penerima sogok,

Agama dibuat berolok-olok

Sampai menemukan tauhid ajaran pokok

  1. C. Akibat memilih Islam

Cina masuk Islam menerima akibat,

Dikucilkan dari kaum kerabat,

Membuat keimanan semakin kuat,

18                                                                                                                                                           19

Merasa mendapat pilihan yang tepat

Masuk Islam secara kebetulan, [20]

Tanpa niat yang disengajakan,

Tidak ada yang mampu meramalkan,

Rahasianya ada di tangan Tuhan

Sang Adi Budha dikenal Cina,

Tidak punya ayah bunda,

Tidak pula pernah menjelma,

Itulah Dia Tuhan yang Esa

Orang Cina memakai jilbab,

Mirip dengan wanita Arab,

Walau tertutup cantiknya tetap,

Indah dipandang dan ditatap.

Menutup aurat wanita yang sopan,

Sehingga laki-laki merasa segan,

Pakaian lambang wanita sopan,

Kehormatannya harus dipertahankan

Apabila sudah masuk Islam,

Hati gelisah menjadi tentram,

Buruk sangka menjadi padam,

Kecemburuan sosial dapat diredam.

20                                                                                                                                                           21

Dahulu masuk Islam dikucilkan, [21] Ditambah pula takut berkhitan,

Ditakut-takuti dengan kemiskinan

Akan hidup dalam berbagai kesusahan

Cina WNI, ketika naik haji,

Merasakan sebagai muslim sejati,

Dijalani dengan sepenuh hati,

Bebagai pengalaman bebagi rezeki

Persaingan sehat terus terjadi,

Lepas dari iri dan dengki

Tiada penghinaan terhadap pribumi

Hidup cerdas saling menyayangi

Cina mempunyai kecerdasan financial,

Rendah pendidikan tidak jadi soal,

Ada yang jujur ada yang nakal,

Percaya dengan para peramal.

Cina percaya kepada angka-angka

Ada yang hoki ada yang celaka

Diwarisi sebagai benda pusaka

Ilmu fengsui mereka suka

Warna kebruntungannya ialah merah,

Merahnya pekat seperti darah,

Agar kehidupan menjadi cerah

Nenek moyangnya pernah mendapat tuah

Cina membenci anga tiga belas,

Banyak kecelakaan sangat memelas,

Angka ini pasti dilepas,

Baik di hotel, maupun di masyarakat luas

Cina menghindari angka  empat

Mengundang sial sepanjang hayat,

Ada yang sakit ada yang wafat

Berdasarkan pengalaman yang akurat

Jangan berumah model tusuk sate,

Tumbukan jalan bukan sepele,

Mengundang kecelakaan pagi dan sore,

Cuma mampu membeli tahu dan tempe

Itulah catatan nenek moyang Cina

Kebanyakan mereka sangat percaya

Pantang larang selalu dijaga

Belajar dari pengalaman lama

22                                                                                                                                                           23

Inilah Klenteng tempat peribadatan etnis Cina yang di dalamnya terdapat permainan catur, sebagai falsafah hitam dan putih, artinya memakan atau dimakan, orang yang tidak mau memakan temannya maka dia akan dimakan oleh temannya. Sesuai dengan politik Michael Velly dan Politik Thomas Hoebus “Homo homonilupus” artinya manusia merupakan serigala (pemakan temannya) bagi manusia lain.

24                                                                                                                                                           25

BAB III

ASSIMILASI CINA DAN PRIBUMI

  1. A. Pembauran

Assimilasi artinya pembauran,[22]

Dalam bidang budaya dan perkawinan

Menghilangkan segala kecemburuan

Antara orang yang berbeda keturunan

Pribumi disebut juga putra daerah,

Tanahnya luas disegala arah,

Kurang berjuang selalu pasrah,

Dalam besaing selalu kalah

Pembauran itu diwajibkan Tuhan,[23]

Saling mencintai sesama insan

Berbagi rezeki dan kelebihan,

Berbuat dengan ikhlas dan ketulusan

Sulitnya meninggalkan perbuatan-perbuatan haram,

Seakan dunia menjadi karam,

Karena untungnya besar da dalam,

Selama ini larut tenggelam

Cina WNI tidak takut disunat,[24] Ketika jiwanya tertanam minat,

Resiko kecil, tak dapat menghambat,

Islam dipilih, sangatlah tepat.

Ternyata disunat itu tidak sakit,

Hanya nyeri saja sedikit,

Menghilangkan berbagai penyakit,

Dunia terasa tidaklah sempit

Jalan menuju Islam berliku-liku,[25]

Bagi orang-orang tertentu,

Lebih-lebih lagi yang beragama Kong Hu Chu

Mendengar kata Islam langsung menggerutu.

Agama Islam disangka sangat berat,

Lancau yang mulus, harus dikerat,

Ditambah pula kewajiban shalat,

Jika banyak harta, harus zakat.

26                                                                                                                                                           27

Islam dirasakan seperti cahaya,[26]

Bagi kelompok etnis Tionghoa

Mendapatkan tauhid mentramkan jiwa,

Modal besar, dalam berusaha.

Islam sudah masuk ke Tiongkok

Dari kota sampai pelosok,

Pindah agama menjadi masalah pokok,

Banyak membuat orangtua shock

Beragama bukanlah rutinitas,[27]

Sujud dan rukuk yang tidak jelas,

Tapi membangun jiwa yang ikhlas,

Jiwa terang hidupun puas

Islam mengajarkan saling menghargai,

Berbeda agama tetap dihormati,

Tidak boleh saling mencaci,

Sesama makhluk ciptaan Ilahi

  1. B. Perubahan nama Cina WNI

Mengubah nama banyak tujuannya [28]

Bisa mengubah suasana lama,

Dapat untuk menipu dengan leluasa

Tergantung niat para pemakainya

Masuk Islam gara-gara buku,

Karena mendapatkan bacaan bermutu,

Hatinya gelap ternyata berpintu,

Takdir Allah, sudah begitu

28                                                                                                                                                           29

Persatuan Islam Tionghoa Indonesia [29]

Asimilasi yang sangat sempurna

Etnis pribumi tidak lagi dihina,

Semua pihak dapat dibina

Ketika merasakan Islam jalan terbaik,

Cina WNI, mulai tertarik,

Sentuhan rohani sangat mengelitik,

Banyak Tionghoa sudah melirik,

Islam adalah dunia terindah, [30]

Bagi anak-anak dan orang dewasa,

Begitu pendapat sebahagian etnis Tionghoa,

Ketika kebenaran, tertancap dihatinya

30                                                                                                                                                           31

Orang Cina berbakat bisnis [31]

Punya cara-cara strategis,

Tajam naluri dibidang ekonomi,

Kuat imannya, secara agamis.

Tidak sedikit agamanya berpindah-pindah

Kekosongan rohani memberi celah

Di bidang ekonomi waktunya tersita,

Tidak mengenal pencipta semesta.

Apabila hati sedang bergejolak,

Pindah agama hatinya tergerak,

Bertindak sama, hati dan otak,

Agama yang benar mesti dilacak

Cina WNI dapat menerima Islam

Melalui penelitian yang sangat dalam

Berdebat terus siang dan malam

Terbit cahaya hilanglah kelam

Agama Islam sangatlah lezat, [32]

Menyelenggarakan ibadat sangatlah nikmat,

Semua perbuatan penuh hikmat,

Hati tenang jiwapun hebat

Kong Huchu kurang jelas Tuhannya

Kurang lengkap sebagai agama

Sebanarnya hanya adat budaya,

Berbeda sedikit dengan agama Budha

32                                                                                                                                                           33
  1. C. Kekuatan logika Cina – Cina sebelum Muslim

Sungguh populer budaya Tionghoa,

Ada sesajen, setiap masa

Arwah leluhur selalu dijaga,

Diasapi dengan berbagai dupa

Roh yang sudah mati, perlu makanan

Kepercayaan Tionghoa setiap zaman

Dengan akal sangatlah berntangan

Ajaran Islam dapat memberikan pencerahan.  [33]

Mencari kebenaran tidak bisa dibendung,

Apapun risiko akan ditanggung,

Masalah agama orang mudah tersinggung,

Baik di kota maupun di kampung

Keluar dari Islam disebut murtadin,

Orang masuk Islam disebut Muhtadin,

Tuntuan nurani tidak bisa dibikin-bikin,

Yang menentangnya disebut kafirin

Mengerjakan shalat, tidaklah berat,

Bagi orang Timur dan orang Barat,

Karena tidak memerlukan alat,

Dapat dibuat disemua tempat.

Disunat  ketika bermur delapan hari,

Kebiasaan banyak para nabi,

Diwariskan sampai ke hari ini,

Hikmahnya sudah jelas terbukti

Nabi Isa hanya untuk Bangsa Israel,

Yang selalu berbuat yang ganjil-ganjil,

Orangnya cerdas, tapi degil,

Cerdik dan lisik sepeti kancil

Tidak semua Cina beragama Budha,

Yang Katholik ada juga,

Konghucu sebagai agama Budaya,

Terhadap Islam selalu curiga

Ilmu Perbandingan Agama, untuk wawasan,

Diperlukan oleh cendikiawan,

Supaya jangan fanatik, tanpa alasan

Bisa menghargai yang tidak seiman

Perbandingan Agama ilmu yang hebat,

Dalam kehidupan sangat bermanfaat,

Menyangkut kepercayaan seluruh umat,

Supaya jangan saling khianat

34                                                                                                                                                           35

Umat Islam perlu belajar Injil,

Pada awalnya terasa ganjil,

Banyak pernyataan yang mustahil,

Ada yang mudah untuk diambil

Pelajari juga agama Budha

Melalui kitab bernama Triopitaka

Di dalamnya ada Pancasila,

Hukum dasar telah tertera

Coba telaah, agama Hindu,

Hukum karma yang berlaku,

Kitab Weda sejak dahulu,

Banyak nasehat yang sangat perlu

Pelajar pula agama Katholik,

Bunda Maria sangat simpatik,

Ada biarawati yang sangat menarik,

Tidak menikah walaupun cantik

Baca pula sejarah Konghucu

Filsafat Cina di masa lalu,

Ada sesajian setiap waktu,

Percaya roh nenek moyang dapat membantu

Kalau belajar tentang Protestan

Martin Luther yang mendirikan,

Dengan Katholik bersimpang jalan,

Pendetanya boleh melakukan pernikahan

36                                                                                                                                                           37

Inilah dua Predator yang menggunakan kecerdikan dan kelicikan untuk menerkam mangsanya. Yang dalam keadaan lalai dan lemah.

Sesuai dengan politik San Yang dari Cina menyatakan sebagai berikut : “Jika penguasa ingin mudah memerintah, buatlah masyarakat menjad bingung dan rakyat dibuat menjadi lemah. Sehingga kekausaan yang dipegang pemerintah akan lestari selamalamanya”.

BAB IV

ETNIS TIONGHOA PUNYA PERASAAN SUPERIOR

  1. A. Merasa lebih unggul

Etnis Tonghoa punya jiwa superior,

Dalam berdagang tidak pernah tekor,

Percaya dirinya sangat tersohor,

Di depan bersahabat, di belakang meneror

Dalam jiwa Cina adanya perasaan superior, inklusif dan in group feeling (perasaan ke dalam kelompoknya) yang kental diantara sesama etnis Tionghoa yang justru semakin membuka gap antar etnis Tionghoa dan Warga Pribumi asli.

Hal ini berbeda dengan warga negara keturunan Arab yang sudah terintegrasi dan berasimilasi dengan warga Indo­nesia. Salah satu faktor perekat antara orang Arab warga Indo­nesia dengan warga pribumi asli adalah kesamaan agama sehingga tidak mengalami kesulitan beradaptasi, akulturasi, dan berasimilasi.

40                                                                                                                                                           41

Sebab dalam konsep Islam saudara sesungguhnya adalah apabila sama-sama beragama Islam. Melalui buku inilah, penulis mencoba mengangkat suka duka warga Tionghoa menjadi muallaf. Mudah-mudahan warga Indonesia umum­nya yang beragama Islam khususnya mendukung dan mene­rima dengan baik masuknya etnis Tionghoa dalam hidayah Allah menjadi muallaf dan menjadi bagian dari bangsa Indonesia.

Dengan masuknya etnis Tionghoa ke dalam Islam dan menjadi saudara kita seiman, dan seagama, maka tidak ada lagi istilah “kita” dan “mereka”. Mereka sama-sama hamba Allah sama-sama umat Islam yang harus dipupuk terus ukhuwah Islamiyahnya.

Bukankah rasul SAW, bersabda bahwa umat Islam itu ber­saudara bagaikan satu tubuh, jika salah satu bagian tubuh ini sakit, maka anggota badan yang lainnya ikut merasa sakit.

Di dunia ini banyak agama selain Islam, yang juga banyak dianut oleh manusia. Lantas kita akan bertanya-tanya yang manakah dari agama-agama itu yang sebenarnya diridhai atau datang dari Allah Swt Tuhan Pencipta Alam Semesta.

Saat kita hidup di dunia ini, maka kita dapat saja dengan bebas memilih agama-agama lain selain Islam, adalah agama kepercayaan Khong Hu Chu, dan agama-agama lain seperti Budha, Hindu, Katholik dan Protestan. Kita selama di dunia ini bebas memilih agama-agama itu sepenuhnya ada pada diri kita sendiri yang sesuai menurut keyakinan dan keimanan kita.

Namun sesungguhnya agama yang sah dan diridhoi disisi Allah Tuhan Semesta Alam adalah agama Islam. Artinya pilihan tersebut adalah pilihan yang keliru, dan orang tersebut akan sangat merugi bila sampai memilih agama selain Islam, apalagi bila sampai mati tidak dalam keadaan tidak Islam, maka ia akan termasuk orang-orang yang merugi karena segala amral ibadahnya selama di dunia akan ditolak Allah Swt. dan ia menjadi kekal dibakar di dalam api neraka. Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt, dalam al-Qur’an :

`tBur Æ÷tGö;tƒ uŽöxî ÄN»n=ó™M}$# $YYƒÏŠ `n=sù Ÿ@t6ø)ムçm÷YÏB uqèdur ’Îû ÍotÅzFy$# z`ÏB z`ƒÌÅ¡»y‚ø9$# ÇÑÎÈ

Artinya     :    Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-­kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (Q.S. A.li ‘Imran : 85)

Umat Islam dapat menjadi teladan dan contoh bagi umat lain dalam melaksanakan ibadah dengan taat. Sebab bagaimana umat lain mau tertarik dengan Islam, kalau pemeluknya sendiri melanggar atau tidak melaksanakan ajaran Islam. Pada bagian ini penulis akan memaparkan hal-hal yang mendorong umat Non Muslim menjadi Muslim (muallaf).

Segala makhluk bergantung kepada-Nya. Manusia, Jin dan Malaikat hanya boleh berdoa dan meminta pertolongan kepada-Nya. Hanya Dia yang berhak mengampuni dosa dan menerima taubat atau memaafkan dosa seseorang. Hal ini tidak pernah diwakilkan-Nya kepada manusia baik Nabi apalagi kyai. Dan Dia jugalah yang mempunyai hak prerogatif memberikan hidayah kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, sementara manusia tidak terkecuali para Rasul dan Nabi hanya menyampaikan amanah, sedangkan petunjuk (hidayah) keislaman ada di “tangan” Allah swt.

Hanya Allah Swt, yang patut disembah, hanya Dia yang pantas dimana kepala kita sujud (rata sama tanah), karena Dia Maha Sombong, Maha Raja dan Maha Perkasa. Janganlah kita menyembah patung-patung buatan manusia sendiri yang dianggap sebagai simbol para dewa atau penjelmaan Dewa tertentu yang harus diberi sesajen buah-buahan, dimandikan, dan diberi pakaian. Aneh bukan? Untuk membersihkan diri mereka sendiri saja patung-patung dewa itu harus dimandi­kan umatnya mengapa harus disembah. Bahkan patung berhala itu sama sekali tidak bisa membuat seekor lalat pun.

  1. B. Merasa punya daya cipta

$yg•ƒr’¯»tƒ â¨$¨Z9$# z>ΎàÑ ×@sWtB (#qãèÏJtGó™$$sù ÿ¼ã&s! 4 žcÎ) šúïÏ%©!$# šcqããô‰s? `ÏB Èbrߊ «!$# `s9 (#qà)è=øƒs† $\/$t/èŒ Èqs9ur (#qãèyJtGô_$# ¼çms9 ( bÎ)ur ãNåkö:è=ó¡o„ Ü>$t/—%!$# $\«ø‹x© žw çnrä‹É)ZtFó¡o„ çm÷YÏB 4 y#ãè|Ê Ü=Ï9$©Ü9$# Ü>qè=ôÜyJø9$#ur ÇÐÌÈ

42                                                                                                                                                           43

Artinya     :    Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu sembah selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan. jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali, dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah pulalah yang disembah. (QS. Al-Hajj : 73)

Allah Swt, menegaskan bahwa jika seseorang membuat patung atau menyembah patung sebenarnya orang tersebut telah terperdaya oleh tipu daya setan (thagut) dan amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. Lemah karena berhala itu tidak dapat mengabulkan doa dan membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi umat yang menyembahnya.

Orang yang menyembah patung buatan manusia adalah manusia yang imannya sangat lemah dan cenderung menjadi kufur atau syirik sebab menduakan/menyekutukan Tuhan dengan makhluk ciptaannya sendiri. Pada bagian lain, Allah Swt, juga berfirman :

¨bÎ) tûïÏ%©!$# šcqããô‰s? `ÏB Èbrߊ «!$# îŠ$t6Ïã öNà6ä9$sWøBr& ( öNèdqãã÷Š$$sù (#qç6‹ÉftGó¡uŠù=sù óOà6s9 bÎ) óOçFZä. tûüÏ%ω»|¹ ÇÊÒÍÈ

Artinya       :    Sesungguhnya berhala-berhala (patung) yang kamu seru selain Allah itu adalah makhluk (yang lemah) yang serupa juga dengan kamu. Maka serulah berhala-berhala itu lalu biarkanlah mereka memperkenankan permintaanmu, jika kamu memang orang orang yang benar (Q.S. al-A’raaf : 194 )

Allah Swt lah yang berhak disebut dan disembah sebagai Tuhan Pencipta dan Pemelihara alam semesta ini (Allahu ra­bbul’alamin). Jadi sangat jelas sekali perbedaan konsep ketu­hanan antara Islam dengan agama-agama lain, walaupun sama­-sama mengakui sebagai agama wahyu atau agarna langit (agama samawi) sekalipun.

Sebagaimana telah penulis singgung pada Prakata bahwa Islam tidak membeda-bedakan suku, derajat atau kedudukan seseorang disisi Allah semata-mata karena kemuliaan Allah Swt saja

Superior artinya merasa unggul,

Semua tindakan dianggap betul,

Para pembantu, selalu dipukul,

Kekayaan besar, harus dikumpul

Imferior artinya rendah diri,

Dimiliki oleh pribumi,

Ingin berbuat tidak berani,

Betindak sangatr berhati-hati

Putra daerah selalu merasa takut,

Hidup manja sangat penurut,

Para pendatang segera menggarut,

Berbuat yang patut dan tidak patut

Pribumi biasanya terlalu sopan,

Tingginya kemalasan dan rasa segan,

Tanah yang luas ditelantarkan,

Akhirnya terjual perlahan-lahan

  1. C. Merasa punya sejarah besar

Banyak kisah sedih dan lucu, terjadi sebelum orang-orang bersahadat yaitu : sebelum Islam masuk, Sumber-sumber Cina (T’ionghoa) menyebutkan, tahun 1275 kaisar Cina (T’ionghoa) tidak lagi menerima upeti dari San-Fo-Tsi (Sriwijaya), tetapi dari Sa­Wen-Ta-La (Samudera) (Ambary, 1990).

44                                                                                                                                                           45

Hal ini dipertegas kesaksian Marcopolo yang pada tahun 1292 berkunjung ke Samudera Pasai. Ia mengatakan, Raja Samudera Pasai tunduk pada kekuasaan Cina (Tionghoa), namun tidak dapat bayar upeti karena jauhnya jarak untuk sampai ke Cina (Tionghoa) (edisi Francis: 1865&1989). Kede­katan hubungan Cina (Tionghoa)-Nusantara berlanjut saat orang-orang Arab yang ada di Cina (Tionghoa) dan orang-orang Cina (Tionghoa) yang masuk Islam datang menyebarkan Islam di Nusantara. Karena itu, salah satu teori yang berkem­bang hingga kini, Cina (Tionghoa) memainkan peran pen­ting dalam proses Islamisasi Nusantara. Peran “jalur Cina (Tionghoa)” amat besar dalam proses masuknya Islam ke Trengganu pada abad XIV, dan ke Jawa pada abad XV.

Islam di kedua daerah ini dianggap datang dari Cina (Tionghoa) melalui Champa (kini Kamboja). Cina (Tionghoa) menunjukkan peran yang kian penting saat kaisar Ming mengi­rim Laksamana Cheng-Ho dan penerjemahnya, Ma Huan­ keduanya beragama Islam dalam ekspedisi ke Nusantara beberapa kali sepanjang abad XIV untuk menjalin hubu­ngan politik dan ekonomi. Profesor Rahmat Mulyana (1968) memaparkan jasa Laksamana Cheng-Ho dalam Islamisasi di tanah Jawa. Bahkan, beberapa masjid didirikan alas perintah Cheng-Ho. Karena itu, tak heran jika ada akulturasi arsitek Islam-Cina (Tionghoa) di sebuah masjid, misalnya masjid di Semarang bekas peninggalan Cheng-Ho. Tetapi, yang membuat geger tahun 1970-an di Indo­nesia ialah tulisan Mulyana yang menyatakan Wali Songo adalah keturunan Cina (Tionghoa). Hal ini perlu dikaji lagi. Tetapi paling tidak, dalam sejarah tercatat, istri Sunan Ampel adalah putri Champa yang masih saudara istri Brawijaya ibu dari Raden Fattah.

Kerajaan Cina sudah sangat tua,

Sezaman dengan Mesir dan India,

Banyak pengetahuan lahir disana,

Memberikan sumbangan kepada dunia

Kelebihan Cina adalah ketangkasan,

Mendominasi segala kecepatan,

Baik olah raga, maupun keterampilan,

Memegang falsafah perjudian

Di Cina ada perdagangan wanita,

Dijual beli, seperti boneka,

Di badan diberi tarif harga,

Boleh diambil siapa saja

Akhir-akhir ini ada perdagangan ginjal,

Harganya memang terlalu mahal,

\                       Organ tubuh mulai dipenggal,

Yang penting membuat kantong tebal


Daftar Bacaan

Adnan Buyung Nasution, et. Al., Minyingkap Korupsi, Kolusi dan Nepotisme di Indonresia. Yogyakarta: Aditya Media, 1999.

Deni Setyawati, KPK Pemburu Koruptor Kiprah Komisi Pemberantasan Korupsi Dalam Memberangus Korupsi. Yogyakarta: Pustaka Timur, 2008.

Robert Klitgaard, Ronald McLean dan Lindsey Parris, Penuntut Pemberantasan Korupsi Dalam Pemerintahan Desa. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia and Partnership for Governance Reform in Indonesian, 2002.

Dyayadi, Drs. M.T., Menapa Etnis Cina, Tionghoa Memilih Islam, Yogyakarta Lingkar dakwah, cet. I 2008.

Muhammad Rakib, SH., M.Ag., Drs. Membongkar Mitos Keilmuan Barat, Melaui IPBA., UNRI Press, Pekanbaru Riau, 2005

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi di Lengkapi dengan Undang ­Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999. Bandung: Citra Umbara, 2002.

Tennas Effendi, Tunjuk Ajar Melayu, 2001,

Media Massa

Kompas, 2 Desember 2005.

Kompas, 18 Desember 2006.


[1] Mereka para pejabat dan pengusaha koruptor adalah orang­-orang kaya yang tidak pernah merasakan bagaimana perihnya perut karena lapar, mereka para koruptor itu adalah arang-orang yang berpendidikan tinggi yang seharusnya malu akan status mereka itu dan berpikir dua kali untuk melakukcan korupsi. Namun di manakah kemaluan mereka itu, apakah sudah mengalami impotensi dan tidak bisa ditegakan untuk mebimbing mereka untuk mengejawantahkan nilai-nilai moral dan akal sehat dalam menjalankan profesi dan kewenangan mereka.

Penulis tegaskan sekali lagi disini, bahwa tulisan ini harus mampu untuk merekam beberapa saja dari pejabat dan pengusaha koruptor yang notabene berbuatan mereka itu jelas-jelas merugikan keuangan negara (rakyat). Penulis tidak berpretensi dalam penyajian tulisan ini, dan menulis menyadari bahwa banyak keterbatasan dan kekurangan dalam tulisan ini. Tidak ada gading tak retak, dan karena keretakannya itulah yang menjadikan hidup ini dinamis. Zunronji, Pemimpin Cina sangat mengerti, dengan budaya rakyat yang banyak korupsi, sehingga diterapkan hukuman mati.

[2] Korupsi adalah seonggok karakter manusia yang sangat mere­sahkan kehidupan masyarakat. Bagaimana tidak, oleh karena korupsilah hak-hak masyarakat terbelenggu dan terinjak. Keter­belengguan dan keterinjakan hak masyarakat dapat dicontohkan sebagai berikut: misalnya saja ada seorang pejabat daerah yang di­amanahkan untuk mengalokasikan dana tak terduga hanya untuk kepentingan penanggulangan bencana alam.

Pada suatu waktu terjadilah bencana alam, gempa bumi misal­nva. Dana tak terduga tersebut setelah dikalkulasi seharusnya telah cukup untuk mengentaskan masyarakat dari bencana alam, namun karena dana itu dikorup oleh pejabat daerah tersebut, masyarakat yang terkena bencana alam itu tidak dapat menikmati hak-hak mereka untuk menerima bantuan dari pemerintah daerah setempat, karena pemerintah daerah telah mengalami defisit anggaran yang sangat parah akibat korupsi di tubuh pemerintahan daerah.

[3] Pendewaan terhadap materi telah menggiring seseorang untuk melakukan tidakan apa saja demi untuk kepentingan materi. Korupsi merupakan bentuk nyata dari pendewaan terhadap materi ini Apabila materi telah diadopsi sebagai dewa oleh manusia, maka tidak ayal lagi manusia akan terperangkap dalam gaya hidup yang, hedonistik. Apabila orang sudah terperangkap dalam pendewaan terhadap materi dengan kitab sucinya yang berupa prinsip-prinsip hedonisme, maka orang akan bertendensi memiliki penyakit yang selalu haus akan materi, penyakit ini adalah penyakit rakus. Orang yang rakus adalah orang yang tidak pernah merasa cukup dengan apa yang telah dimilikinya.

[4] Perilaku busuk dari pejabat seperti inilah yang sangat mere­sahkan masyarakat yang telah memilihnya menjadi seorang pemim­pin. Pejabat seperti inilah yang tidak tahu malu, sudah gajinya besar, rumahnya mewah, makannya selalalu enak, eh malah masih mau makan makan uang rakyat, rakyat yang menjadikan ia besar, berumah mewah dan selalu makan enak itu. Bukannya berterirna kasih dengan cara mengabdikan dirinya untuk kepentingan masyarakat yang telah mengangkatya sebagai pejabat, malah menjadi maling, maling uang rakyatnya sendiri. Tidak berlebihan apabila pejabat seperti ini dijuluki sebagai pejabat yang menyambi sebagai garong.

Terkuaknya perilaku-perilaku korupsi yang dilakukan oleh para pejabat. Indonesia dari berbagai departemen, tidak terkecuali Departemen Agama membantah anggapan bahwa korupsi meru­pakan sebab dari kemiskinan, rendahnva pendidikan seseorang dan ketiadaan prinsip-prinsip kaidah agama yang membimbing kehi­dupannya sehari-hari. Pejabat bukanlah orang yang miskin, hidup mereka berkecukupan, cukup sandang dan pangan. Bahkan tidak hanya cukup untuk sekedar memenuhi sandang dan pangan, namun gajinya tersebut juga cukup untuk berfoya-foya.

[5] Dengan tahun baru Imlek 2561 dan Hijriah 1431, kita buka lembaran baru dan menghilangkan pandangan dikoto­mis pribumi-Cina (Tionghoa), serta membuang perasaan dan sikap anti-Cina (Tionghoa) dan anti-Pribumi (Islam).  Dengan kesadaran sejarah ini semoga dapat lebih mempererat jalinan dan untaian kebangsaan kita. Gong Xi Fa Cai dan Marha­ban Ya Sanah Jadidah!. (Sumber Ayang Utriza, http://www.kompas. com/).

Salah satu istri Sunan Gunung Djari adalah putri Cina (Tionghoa) yang hingga kini kuburannya di Cirebon menjadi tempat ziarah masyarakat Cina (Tionghoa). Daniel Perret (2005) menjelaskan, menara dan masjid Agung Banten me­rupakan hasil seorang arsitek Cina (Tionghoa). Ini menunjuk­kan peran penting Cina (Tionghoa) dalam proses Islamisasi Nusantara.

Kedekatan Islam-Cina (Tionghoa) dari dulu hingga kini harus membuat umat Islam dan masyarakat Cina (Tionghoa) di Indonesia menghilangkan rasa curiga dan sikap rasis yang  kadang muncul dan membuat hubungan keduanya tegang, !

Para pemegang amanat penderitaan rakyat? Mengapa mereka tega menghianatinya? Jalan pikiran apa yang telah membimbing mereka untuk melakukan tindakan korupsi (baca: merampas hak-­hak rakyat)?

Apakah mereka tidak membuka lebar-lebar mata mereka bahwa di depan hidung mereka berkeliaran anak-anak jalanan (mayoritas diantara mereka adalah anak yang masih usia sekolah) yang berkeliaran mengemis di perempatan-perempatan jalan raya, orang tua yang hanya mampu memberikan makan anaknya dengan nasi along (nasi yang sudah membusuk, namun diolah kembali secara tradisional sehingga dapat dikonsumsi), pengangguran di sana-sini, menjeritnva masyarakat akar rumput (grassroot) karena mahalnya bahan-bahan dasar dan pokok untuk memenuhi tuntutan perut mereka yang lapar.

[6] Pejabat bukan orang yang berpendidikan rendah bukanlah merupakan suatu tudingan yang tidak mendasar hal ini merupakan kenyataan yang saat ini ada di Indonesia, hal ini misalnya dapat direpresentasikan dari sederet gelar yang menghiasi di depan dan belakang nama merelca para koruptor. Haji, Drs, Prof,  SH, S.Sos, P.Hd dan lain sebagainya. Pejabat bukanlah orang yang ateis atau tidak beragarna, pejabat yang dipilih oleh rakyat salah satu syaratnya adalah harus bersumpah untuk taat kepada Tuhan Yang Maha Esa. sesuai dengan roh Pancasila. Yang semakin membuat kita terperangah adalah pejabat yang bergelar haji dan gelar keagamaan lainnya dari jajaran Departemen /Agama ternyata juga tidak lepas dari perilaku korupsi.

[7] Korupsi bukan merupakan sebab dari kemiskinan, pendidikan rendah atau seberapa jauh ia memahami kaidah-kaidah agama, namun korupsi berakarkan kepada stuktur kesadaran manusia secara menyeluruh. Kesadaran manusia dibentuk oleh lingkungan sosial, status sosial, dan pengalaman dalam perjalanan hidup sese­orang. Ketiga faktor tersebut adalah arsitektur dari kesadaran manusia. Ketiga faktor itu menyejarah dalam perkembangan masyarakat yang bersangkutan. Dinamika faktor-faktor tersebut ditentukan oleh bangunan sosial yang terbangun dalam kehidupan masyarakat secara kontinu. Apabila bangunan sosial itu mengarah­kan manusia pada pendewaan terhadap materi, maka kepribadian seseorang akan selalu berorientasi pada. perolehan mater dan pe­nimbunan materi. Sedangkan apabila bangunan sosial seseorang mengarahkan pada penomorduaan materi dan menomorsatukan cinta, maka kepribadian orang akan selalu dikait kelindankan dengan sistem-sistem dan nilai-nilai kemanusiaan

[8] Dalam buku ini dideskripsikan kerakusan (kasus-kasus korupsi) dari pejabat dan pengusaha Indonesia yang telah divonis bersalah melakukan tindak pidana korupsi yang telah merugikan keuangan negara oleh Majelis Hakim. Dalam buku ini pembaca dapat mengamati lembar demi lembar kerakusan-kerakusan dari pejabat yang jauh dari status miskin dan pendidikan rendah. Mereka terperangkap dalam kesadaran yang menyesatkan. Kesadaran terhadap pendewaan terhadap materi.

Mahatma Gandi tokoh spiritual dari India pernah mengatakan bahwa bumi ini cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia, tapi tidak akan pernah cukup untuk memenuhi kerakusan manusia. Pesan dari Mahatma Gandi tersebut merupakan refleksi yang mengungkapkan bahwa betapa kerakusan manusia dapat merusak kehidupan di bumi. ketidak cukupan dapat dipahami sebagai feno­mena ketidak tersediaannya sumber-sumber pemenuhan hak-hak hidup manusia, dan ketidaktersediaan ini disebabkan oleh prilaku eksploitatif manusia terhadap bumi ini secara membabi buta, ekss­ploitasi yang mempersetankan sisi-sisi hak generasi saat ini dan generasi mendatang.

[9] Robert Klitgaard mengemukakan bahwa upaya pemberantasan korupsi selalu menemui kegagalan dikarenakan oleh apa yang dikemukakannya berikut ini:

“sejarah anti korupsi di seluruh dunia tidak menggembirakan. Di tingkat nasional dan di tingkat daerah, di tingkat kementerian dan di tingkat organisasi seperti kepolisian, upaya anti korupsi besar-besaran sekalipun dan telah tersebar luas dalam masyarakat cenderung ter­sendat-sendat, terhenti, dan pada akhirnya mengecewakan. Pola upaya anti korupsi yang khas seperti berikut ini: terjadi sebuah skandal. Misalnya, seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dijatuhi hukuman karena menerima suap. Atau kepolisian terbukti bekerja sama dengan penjahat. Program pekerjaan umum dibebani biaya yang terus meningkat, akibat penyelewengan dan komisi bagi pejabat. Perusahaan-perusahaan peserta lelang proyek-proyek pemerintah daerah ternyata berkolusi antara sesama mereka, untuk membatasi persaingan dan nilai kontrak. Ketika skandal itu terbongkar, amarah masyarakat luas meledak luar biasa. Pers kalap. Para politisi ber­lomba-lomba menyatakan kekecewaannya dan menuntut agar diambil tindakan tegas

[10] Pada 10 Maret 2005, Mulyana Wira Kusuma bersama anggota KPU DR. Sussongko Suhardjo dan Mubari bertemu Khariansyah di Hotel Borobudur Jakarta. Dalam pertemuan itu, Mulyana Wira Kusuma dan staf  KPU lainnya meminta Khariansyah agar dalam membuat laporan investigasi tentang pengadaan kotak suara di TPU unsur korupsi, kolusi, nepotisme,-nya dihilangkan.

Pada 3 April 2005, Mulyana Wira Kusuma bertemu Khairiansyah di kamar 709 Hotel Ibis Jakarta Barat. Waktu itu Mulyana Wira Kusuma menyerahkan uang Rp. 149.800.000. Setelah menyerahkan uang itu Mulyana Wira Kusuma meminta  Khairiansyah agar mem­buat laporan yang tidak membuat Mulyana Wira Kusuma dan anggota Komisi Pemilihan Umum lainnya terjerat hukum.

Selanjutnya tanggal 8 April 2005, kembali Mulyana Wira Kusuma bertemu Khariansyah Salman di kamar 609 Hotel Ibis Jakarta Barat pukul 19.00 WIB. Waktu itu Mulyana Wira Kusuma menyerahkan uang Rp 150 juta, yang terdiri dari Rp 50 juta uang tunai, dan empat lembar traveller check senilai Rp 100 juta. Di saat dia menye­rahkan uang kepada Khariansyah Salman, Mulyana Wira Kusuma langsung ditangkap oleh petugas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

[11] Haji Abubakar Ahmad yang dilahirkan pada 12 Mei 1944 adalah Bupati Dompu Nusa Tenggara Barat, ia telah melakukan tindakan tercela dalam kapasitasnya sebagai seorang bupati. Ia terjerat Tindak Pidana Korupsi dalam kasus dugaan korupsi dana tak terduga dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Dompu,

Abubakar Ahmad dalam perbuatannya itu telah menyalahi pasal 12 PP No. 105 Tahun 2000 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002 Tentang Penggunaan Dana Tak Terduga sesuai aturan, dana tersebut seharusnya digunakan untuk kondisi kritis seperti bencana alam. Namun, oleh Abubakar Ahmad diselewengkan dan disalahgunakan.

PP No. 105 Tahun 2000

Tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah

Pasal 12

  1. Anggaran untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya tidak tersangka disediakan dalam bagian anggaran tersendiri.
  2. Pengeluaran yang dibebankan pada pengeluaran tidak terduga adalah untuk penanganan bencana alam, bencana sosial, dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintahan Daerah.

Kepmendagri No. 29 Tahun 2002

Tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan

Pengawasan Keuangan Daerah Serta Tata Cara Penyusunan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pelaksanaan

Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Pasal 7

  1. Belanja Tidak Tersangka dianggarkan untuk pengeluaran pe­nanganan bencana alam, bencana sosial atau pengeluaran lain­nya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintahan daerah.
  2. Pengeluaran lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan kewenangan pemerintahn daerah sebagaimana dimaksud pada Ayat (1), yaitu :

a.    pengeluaran-pengeluaran yang sangat dibutuhkan untuk penyediaan sarana dan prasarana langsung dengan pelayanan masyarakat, yang anggarannya tidak tersedia dalam Tahun Anggaran yang bersangkutan; dan;

b.    pengembalian atas kelebihan penerimaan yang terjadi dalam Tahun Anggaran yang telah ditutup dengan didukung bukti­-bukti yang sah.

Abubakar Ahmad juga memberikan sejumlah uang kepada pejabat di Departemen Keuangan dan Departemen Dalam Negeri melalui perantara, untuk mengucurlcan dana ke-Kabupaten Dampu. Jumlah penyalahgunaan dana tak tersangka dari; APBD 2003 dan 2004 adalah sejumlah Rp 3,5 miliar.

[12] Sejak awal tahun 2008 sudah lima orang anggota DPR RI ditangkap KPK dalam berbagai kasus korupsi. Sungguh menge­jutkan para wakil rakyat yang terhormat tersebut, banyak yang terlibat dalam berbagai kasus korupsi. Bagi masyarakat awam, melihat begitu tingginya gaji yang diterima oleh para wakil rakyat tersebut, sangatlah tidak mungkin mereka melakukan korupsi dengan segala kelebihan penghasilan tentu mereka bisa menghidupi keluarganya.

Korupsi di Indonesia sudah seperti benang kusut yang susah diurai dan bila diurai akan sangat panjang. Sudah menjadi rahasia umum korupsi di Indonesia tidak berjalan sendiri, ibaratkan sebuah jaringan laba-laba, seorang koruptor tidak memakan uang seorang diri, ia akan berbagi dengan teman-temannya sehingga tidak salah bila korupsi di Indonesia masuk kategori korupsi berja­maah.

[13] Mudah-mudahan dengan membaca buku ini akan meru­bah persepsi yang keliru dari etnis Tionghoa non Islam terha­dap umat Islam, yang selama ini terkesan mereka meren­dahkan Islam. Hal ini disebabkan ketidaktahuan mereka terhadap Islam.

Bahwa seolah-olah Islam itu agarna yang membuat orang menjadi miskin dan terbelakang jelas pendapat itu tidak benar, hal ini dibuktikan dengan etnis “Tionghoa lainnya yang sudah masuk Islam dan mereka tidak menjadi miskin karena­nya, justru kadangkala rezekinya melimpah ruah dan mendapat berkah dari Allah Swt. Lebih dari itu mereka mendapat keten­traman batin yang luar biasa yang tidak mereka dapatkan dari agama mereka sebelum Islam.

Islam justru menganjurkan umatnya disiplin waktu sebab jam 5 subuh harus sudah bangun, kemudian setelah sholat dapat bekerja membuka toko dan sebagainya. Dan Rasul adalah salah seorang yang sukses dalam perdagangan.

[14] SEBENARNYA sejarah masuknya Islam ke Negeri Cina (Tionghoa) bukanlah baru. Jauh sebelum Islam merambah ke Nusantara ternyata Islam sudah merambah benua Asia khususnya negara Cina.

Islam pertama kali masuk ke Cina tahun 650 atau tahun lie-29 Hijriyah pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan, atau delapan tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad. Utusan delegasi Muslim dipimpin oleh kerabat Rasulullah, Sa’ad ibn Waqqas. Ia mengajak Kaisar Cina yang berkuasa saat itu, Yung Wei, untuk menganut agama Islam. Masjid pertama yang berdiri di Cina adalah Masjid Canton dan hingga kini masih berdiri, alias sudah berusia 14 abad. Kebanyakan Muslim datang ke Cina untuk berda­gang. Dampaknya, perdagangan Cina maju pesat. Muslim mendominasi industri ekspor dan impor di Cina pada masa kekuasaan Dinasti Sung (960-1279).

[15] Ketika Islam lahir sebagai sebuah agama pada paruh pertarna abad VII Masehi, Cina (Tionghoa) sudah lebih dulu menguasai berbagai aspek penting dunia, mulai perdagangan hingga kekuasaan politik yang membentang. Islam mulai berhu­bungan dengan Cina (Tionghoa) saat Islam berangsur rnenjadi kekuatan politik dan ekonomi yang patut diperhitungkan. Harus dikatakan; hubungan Islam-Cina (Tionghoa) terjalin cepat karena sebelumnya telah ada dengan pedagang Arab. Saat Islam berkembang kemungkinan para pedagang Arab yang telah masuk Islam melanjutkan aktivitas ekonomi dengan Cina (Tionghoa). Inilah yang membuka celah bagi perkembangan Islam di Cina (Tionghoa) dan membuat hubungan keduanya berlanjut (Broornhall, 1905). Hubu­ngan Islam-Cina (Tionghoa) kian erat berkat dua kekuasaan politik besar: Khilafah Umayyah (661-750) dan Khilafah Abbasiyyah (750-1258) di Barat mewakili Islam dan Dinasti T’ang (618-907) dan Dinasti Tsung (960-1280) di Timur mewakili Cina (Tionghoa).

[16] Pada masa Umayyah; perdagangan ke Cina (Tionghoa) dilakukan melalui darat. Perang antra kaum Muslimin, Cina (Tionghoa) dengan suku Tibet membuat jalur darat terputus. Hal ini menjadikan jalur laut menjadi alternatif untuk men­capai Cina (Tionghoa). Sejak masa Abbasiyyah, perdagangan jalur laut meningkat pesat (Tibbets, 1957). Para pedagang Muslim yang menggunakan jalur laut menuju Cina (Tionghoa), mau tidak mau, harus melewati Nusantara: dari laut Nusantara di Aceh, selat Malaka yang membelah Pulau Sumatra dan semenanjung Melayu hingga menuju Cina (Tionghoa). Berkat jalur laut inilah Islam tersebar di Nusan­tara yang kala itu masih menganut animisme, Hindu, dan Budha. Perjalanan para pedagang Muslim menuju Cina (Tionghoa) membuat Islam sebagai agama masuk secara perlahan di Nusantara.

[17] “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesung­guhnya telah jelas jalan yang benar dan jalan yang sesat, Karena itu barang siapa yang ingkar kepada Thaghut, dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak putus. Dan Allah Maha Mendengar” lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. al-Baqarah [2]:256)

Thaghut yang dimaksud di atas adalah setiap sembahan ma­nusia selain Allah  termasuk Setan yang disembah manusia, T’haghut itu dapat berupa patung-patung Ciptaan manusia yang diberi nama tertentu seperti nama-nama dewa-dewi yang dianggap eksis dan dapat mengabulkan doa manusia, padahal semua itu hanyalah agama khayalan atau dongengan dari nenek moyang mereka terdahulu yang semuanya tidak benar adanya.

[18] “Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu permpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu sembah selain Allah, sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya (Q.S. al-Hajj [22]: 73)

Hal ini pernah dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS, yang meng­hancurkan patung-patung di kuil umat Raja Namrud dan hanya sebuah patung besar yang ditinggalkannya dengan dikalungi sebuah kapak.  Jadi mereka beragama hanya mengikuti ajaran bapak-­bapak mereka, nenek-nenek mereka hingga nenek moyang mereka. Mereka sama sekali tidak mau berpikir dengan akal (rasio yang jernih) bahwa menyembah patung itu adalah per­buatan bodoh dan batil, karena patung tidak dapat men­dengar, berbicara, menciptakan apalagi mengabulkan doa. Bahkan menciptakan lalat saja pun tidak bisa

[19] ANTON MEDAN (TAN HOK LIANG): ANAK BUANGAN MENGETUK PINTU ALLAH, Beliau menyatakan :

Dulu aku gembong penjahat kelas berat. Berbagai tindakan kriminal, bahkan yang paling brutal pun, pernah aku lakukan. Tapi Allah, masih menyayangiku, menuntunku menuju jalan lurus-Nya. Aku dilahirkan di Tebing Tinggi, Sumatera Utara, pada tanggal 1 Oktober 1957. Papa dan mama memberi aku nama Tan Hok Liang, dan aku sering dipanggil Kok Lien. Aku dan keluargaku beragama Budha.

Karier Sebagai Penjahat

Aku terlunta-lunta di Jakarta, setiap malam tidur di mana saja. Ada di emperan, ada di kolong jembatan, dan ada di pinggir kali bersama-sama gelandangan. Aku mencari alamat paman­ku di daerah Mangga Besar tapi tidak segampang yang aku duga. Yang aku tahu hanyalah restoran itu bernarna Tio Ciu.

Dalam perjalanan waktu, aku bertemu dengan paman, tetapi inilah torehan sembilu yang paling pedih aku terima, yang membuatku marah pada kehidupan. Dia mengusirku, memaki-makiku, dan tidak ingin aku “mengganggunya”. Aku mau mati atau terlunta-lunta pun, dia tidak peduli. Aku kece­wa dan hampir putus asa. Pukulan ini membuat jiwaku limbung. Telah 6 bulan aku terlunta-lunta di Jakarta. Apa saja aku lakukan untuk menyambung hidup. Mulai dari men­jadi pesuruh warung, menjual terompet, sampai mencuci pakaian orang. Aku tidur di pinggir Kali Ciliwung berkat kemurahan hati seorang ibu yang bersedia aku tumpangi di gubuk di pinggir kali.

Pahitnya kehidupan dan tekanan perut membuatku me­mutuskan untuk mendapatkan uang dengan jalan pintas. Kebetulan aku punya teman seorang pejambret bernama Slamet, dari Slamet-lah aku belajar menjambret. Aku juga bekerja di sebuah bengkel minicar. Bengkel itu milik Kimpo. Aku bekerja untuk mencari pengalaman. Aku senang dengan pekerjaan yang berhubungan dengan mesin. Lama kelamaan aku bisa membetulkan mesin sendiri.

Suatu hari ada anak kecil yang tersesat di dekat bengkel kami. Dia menangis meraung-raung. Ketika ditanya namanya, ia menjawab Anton. Oleh Kimpo namaku disarankan di­ganti menjadi Anton sepeti nama anak kecil itu, sebab Anton identik dengan anak buangan. Karena aku berasal dari Me­dan, maka namaku menjadi Anton Medan. Kegiatan sebagai penjambret telah kulaiui selama 2 tahun, aku juga sering balapan motor di Sirkuit Ancol. Tahun 1977 aku ditangkap petugas dan dikirim ke Nusakambangan. Setelah dua bulIan di Nusakambangan aku di kembalikan ke Jakarta. Aku disidangkan, karena kurang bukti aku divonis hanya 5 bulan, dan langsung bebas sebab aku sudah menjalani tahanan sejak dari Jakarta selama 9 bulan. Ketika aku di penjara aku justru banyak menimba ilmu menjadi penjahat profesional, termasuk belajar membaca. Semakin lama kegiatan kejahatanku meningkat menjadi pengedar narkotika dan ganja. Bahkan aku pernah mengimpor ganja sebanyak ½ ton dari Aceh dengan dikawal oknum petugas yang ku sogok. Karena itulah selepas dari penjara aku menjadi perampok bahkan meningkat menjadi perampok nasabah bank dan toko emas dengan menggunakan senjata api. Aku menggunakan senjata api justru belajar dengan oknum petugas yang sering “memban­tuku” mengimpor ganja tersebut. Untuk melengkapi kegiatan kejahatanku, aku memasang susuk emas sebanyak sembilan buah, namun dengan pantangan tidak boleh berzina. Hal ini kujaga terus. Banyak penjara yang sudah aku cicipi.

[20] HAUW TIN (AHMED MATIN): SEMPAT TERUSIR DARI .RUMAH, selanjutnya beliau mengatakan,

Nama asli saya adalah Hauw Tin, usia saya kini 50 tahun (sekarang 55 tahun -pen). Saya anak kedua dari empat bersaudara, dua laki-laki dan dua perempuan. Saya dilahirkan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang beragama Kong Hu Chu, karena agama itu adalah agama leluhur kami. Tetapi ketika di SMP, saya disekolahkan di SMP Bhiku Yudha yaitu sekolah yang mengajarkan agama Budha. Sekolah untuk agama Khong Hu Chu memang belum ada.

Masuk Islam

Ketertarikan saya masuk Islam waktu itu diawali ketika kebe­tulan saya mampir ke rumah teman saya yang bernama Nirman Efendi. Ia seorang wartawan foto. Waktu itu tanggal l Novem­ber 1967. Saat di rumah Nirwan saya melihat ada kitab Suci al-Qur’an terjemahan. Saya tertarik untuk membacanya. Meskipun hanya sebentar, saya ingin membacanya lebih lama lagi dan akhirnya saya meminjamnya selama satu minggu. Selama di rumah, al-Qur’ an tersebut saya baca. Lega sekali rasanya. Dan, ini hanya sekali saja saya rasakan seumur hidup. Saya ingin sekali mengulanginya, tetapi tidak bisa. Rasanya dosa saya seperti dicabut semua. Badan saya seperti ada yang menarik ke atas dan rambut saya seperti ikut tertarik ke atas. Tetapi siapa yang menarik, saya tidak tahu. Mungkinkah malaikat? ”,

Setelah kejadian itu, rasanya saya menemukan sesuatu yang tidak bisa diucapkan dengan kata-kata. Saat itu keinginan saya hanya memeluk agama Islam, dan keinginan ini saya utarakan pada salah satu tetangga saya yang bernama Usman. Usia Usman saat itu 35 tahun dan saya baru berusia 21 tahun. Kemudian, esok harinya saya dibawanya ke tempat Ketua RW. Ketua RW saat itu adalah keturunan Jepang bernama Mark dan istrinya orang Belanda bernama Hany. Pak RW pun membawa saya ke Kantor Urusan Agama, (KUA) DKI Jakarta pada tanggal 8 November 1967. Di Kantor KUA I ini, saya diminta mengucapkan ikrar dua kalimat syahadat.

[21] HAN HWIE KHING (HANAFI): DIKUCILKAN DARI KELUARGA

Masuk Islam Dikucilkan

Akhirnya memasuki penghujung tahun 1967 itu juga secara resmi saya masuk Islam. Adalah Ustadz Saliumi dan H. Abdul Hamid yang membimbing saya dalam proses pengislaman itu. Tapi sebelum di baiat, saya tanpa ragu menjalani khitan. Tak ada rasa malu ataupun takut yang menghantui. Sebab, saya sadar bahwa itu adalah sebagian dari perintah Allah Nya. Setelah masuk Islam, saya mengalami cobaan yang cukup berat. Hidup saya dikucilkan dan diboikot dari keluarga dan sanak kerabat. Sampai saya menikah pun (1969) aksi boikot itu masih tetap saya rasakan. Saya seakan menjadi anak haram di mata mereka. Cuma ibu yang mengerti posisi saya. Diam-diam beliau mengasihi saya sama seperti dulu. Karunia dan rahmat Allah. SWt teus mengurungi hidup saya. Ekomoni saya kini sudah lebih dari cukup. Kendati begitu, saya tidak lupa diri. Keempat orang anak kami senan­tiasa saya didik dan saya dorong untuk menjadi muslim yang baik. Saya memang menaruh harapan yang cukup besar pada mereka. Sebab, merekalah pewaris cita-cita dan keimanan saya. Sebuah cita-cita yang memang telah lama saya rindukan, akhirnya terkabul juga. Tahun 1988, saya dan istri menunaikan rukun Islam yang kelima, pergi haji ke Baitullah. Momentum itu saya pergunakan dengan sebaik baiknya untuk bermu­najat kepada Allah Swt. Saya benar-benar merasa telah menjadi hamba-Nya. Saya bersama istri ditakdirkan untuk mencium Hajar Aswad. Sungguh, ini merupakan karunia Allah swt, yang patut saya syukuri.

Oleh Aryudi / Albaz dari Buku,  “Saya memilih Islam,”, Penyuusn Abdul Bair Zein, Penerbit Gema Insani Press website : http://www.gemainsani.co.id/ oleh Mualaf Online Center (MCOL) http://www. mualaff.com

[22] NIO CWAN CHUNG: MUHAMMAD SYAFII ANTONIO, MSc. Menjadi Ekonom Islam, Pengakuannya berikut :

SAYA lahir di Sukabumi, Jawa Barat, 1 Mei 1965. Nama asli saya Nio Cwan Chung. Saya adalah WNI keturunan Tionghoa. Sejak kecil saya mengenal dan menganut ajaran Khong Hu Chu, karena ayah saya seorang pendeta Khong Hu Chu. Selain mengenal ajaran Khong Hu Chu, saya juga mengenal ajaran Islam melalui pergaulan di lingkungan rumah dan sekolah. Saya sering memperhatikan cara-cara ibadah orang-orang muslim. Karena terlalu sering memperhatikan tanpa sadar saya diam-diam suka melakukan sholat. Kegiatan ibadah orang lain ini saya lakukan walaupun saya belum mengikrarkan diri menjadi seorang muslim.

[23] LIM XIAO MING (HERMAN HALIM): MUALAF DARI BANK MASPION

Allah memang berhak untuk membuka hati siapa saja untuk menerima ajaran Islam secara kaffah. Begitu juga dengan Herman Halim, Presiden Direktur Bank Maspion ini terbuka hatinya dan memutuskan untuk menjadi Muslim. “Saya masuk Islam
Tanggal 27 Agustus. Saya bersyahadat di Masjid Ceng Hoo Surabaya dan disaksikan oleh banyak orang,” tuturnya kepada Nurani saat ditemui di kantornya.

Ketertarikan Herman Halim akan Islam memang berangkat dari perenungan panjang. Namun, ia mengaku lebih banyak dipengaruhi Andrew anak keduanya. Herman menerangkan bahwa saat dirinya bersyahadat, ia tidak disertai dengan keluarganya. “Saya berangkat ke sana sendiri. Untungnya, teman saya di PITI Masjid Ceng Hoo banyak. Jadi sudah dipersiapkan. Bahkan Pak Ali Markus, memberikan selamat ketika saya sudah bersyahadat,” terangnya sambil tersenyum.

[24] JUNG LI FUNG (SURYANI): Menemukan Kebahagiaan Dalam Islam.

Nama saya Jung Li Fung, itu nama yang diberikan papa saya, Jung Se Hin alias Kartono, WNI keturunan Cina yang lahir di Ketapang. Sedangkan, mama saya berdarah campuran Cina-Dayak, dari pedalaman Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Saya sendiri lahir pada 17 Agustus 1973, sebagai anak tertua dari 6 bersaudara. Kami dibesarkan di Desa Nanga, Sepauk, dari keluarga yang masih teguh memegang tradisi leluhur, Khong Hu Chu. Meskipun begitu, sayaa dan adik-adik sempat terombang ambing dalam keyakinan yang tidak menentu. Walaupun papa dan mama mengaku beragama Kristen Katholik, tetapi mereka tidak pernah mengarahkan kami, anak-anaknya, untuk menjadi domba Yesus yang baik. Sewaktu duduk di bangku SMP, saya mulai aktif mengi­kuti kegiatan keagamaan, baik di sekolah maupun di gereja. Meskipun begitu, teman-teman akrab saya baik di tempat tinggal maupun di sekolah, justru lebih banyak yang beragama Islam. Kebetulan, lingkungan masyarakat tempat tinggal kami mayoritas orang muslim

[25] LAUW SIN HOAT (KH. M. SYARIF HIDAYATULLAH):

MENDAPATKAN HIDAYAH MELALIJI SEBUAH BUKU.

Proses keislamannya berliku-liku. Dia pernah menganut aga­ma orangtuanya (Khong Hu Chu), lalu beralih ke agama Kristen tetapi tetap saja tidak menemukan kepuasan. Dalam situasi yang bimbang itulah hidayah Allah datang melalui sebuah buku berjudul “Muhammad dalam Bibel dan Isa dalam Al-Qur’an” karya Prof. Drs. Hasbullah Bakry, SH.

Saya lahir pada tanggal 28 November 1949 di Palsi gunung Cisalak, Bogor dari keluarga Tionghoa yang beragama Budha­ Khong Hu Chu. Sejak masih dalam kandungan, kedua orang­tua saya bercerai. Kakak pertama ikut ayah saya, sementara saya dan kakak nomor dua ikut ibu. Ibu kemudian menikah kembali dengan seorang laki-laki beragama Kristen bernama YP. Tindas.

Di kampung saya, yang termasuk warga keturunan dan beragama Budha-Khong Hu Chu hanyalah keluarga saya. Semua warga Palsi gunung Cisalak rata-rata beragama Islam. Meski begitu, keberadaan saya dan keluarga dihargai oleh mereka. Mereka tidak menyakiti kami ataupun mengusir kami dari kampung. Mereka toleran sekali dalam beragama

[26] Li NENG YUN (MULIAWAN) : MEMILIH ISLAM SETELAH ) MEMBACA BUKU, Serlanjutnya beliau menyatakan :

Perbandingan Agama Pengakuannya berikut

Li Neng Yun, begitu nama Tionghoa saya, kakek, nenek dan ibu kandung saya berdarah Tiongkok. Hanya ayah saya saja, yang lahir di Indonesia. Kendati demikian beliau rnengenyam pendidikannya di Tiongkok. Terlahir sebagai anak kelima dari 11 bersaudara, masing-masing lima laki-laki dan enam orang sisanya adalah perempuan. Diantara 10 orang saudara saya hanya saya sajalah yang beragama Islam. Tidak ada yang menyuruh dan juga tidak ada yang me­maksa. Namun Islam yang kini menjadi tempat melabuhkan spiritualitas dan penghambaan terakhir saya kepada sang Khalik berjalan setelah dialektika yang cukup pan­jang. Belum lagi, ada banyak jalan berliku yang meski saya tempuh. Tidak semudah membalikkan telapak tangan rupanya untuk menemukan setetes cahaya kebenaran, yang kini menjadi penerang sekalighus penuntun dalam hidu saya.

[27] Leim Eng Sue: Aktif Berdakwah

Bagi saya, agama bukan hanya sekedar menjalankan rutinitas ibadah saja, tetapi butuh pendalaman dan penghayatan, sehingga orang yang menjalankannya itu lebih mengetahui makna dan hakikat agama yang sebenarnya. Nama saya, Liem Eng Sue (49), sehari-hari saya akrab di­panggil Liern. Saya WNI keturunan Tionghoaa yang lahir di Jakarta. Saya anak kedua dari sembilan bersaudara. Keluarga kami menganut agama Budha. Tak heran, setelah kami besar, agama yang kami anut bermacam-macam. Ada yang Islam, Kristen dan Budha. Na­mun, kami sekeluarga saling rnenghargai. Sebenarnya, saya mengenal Islam sudah sejak kecil. Ketika saya masih SR (Sekolah Rakyat) sekarang SD, kebanyakan teman-teman saya kaum pribumi dan beragama Islam. Jadi, tradisi dan nuansa Islam bagi saya sudah tidak asing lagi, seperti mulai masuk kelas dengan mengucapkan assalammualaikum, berdo’a, shalawat nabi, dan lain-lain pada waktu itu saya hafal.

[28] TJIO WIE TAY (HAJI MASAGUNG)

Banyak orang yang mengira perubahan nama dari Tjio Wie Tay menjadi Masagung disengaja agar mirip nama perusa­haannya, PT Gunung Agung. Padahal, nama itu pemberian Herlina, si Pending Emas, yang bertemu dengannya di Irian Barat (kini Irian Jaya) pada masa Trikora. Sulit memanggil nama aslinya, yang diingat Herlina adalah bahwa pria itu pemilik Gunung Agung. “Ia memanggil saya Masagung, nama yang sudah lama saya cari-cari,” Masagung mengungkapkan asal usul namanya.

Meskipun ayahnya seorang insinyur, Tjio Wie Tay hidup menderita. Hanya berbekal pendidikan sampai kelas V SD, ia berjualan rokok sepanjang jalan. Tay, bersama tiga orang kakak dan seorang adik, ditinggal mati ayahnya ketika ia baru berusia empat tahun.

Berdagang rokok pertama kali di Glodok, Jakarta, dengan modal 50 sen. Pindah ke emperan Senen, dengan modal 75 sen. Di seberang emperan toko itu, ia mendirikan toko semi permanen, berukuran 3,003×3 meter yang, kemudian diberi nama Thaysan Kongsie. Ia memang berkongsi dengan Lie Tay San. “Kebetulan istri saya dengan isteri Lie Tay San bersaudara, tuturnya. Usaha itu membesar.

[29] Oei Tjen Hien (Haji Abdul Karim) Ia dikenal dengan nama Haji Abdul Karim, seorang tokoh Muhammadiyah mantan anggota Parlemen RI dan men­dirikan organisasi etnis Tionghoa Islam dengan nama Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI). Pada tahun 1967-1974. Ia menjadi anggota Pimpinan Harian Masjid Istiqlal Jakarta yang diangkat oleh Presiden RI, menjadi anggota Dewan Penyantun BAKOM PKAB, dan anggota Pengurus Majelis Ulama Indonesia Pusat. Ia lahir tahun 1905 di Padang Panjang dengan nama Oei Tjen Hien. Setelah lulus sekolah dasar kemudian mengikuti berbagai kursus, lalu bekerja sebagai pedagang hasil bumi. Disamping itu ia juga sebagai “pandai emas”, lalu ia pindah ke Bengkulu. Mula-mula ia mempelajari berbagai agama melalui bacaan buku, majalah dan suka bergaul dengan para pemeluk agama. Setelah mendapatkan pengetahuan dan keyaki­nan yang mantap, akhirnya dia yakin benar dan dengan penuh kesadaran pada umur 20 tahun dia masuk Islam.

[30] OEY KIAM TJENG : ISLAM, JALAN T’ERBAIK UNTUK KAMI

Siapa sangka kalau pada akhirnya jalan Islam juga yang menjadi pilihan hidup saya, sekian lama batin saya terasa kering dan rindu akan sentuhan rohani. Seperti yang saya dapat dan agama yang dibawa Nabi Muhammad Saw ini. Saya merindukan Islam, agama yang Insya Allah akan memberikan kebahagiaan dunia akhirat kepada saya dan keluarga. Saya lahir di Cirebon, 18 Mei 1950 dengan nama Oey Kiam Tjeng. Meski terlahir sebagai WNI keturunan Cina, saya bersyukur karena masih diterima di lingkungan tempat tinggal saya, yang tentu saja didominasi kaum pribumi. Mereka, orang-orang Cirebon, sebagian besar bahkan harnpir seluruhnya, adalah pemeluk agama Islam yang taat.  Saya yang ketika itu masih kanak-kanak, sedikit banyak jadi tahu apa itu Islam, lewat apa yang dikerjakan oleh teman-teman sepermainan, juga orang–orang Islam dewasa yang berada di sekeliling saya. Masa kanak-kanak adalah bagian teridah dalam hidup saya, karena pada masa itu saya tidak pernah merasakan ada perbedaan di antara manusia

[31] Tan Eng Ling (M Salim Anshari, SE) Masuk Islam setelah berdebat tentang kebenaran Islam. Dia menyatakan :

Aku lahir di Makassar pada tanggal 7 Juni 1952. orangtuaku memberi nama Tan Eng Ling ayahku bernama Tan Sui Tjoang berprofesi sebagai pengusaha eksportir dan ibuku bernama Chong Ciu Mei. Ayahku adalah orang yang sibuk bisnis, sehingga ekonomi keluargaku jadi lumayan. Tetapi mereka tidak pernah menanamkan ajaran apa pun dan hampir tidak ada kesempatan berbincang-bincang keluarga. Aku juga tidak pernah melihat orangtuakcu melakukan ritual keagaman, meskipun aku tahu agama orangtuaku adalah Khong Hu Chu. Aku mengenal agama Ka­tholik dari tetanggaku yang rajin ke gereja, akupun mengikuti mereka dan rajin ke gereja, akhirnya aku masuk Katholik dan dibaptis dengan nama Eric Willy Soetanto. Kedua orang­tuaku tetap cuek tidak memperdulikanku.

Pada tahun 1975 aku kuliah di Universitas Hasanuddin Makassar di Fakultas Ekonomi dan aku menjalin cinta dengan seorang gadis yang beragama Kristen Pantekosta. Dia banyak mewarnai hari-hariku dengan agama baru, akhirnya aku mulai goyah dan masuk Pantekosta. Aku juga aktif di gereja dan, rerpilih sebagai koor gereja. Nuraniku terus bergejolak, seolah masih ada batu besar yang menghalangiku. Aku tidak puas dengan agama Pante­kosta. Aku ingin merubah keyakinanku memasuki agama lain yaitu Budha. Aku hanya mengamati aneka jenis patung. Jelasnya aku masih berusaha menemukan agama yang bisa menjamin keselamatan.

Pada tahun 1976, ketika aku belajar kelompok di kampusku yang diselenggarakan oleh beberapa orang teman. Seorang temanku yang bernama Sudarman Slamet, meninggalkan diskusi (belajar) untuk sholat Isya. Selesai diskusi pelajaran, aku melanjutkan obrolan malam dengannya. Waktu itu Sudar­man menyatakan bahwa agama yang paling baik yang diteri­ma oleh Allah hanya Islam. Aku tidak terima dan mela­kukan protes, kami berdebat hingga pagi hari. Akhirnya kepada rekan-rekan yang beragama Islam aku minta kepada mereka untuk mengantar aku kepada kyai. Setelah sekian lama (dua tahun aku mendalami Islam akhirnya aku masuk Islam pada tahun 1978 hingga sekarang. (Sumber.  Setelah diringkas, Majalah Hidayah, Januari 2004).

[32] Wong Chong (Budi Setyagraha) Islam dalah Nikmat Allah SWt, Nama aslinya adalah Wong Chong, ia lahir di Solo Jawa Tengah) pada tanggal 20 Nopember 1943, setelah memeluk Islam namanya diganti menjadi Budi Setyagraha. Ia anak kedua dari pasangan Wong Kim Khay dan Pho Fu Lan, yang ber­agama Budha. Lucunya, justru sejak kecil ia merasa hidup tanpa agama, ia hanya mengikuti filosofi Tionghoa, konsep tanpa Tuhan. Seperti kebanyakan Tionghoa lainnya, yang mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari dengan berda­gang, ia melakuan aktivitas perdagangan.

Ia termasuk pedagang yang sukses. Usaha toko besi ABC, di jalan Kyai Mojo Yogyakarta, berkembang pesat. Tanpa Tuhan di puncak kesuksesannya, terbersit keinginannya untuk bersyukur atas keberhasilannya, akan tapi ia bingung harus bersyukur kepada siapa? Sedang ias merasa tidak punya agama dan tidak tahu siapa Tuhannya. Namun ia yakin, kesuksesan­nya itu tidak datang begitu saja. Pasti ada yang memberi! Tetapi, siapa yang memberi? Apakah kesuksesannya ini turun dari langit? Inilah pertanyaan yang selalu membuat jiwanya gundah dan gelisah. Sekaligus menjadi pertanyaan dasar, saat rnenuju punah hidayah.

[33] Setelah menjadi Muslim seorang WNI, berkata : Ibu saya, Law Cit Nio, termasuk taat dalam menjalan­kan agama. Saya sering diajak ibu untuk ritual-ritual keagamaan atau budaya masyarakat Tionghoa. Upacara-upacara ritual masyarakat Tionghoa, seperti upacara kematian, ziarah (nyekar) ke kubur para leluhur dan lain-lain sudah sering saya lihat ketika masih kecil. Dengan logika seorang bocah, saya sering melontarkan pertanyaan kritis kepada ibu terhadap banyak hal yang menyagkut upacara ritual yang saya anggap tidak masuk akal, seperti memberikan sesajen yang terdiri dari makanan dan buah-buahan ke kubur para leluhur. Konon menurut ibu saya, para leluhur yang sudah mati, juga membutuhkan makanan seperti orang hidup.  Tetapi anehnya setelah beberapa hari saya lihat tidak satupun diantara makanan itu yang disentuh alias masih utuh. Setelah saya mencoba mencicipi jeruk yang masih utuh tadi, saya tidak merasakan suatu keanehan. Artinya jeruk itu tetap tidak berubah.

Sejak itu keraguan yang memang telah lama terpendam semakin tidak dapat dibendung. Hati saya gelisah, saya ingin mencari kebenaran. Di tengah kondisi seperti itu saya diajak oleh pendeta Dora untuk ikut ke kebaktian di gereja. Saya bertemu dengan pendeta Dora karena beliau jadi langganan makan di restoran ibu saya. Ia mernimpin jemaat di Gereja Pantekosta, yang tem­patnya tak jauh dari restoran ibu saya. Awalnya, yang selalu diajak pendeta Dora adalah ibu saya. Tetapi karena ibu saya sibuk, jadilah saya yang diajaknya. Saat itu, saya. masih kelas satu SMP Saya pun lalu resmi dibaptis dan menjadi jemaat Gereja P antekosta. Ketika saya kian mendalami ajaran agama Kristen, saya makin banyak menemukan sesuatu yang saling bertolak bela­kang (kontradiksi) seperti soal khittan.

Dalam Lukas 2:21 disebutkan: “Jika ketika genab delapan hari dan ia disunatkan, ia diberi nama Yesus, yaitu nama yanmg disebut malaikat sebelum ia dikandung ibu-Nya.

Jika kita pahami dua pernyataan (statement) di atas, maka kita akan sulit dapat menerima kebenarannya. Pertanyaan saya, mengikuti Yesus yang disunat pada umur 8 hari atau mengikuti ucapan Paulus! Dalam Alkitab (injil) disebutkan bahwa Yesus pernah I berkata: “Sebarkan Injil di muka bumi” : Tetapi pada bagian lain Yesus justru berkata sebaliknya, Aku tidak diutus kecuali untuk domba-domba Israel yang tersesat, (Matius 15 : 24)

Sebagai seorang Kristen, logika saya tidak dapat menerima paham Trinitas sebagai konsepsi ketuhanan; Tuhan Bapa, Tuhan Anak dan Roh Kudus. Figur Isa al-Masih (Yesus Krsitus) dalam Alkitab sering berubah status dan kedudukannya. Kadang-kadang ia disebut Yesus Sang Juru Selamat (Rasul), tetapi Yesus dianggap juga sebagai Tuhan.

Lukas 23:46 menceritakan saat-saat menjelang kematian  Yesus di tiang salib, seperti tertulis, lalu Yesus berseru dengan suara nyaring, Ya Bapa, ke dalam tangan Mu kuserahkan nyawa­Ku. “Dan, sesudah berkata demikian. Ia menyerahkan nyawa Nya” : (Matius : 27:46)

“Kalau Yesus memang Tuhan, mengapa ia memanggil Tuhan Bapa? Kalau begitu Yesus bukan Tuhan” kata saya mem­batin. Kesaksian saya selama ini bahwa Yesus adalah Tuhan sirna sudah. Saya semakin meragukan iman Kristen saya sendiri. Di tengah kondisi seperti itu, saya ingin rnencari kebenaran lain. Suatu ketika saya ke toko buku Ath-Thariyah di Jatinegara, Jakarta Timur. Ketika sedang ayik-asyiknya mencari buku, secara tidak sengaja saya menemukan sebuah buku berjudul Muhammad dalam Bible dan Isa dalam Al-Qur’an karya Prof. Drs. Hasbullah Bakry, SH. Saya ambil buku ini untuk dibaca-baca. Sepintas buku ini sangat menarik untuk dibaca. Saya lalu membelinya yang jumlah halamannya ratusan lembar tersebut. Ketika itu saya masih duduk di SMU. Di rumah, saya baca kembali buku yang baru saya beli itu. Buku itu ternyata amat menarik. Saya seperti mendapatkan sesuatu yang baru, yang selama ini sedang saya cari.  Misalnya penulis buku mengungkaplcan bahwa risalah (kerasulan) Muhammad telah termaktub dalam bibel (Injil, Al Kitab-Pen), tetapi bagian ayat itu dihilangkan, bahkan sekarang ini Bibel tersebut sudah dilarang digunakan rujukan. Selanjutnya penulis buku juga mengungkapkan bahwa al-Qur’an dan kaum muslimin menempatkan Isa al-Masih (yang oleh orang Kristen disebut Yesus) hanya sebagai nabi dan Rasul Allah Swt, sama seperti rasul-rasul lainnya. Ia (Isa) sama sekali bukan Tuhan. (Kisah Para Rasul 12:6)

Pada bagian akhir buku itu, penulis menutupnya dengan tiga buah ayat al-Qur’an, yaitu Surah Ali’Imran [3]: 19 yakni: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesunguhnya Allah amat cepat hisab-Nya” Ayat di atas menjelaskan bahwa agama yang diterima di sisi Tuhan hanyalah Islam dan keengganan para Ahli Kitab (penganut agama Yahudi dan Kristen) untuk beriman ke­pada al-Qur’an hanyalah disebabkan kedengkian (kebencian) sernata.

“Pernyataan itu lebih dipertegas oleh Allah Swt, seperti termaktub pada surah Ali ‘Imran ayat 85 yang menyebut­kan:

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali­kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi” (Q.S. Ali ‘Imran [3]:85))