PENGANTAR
Sosiolog terkemuka Max Weber, etos Jerman diformulasi-kan sebagai Etik Protestan yang bercirikan sikap rasional, disiplin tinggi, kerja keras, berorientasi sukses material, tidak mengumbar kesenangan, hemat dan bersahaja, seta suka menabung dan berinvestasi. Adapun Jepang dikenal dengan Etos Samurai; Bersikap benar dan bertanggung jawab, berani dan kesatria, murah hati dan mencintai, bersikap santun dan hormat, bersikap tulus dan sungguh-sungguh, menjaga martabat dan kehormatan, serta mengabdi dan loyal.
Sayangnya sosiolog pada umumnya sekuler, tidak mau membaca isi kitab suci, suatu umat beragama, yang dapat disebut sebagai “sosiologi agama”. Tulisan ini Penulis susun ketika Penulis sedang menyelesaikan disertasi Sosiologi Program, doktor UI yang bekerjasama dengan Universitas Riau Tahun 2007.
Isi buku ini sangat ringan dan longgar, karena Penulis mengambil cerita, dan contoh-contoh pada sisi yang indah-indah saja. Sesuai dengan hobi Penulis. Niat di hati untuk menghibur sambil memberi ilmu kecil-kecilan kepada pembaca. Semoga Allah meredoi kita semua. Amin.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman sesama muballig IKMI Riau dan Widyaiswara LPMP Riau, yang memberi motivasi kepada penulis membuat buku ini. Terima kasih juga kepada pendampingku Dra. Syarifah dan anak-anak kami:
1. Ahmad Al-Hawarizmi, 2.Nila Fadilah Sari , 3. Ummi Aini 4. Ali Shari’aty. Semoga buku ini bermanfaat.
Pekanbaru, 19 April 2007
Drs. M. Rakib Jane Mary, SH, M.Ag
NIP. 131 569 424
DAFTAR ISI
Motto i
Pengantar ii
Daftar Isi iii
Pendahuluan v
BAB I TUHANLAH YANG SALAH 1
A. Kata mereka yang kalah 1
B. Mengapa Menyalahkan Tuhan 2
C. Kata mereka yang menang 5
BAB II MENYALAHKAN TAKDIR TUHAN 9
A. Pandangan orang melayu tentang takdir 9
B. Takdir yang berlaku, di alam 11
C. Melawan takdir Tuhan 13
BAB III TUHAN BERDUSTA? 19
A. Datang juga ke pesta 19
B. Tuhan menciptakan Konflik? 21
C. Memprotes Tuhan 23
BAB IV PATUNG YANG DIPERTUHANKAN 27
A. Larangan membuat patung 27
B. Indahnya hukum Tuhan 29
C. Konklusi 30
BAB V AKU PERNAH MENYALAHKAN TUHAN 34
A. Lepasnya seorang gadis ke tangan orang lain 34
B. Masih salahkan Tuhan? 35
C. Aku mendapatkan keajaiban dari Tuhan 37
BAB VI TUHAN TEGA MENYAKSIKAN KEKEJAMAN? 40
A. Dahulu laki-laki poligami, dianggap kejam 40
B. Penderitaan wanita Barat 42
C. Yang bertuhan kepada nafsu 44
BAB VII AKU DIKURUNG TUHAN DI SEBUAH DUSUN 46
A. Kamu tidak akan menjadi orang 46
B. Suara hati adalah suara Tuhan 47
C. Tidak dihormati di tempat asal 48
BAB VIII YANG BURUK JELEK TAPI
MEMBANGGAKAN 52
A. Aku, anak yang terjelek 52
B. Yang Jelek juga ciptaan Tuhan 54
C. Kelebihan di dalam jelek dan buruk 54
BAB IX SIMPULAN DAN PENUTUP 57
DAFTAR BACAAN 60
LAMPIRAN 62
PENDAHULUAN
Kenapa buku ini penting? Karena nampaknya, Akhir-akhir ini, semakin banyak manusia yang jiwanya bergejolak hebat, mempertanyakan keadilan Tuhan. Mereka sudah putus asa menghadapi bencana alam, dan penyakit baru yang lebih mematikan. Mereka kehilangan rasa percaya diri dalam menghadapi konflik antara agama dan suku yang terus berkepanjangan. Berulang-ulang tanpa henti. Akhirnya mereka mengatakan “Tuhanlah yang salah”. Tuhan terlalu pelit untuk dapat hadir mempelihatkan eksistensi dirinya.
Ahmad Wahib, seorang pemuda muslim yang diasuh oleh seorang pastor yang baik hati, menyatakan “Tidak adil Tuhan apabila memasukkan ke neraka pastor yang sebaik itu, hanya karena di tidak mengucapkan dua kalimat syahadat. Pola pikir ini berbahaya. Ahmad Wahib baru, akan bermunculan. Ia terombang ambing di antara ideology, teroris dan jaringan liberal yang berfikir terlalu bebas.
Adapun bahasan, dalam buku ini ialah :
– Bagaimana menjadikan Melayu yang maju dengan tetap sebagai orang Melayu yang menyandang budaya Melayu sebagai jati dirinya, tidak pernah menyalahkan Tuhan.
– Berpikir merupakan budaya Melayu, tetapi budaya berpikir orang Melayu tidak berkembang secara signifikan. Keadaan ini menyebabkan etos kerja orang Melayu menjadi lemah, sehingga kehidupan mereka berpuruk dan tertinggal dibandingkan dengan etnis-etnis lain.
– Orang melayu harus menyadari bahwa keadaan mereka memang tertinggal dibandingkan dengan etnis-etnis lain di Asia Tenggara. Kesadaran ini hendaklah disambut dengan jiwa yang besar, sehingga tidak menimbulkan rasa iri dan dengki terhadap etnis-etnis lain yang lebih maju. Sebaliknya justru membangkitkan semangat bersaing yang kuat, sehingga membangkitkan hasrat untuk maju mengejar ketertinggalannya dari etnis-etnis lain yang sudah maju. Orang Melayu harus sadar bahwa mereka punya kesempatan untuk maju sama dengan etnis-etnis lain yang sudah maju.
– Supaya orang Melayu mengejar ketertinggalannya dari etnis-etnis lain itu, mereka harus bersedia membuka diri, mengakui kelebihan-kelebihan dan mau belajar kepada orang lain yang lebih maju.
– Ketertinggalan dan keterpurukan orang melayu dibandingkan etnis lain adalah gejala global. Karena itu, pengembangan budaya berpikir Melayu untuk memperkuat etos kerja Melayu, hendaklah merupakan suatu gerakan Melayu. Gerakan itu hendaklah disosialisasikan dan diberdayakan mulai dari level usia dan masyarakat paling bawah, sampai kepada yang paling atas.
– Ada kesalahan pemahaman mengenai makna takdir di kalangan orang Melayu, terutama yang tinggal di pelosok-pelosok negeri Melayu. Gejala ini ditandai dengan adanya beberapa pepatah Melayu yang fatalistis. Orang Melayu harus berani melawan kesalahan pemahaman mengenai takdir ini dan membangun optimisme.
Takdir itu, dapat diubah
Asalkan, giat, dan tabah
Diiringi, do’a kepada Allah
Kerja keras bernilai ibadah
Hancurkan mitos, pribumi malas,
Dunia perdagangan, jangan dilepas.
Disanalah kekayaan berlalu lintas,
Hanya diketahui oleh yang cerdas.
Berternak, berdagang, kerja Muhammad,
Ketika remaja, hemat, dan cermat,
Diwariskannya kepada ummat,
Agar hidup, tidak melarat
BAB I
TUHANLAH YANG SALAH
A. Kata mereka yang kalah
Seorang pemburu, mencari tempat yang dingin
Berteduh, di bawah, pohon beringin,
Akarnya bisa, tempat bermain,
Buahnya kecil seperti api lilin
Di sebelahnya berdiri pohon pepaya
Batangnya lembut, tidak berdaya
Buahnya sebesar, anak buaya
Tumbuhnya, di atas tanah paya
Kata pemburu, Tuhanlah yang salah,
Mengapa beringin, kecil buahnya,
Tidak sesuai, dengan, dahannya,
Tidak seimbang, dengan, akarnya.
Pohon, pepaya, terlalu lembut,
Tapi buahnya, besar bergayut
Tidak seimbang, tidaklah patut
Pemburu memprotes, tanpa rasa takut.
Tiba-tiba, buah beringin jatuh,
Menimpa wajah, matanya tersentuh,
Pemburu tidak lagi mengeluh,
Mendapatkan hikmah yang sungguh-sungguh.
Kalau buah beringin sebesar pepaya
Menimpa pemburu, mengenai mata
Pastilah ia akan celaka
Seumur hidup menjadi buta.
Itulah satu hikmah yang kecil
BahwaTuhan berbuat adil
Awalnya seakan-akan mustahil
Akhirnya diketahui, tiada hal yang ganjil
B. Mengapa menyalahkan Tuhan ?
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia baik bagimu. Boleh jadi kamu sangat menginginkan sesuatu, sedangkan hal itu tidak baik bagimu. Allah Mahatahu, sedangkan kamu, tidak mengetahuinya” (Q.S 2 : 216)
Kajian Swift (1965) pula melakukan pengamatan bahwa orang Melayu suka memiliki tanah supaya dapat hidup selesa dan sejahtera, tanpa bekerja keras. Hasil kajian Djamour (1959) hampir senada dengan Swift yang berkesimpulan bahwa orang Melayu ingin hidup senang, kenyang, dan tenang tanpa mau kerja keras. Apalagi bagi orang Melayu di Malaysia dulu, mereka bumiputera yang tidak mau bekerja di perusahaan timah dan bauksit serta kebun karet. Tidak seperti kaum pendatang: Cina, Jawa, dan India. Walaupun orang Melayu sadar mereka tidak dapat mengalahkan Cina dalam bisnis, tapi mereka tidak tertarik untuk mengikuti cara kerja mereka, yang sangat berlainan dan asing bagi orang Melayu (Wilson, 1967).
Beberapa etika kerja orang Melayu dahulu, dapat dipahami dari ungkapan dan pribahasa berikut ini.
Masyarakat Melayu mementingkan perkara yang berkaitan dengan etika kerja. Hal ini berkaitan dengan tata tertib, peraturan, nilai-nilai (agama dan adapt-istiadat) dan panda arah. Orang tua-tua Melayu menekankan kepada anak-anaknya supaya berhati-hati dalam bekerja dan mengambil keputusan.(Sudirman Sumari)
Tidak lari gunung dikejar
Orang Melayu disarankan tidak tergopoh-gapah dan selalu bersabar dalam bekerja. Sebab, hasilnya tidak akan baik.
Awal dibuat, akhir diingat
Pekerjaan yang dibuat secara tergesa-gesa selalu menimbulkan kesulitan dan tidak lengkap, tidak terurus. Oleh sebab itu, masyarakat Melayu jika hendak membuat suatu aktivitas selalu memikirkannya semasak-masaknya supaya hasilnya berjaya.
Alang-alang berdawat, biarlah hitam
Peribahasa ini bermakna jika mengerjakan sesuatu jangan asal-¬asalnya dan awalnya saja. Pekerjaan itu harus serius, jangan tanggung¬-tanggung dan harus sampai selesai.
Kerja beragak-agak tidak menjadi, kerja berangsur-angsur, tidak bertahan
Maknanya sesuatu kerja yang dibuat bertangguh-tangguh/ menunggu-nunggu akan berakibat tidak baik. Oleh karena itu, bila mengerjakan sesuatu harus sampai menjadi dan berjaya. Kenyataan ini sesuai dengan ungkapan, “diam ubi berisi, diam penggali berkarat”.
Sifat padi, semakin berisi semakin tunduk
Ular yang menyusur akar tidak akan hilang bisanya
Hanya orang yang bersungguh-sungguh saja yang akan hidup bahagia. Jika sudah berjaya jangan pula bersikap sombong dan tamak. Orang yang sukses, jika bergaul dengan orang kecil/kampung tidak akan menghilangkan martabatnya. Masyarakat Melayu selalu diingatkan untuk tidak sombong dan tamak, seperti pepatah berikut ini, Jangan diikut sifat lalang, semakin tua semakin tegak. Sebab hal itu sangat bertentangan dengan ajaran Islam.
Baru berlatih hendak berjalan, langsung tersembam
Etika kerja yang terburu-buru dan bersikap tamak tidak untuk diamalkan. Etika kerja yang demikian akan merusak kredibilitas pelakunya.
Selera bagai taji, tulang bagai kanji
Menanti nasi tersaji di mulut
Makna kedua peribahasa di atas yaitu selera mau yang tinggi dan enak, tetapi kerja malas. Tentulah cara seperti ini takkan membawa hasil, bahkan dihina oleh orang ramai.
Bekerja janganlah barulah dan degil
Sikap berhati-hati, berhemat, dan selalu waspada merupakan sikap yang terpuji seperti yang diperingatkan oleh beberapa peribahasa dan ungkapan berikut:
a. Berjimat sebelum habis, ingat sebelum kena;
b. Terdorong kaki, badan binasa;
c. Sepuluh kali diukur, sekali dikerat;
d. Padang perahu di lautan, padang hati di pikiran;
e. Berjalan pelihara kaki, bercakap pelihara lidah.
Hermat dan cermat merupakan amalan yang terpuji bagi orang Melayu
Hemat tidak berarti tamak, cermat tidak berhati lambat. Seperti ungkapan peribahasa berikut ini:
a. Hemat pangkal kaya, sia-sia hutang bertambah;
b. Jika hidup berdikit-dikit, lama-lama menjadi bukit;
c. Hendak kaya berdikit-dikit, hendak ramai bertabur urai.
Orang tua-tua juga mengingatkan, bahwa dalam mencari peluang kerja, zangan memilih-milih. Maksudnya jangan mencari kerja yang senang, tak mau bekerja berat. Itu bukanlah sikap orang Melayu yang ingin maju. Kerja yang perlu dipilih adalah kerja itu jangan “menyalah”, maksudnya jangan menyimpang dari ajaran agama dan adat-istiadat. Sesuai dengan pepatah-petitih kita, “kalau kerja sudah menyalah, dunia akhirat aib terdedah”
Keutamaan kerja, tercermin pula dalam memilih menantu atau jodoh. Orang tidak bekerja, lazimnya dianggap belum mampu “menghidupkan anak bininya”. Orang ini sepanjang dapat dielakkan, tidak akan dipilih menjadi menantu atau jodoh anaknya. Beberapa contoh di atas memberi petunjuk betapa orang Melayu sudah menanamkan nilai etos kerja dalam kehidupan masyarakatnya.
C. Kata mereka yang menang
Apalah jasaku kepada Tuhan, kok Tuhan begitu baik denganku. Begitulah kata mereka yang menang. Padahal kalah dan menang adalah atas izin Allah SWT.
Apa yang terjadi dari pihak kita umat manusia adalah kehendak Tuhan, sekalipun yang berupa pelanggaran hukum dan ketentuan-ketentuanNya. Dan kebebasan kita itu, sebagai anuge¬rah dan pemberian Tuhan semata, Tuhan yang menciptakan kita semua menurut kehendakNya. Tidak kita ambit atau merebutnya dengan paksaan. Dan kebebasan kita itu merupakan inti kehen¬dakNya. Maka dari sinilah kita faham maksud firmanNya
“Tapi tiada kamu berkehendak kecuali dengan kehendak Allah” Q.76:30
Kebebasan kita itu merupakan anugerah yang dikehendaki , Tuhan. Maka itu, amal perbuatan kita tidak bertentangan dengan kehendak-Nya. Tiada saingan dalam kekuasaan dan hukum-Nya.
Faham demikian mengenai kebebasan itu, tidak bertentangan dengan Tauhid. Dan tidak pula membuat sekutu-sekutu dengan Tuhan dalam kekuasaan dan perintah-perintahNya. Sebab kebebasan- kita untuk bersikap dan bertindak, adalah kehendak Tuhan.
Tentang Qadha dan Qadar, tentang takhyir (bebas pilih) dan tas-yiir (pengendalian), banyak orang yang salah faham. Mereka anggap Qadha dan Qadar itu, sebagai paksaan yang ber¬lawanan dengan fitrah naluri manusia. Dan faham anda demikian juga. Faham ini.dibantah Tuhan dalam sebuah firman :
“Jika Kami (Allah) menghendaki, Kami turunkan kepada mereka suatu ayat dari langit, dimana mereka pasti tunduk padanya “ Q.26:4.
Jelaslah sudah, bahwa Tuhan dapat memaksa tiap insan bertekuk lutut dan tunduk pada ketentuan-ketentuan-Nya. Tetapi tidak dilakukan-Nya. Sebab, mengindahkan ketentuan-ketentuan Tuhan dan hukum alarm berdasarkan pengetahuan dan kesadaran, tiada paksaan. Begitulah firman Tuhan :
“Tiada paksaan dalam agama ini. Sebab, sudah jelas apa yang benar dan yang tidak benar” 0.2:256
“Jika Tuhanmu (hai Muhammad) menghendaki, tentulah umat manusia seluruhnya beriman. Buat apa kau memaksa orang supaya beriman ?” Q. 10:99
Tiada paksaan dalam Sunnat Allah, tiada paksaan dalam ke¬tentuan-ketentuan Tuhan.
Karena itu, tak dapat diartikannya Qadha dan Qadar itu se¬bagai paksaan yang berlawanan dengan fitrah naluri insan. Tuhan menakdirkan bagi seseorang sesuai dengan watak dan tabi’atnya, menurut niat dan ikhtiar atau pilihannya. Tak lain. Dan tas-yiir (pengendalian) merupakan ikhtiar (pilihan) manusia sendiri. Tuhan mengendalikan tiap insan menurut niat dan keinginan ser¬ta tujuannya :
“Barang siapa ingin panen akhirat, Kami (Allah) tambahkan panen itu baginya. Dan barang siapa inginkan panen dunia, Kami berikan juga kepadanya”. Q.42:20
“Karena jalan fikiran mereka tidak sehat, maka perbuatan mereka bertambah buruk” Q.2:10
BAB II
MENYALAHKAN TAKDIR TUHAN
A. Pandangan orang Melayu tentang Takdir
ALKISAH, terjadilah perdebatan sengit antara Mahathir Muhammad (waktu itu belum jadi PM Malaysia) dengan Prof. Ungku Aziz, pakar ekonomi yang waktu itu Vice Chancelor (wakil rektor) Universitas Malaya. Perdebatan itu terjadi di sebuah seminar di Kuala Lumpur tahun 1960 yang membahas sebab-sebab rendahnya kemampuan mahasiswa Melayu menghadapi ujian, sehingga banyak yang gagal. Mahathir mengatakan salah satu penyebab rendahnya kemampuan mahasiswa Melayu adalah faktor keturuan. Mahathir bermaksud menyoroti faktor intrinsik tertentu yang menghambat perkembangan orang Melayu.
Koran-koran Indonesia, baik yang terbit di pusat maupun di Riau, tak pernah secara khusus menyajikan kolom tetap mengenai pola berpikir ini. Namun di toko-toko buku amat banyak dijual buku-buku tentang cara menggunakan otak ini, ditulis oleh penulis-penulis Barat, maupun oleh wiraswastawan Indonesia sendiri. Di Jepang, buku-buku mengenai cara berpikir modern ini, terutama yang ditulis oleh penulis¬-penulis non fiksi Barat, laku seperti “pisang goreng”. Keadaan itu amat mempengaruhi cara berpikir generasi muda negeri matahari terbit itu.
Seperti halnya orang-orang Melayu-Malaysia, orang Melayu-Riau pun perlu mempelajari teori-teori tentang pola-pola berpikir modern. Menurut Norman Vincent Peale tadi, penemuan terpenting di abad 20 ini adalah, bahwa manusia bisa mengubah pola hidupnya dengan cara mengubah pola berpikirnya. Orang Melayu bisa mengubah pola berpikirnya, semodern apa pun, tentu saja kalau mau, karena Melayu memiliki etos berpikir yang kuat. Membentuk pola pikir itu amat penting karena menyangkut efisiensi dalam berpikir dan efektifitas dalam bertindak. Walaupun Melayu memiliki etos berpikir yang kuat, tetapi kalau budaya berpikir itu tidak berkembang, maka yang terjadi adalah kekerdilan dalam menggunakan akal, sehingga sudut pandangnya sempit. Selanjutnya terjadi pula pemborosan potensi berpikir yang ujungnya tindakan yang tidak efektif, sehingga berkesan tidak rasional. Padahal etos berpikir kita jelas, pikir itu pelita hari, ikut hati mati, ikut rasa binasa.
Kebudayaan Melayu pun sebenarnya bisa menerima perubahan-perubahan, termasuk perubahan dalam pola berpikir. Sebab orang Melayu memiliki pula etos perubahan dan pembaharuan yang tegas dengan pepatahnya berbunyi, “Sekali air bah, sekali tepian berpindah”, atau juga pepatah ini :
Akal tak sekali tiba,
Pikiran tak sekali datang
Alah bisa tegal biasa
Habis akal, baru, tawakkal.
Maknanya, suatu pekerjaan yang susah, kalau biasa dilakukan akan menjadi mudah. Mengubah tabiat memang susah. Dalam budaya Melayu ada pepatah berbunyi, “Bagai Mengubah Takuk”. Yang artinya, sangat susah mengubah kelakuan seseorang yang sudah menjadi kebiasaannya. Namun dalam budaya Melayu ada pula pepatah yang bebunyi, “Belakang parang pun kalau diasah akan tajam”. Maknanya, orang yang bodoh, jika rajin belajar akan pandai juga. Dapat juga diartikan, suatu pekerjaan yang sulit kalau dikerjakan secara terus-menerus dengan tekun, lama-lama akan menjadi senang juga.
Begitu juga halnya dengan tabiat orang Melayu. Kalaupun ada orang Melayu yang malas, culas, iri, dengki, menunggu dan sifat-sifat negatif lainnya, bisa berubah menjadi sebaliknya, jika mereka mau berusaha untuk mengubahnya. Biasanya meninggalkan perangai yang negatif dan menggantikannya dengan yang positif.
Orang melayu yang mendasarkan budayanya dengan teras Islam selalu memandang bekerja merupakan ibadah, kewajiban, dan tanggung jawab. Bekerja sebagai ibadah merupakan hasil pemahaman orang Melayu terhadap Al-Qur’an dan Hadits Nabi. Terdapat ayat Al-Qur’an yang mengatakan “Apabila kamu telah selesai melaksanakan shalat, maka bertebaran kamu dipermukaan bumi (untuk mencari rezeki dan rahmat Allah). Pada ayat yang lain dikatakan, “Maka apabila telah selesai (dari suatu urusan), kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain” (Q.S. Alam Nasyrah : 7). Beberapa Hadits Nabi yang mendukung budaya dan etos kerja Melayu diantaranya, “Bekerjalah kamu untuk duniamu, seakan-akan kamu hidup selama-lamanya. Dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok pagi” (H.R. Muslim). Hadits lain mengatkaan, “Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang bekera dan trampil. Barang siapa bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya, maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza Wajalla” (H.R. Ahmad)
B. Takdir yang berlaku di alam
1. Jika kita berkata bahwa kupu jantan mengutamakan pilih¬annya pada lawan jenisnya (betina) yang berwarna-warni, maka saya akan bertanya mengapa? Padahal kewarna-warnian itu tak mempunyai kelebihan kekuatan fisik dan kemampuan. Maka itu, bila sektor keindahan diperhitungkan, maka akan berantak¬anlah teori materialistis itu hingga dasar-dasarnya. Teori tersebut tak sanggup memberi jawaban, mengapa dari keledai itu bisa lahir seekor (baghal) yang lebih kuat, yang kekuatannya hampir seperti kuda. Dari jenis kambing seperti bison umpamanya, bisa lahir sejenis lain yang tidak sekuat induknya.
Bagaimana pendapat kita terhadap bulu burung merak, burung cenderawasih dan sayap kupu-kupu yang beraneka corak dan warna itu?
Sesungguhnya kita dihadapkan suatu tangan pelukis yang maha mahir, kreatif dan produktif, tidak di hadapan suatu aduan otot, cakar dan taring.
2. Selain kekeliruan yang ada pada teori evolusi itu, terdapat pula yang serupa pada teori revolusi. Yaitu, perubahan secara tiba-tiba dan tanpa diduga semula pada suatu keturunan akibat penyimpangan keaktifan kedua sel jantan dan betina di dalam rahim dan pertemuan antara kromosom-kromosom untuk menen¬tukan sifat-sifat janin (keturunan).
Kadang-kadang perubahan sifat-sifat itu merugikan, yaitu cacat tubuh dan wajah atau lain-lainnya. Kadangkala mengun¬tungkan bagi suatu lingkungan baru dari suatu jenis hewan, seperti umpamanya, timbulnya sirip-sirip pada kaki jenis hewan yang turun di air. Sirip ini sangat diperlukan untuk renang. Maka itu direstui alam dan ditemurunkan kepada jenis yang baru itu. Sedang kaki yang sama sifat atau bentuknya itu terhapus sama sekali, karena tak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan mereka.
Adapun kekeliruan teori ini ialah, karena didasarkan atas perubahan yang tiba-tiba tanpa dugaan sama sekali dan menge-nyampingkan faktor teknik dan kreasi itu.
Perubahan yang secara tiba-tiba atau kebetulan itu, tak dapat dijadikan dasar mengingat segala sesuatu di sekitar kita ber¬jalan menurut alamiah, cermat dan tepat.
3. Nyamuk bertelur di air yang tenang. Tiap telur keluar dari perut nyamuk dilengkapi dengan dua buah pelampung agar mengambang dan tidak tenggelam.
Maka kiranya dari manakah nyamuk itu belajar hukum Archimides itu Supaya membekali telurnya dengan pelambung¬-pelambung?
4. Pohon-pohon padang pasir memproduk benih-benih ber¬sayap dan terbang bermil-mil mengikuti arus angin untuk mem¬perluas daerahnya tanpa Batas. Kiranya dari manakah pohon-¬pohon tersebut belajar hukum angkutan udara, maka dibuatnya benih-benihnya bersayap hingga dapat terbang ratusan mil ber¬sama angin untuk mencari padang yang cocok untuk mengembang biakkan jenisnya itu?
5. Tumbuh-tumbuhan yang buas yang untuk kepentingan dirinya mereka pandai membuat perangkap untuk mendapat serangga sebagai makanan mereka yang lezat. Gerangan siapakah yang mengajari mereka sehingga dapat membuat perangkap yang unik itu ?
Dalam pada semua itu kita dihadapkan pada suatu akal. Su¬atu akal yang sangat tinggi fikirannya dan yang menciptakan se¬gala sesuatu bagi seluruh makhluk. Maka tak mungkinlah terjadi perkembangan tanpa akal yang maha cermat itu :
“Yalah yang memberikan segala sesuatu kepada makhluk-Nya lalu memberinya petunjuk” : Q. 20:50.
Sebagai sanggahan ketiga terhadap teori Darwin ialah, adanya kromosom-kromosom yang telah ditemukan oleh ilmu penge¬tahuan dewasa ini. Menurut ilmu pengetahuan, tiap jenis hewan mempunyai jenis dan bentuk kromosomnya sendiri. Maka itu, mustahillah akan lahir suatu jenis hewan dari lain jenis mengi¬ngat berlainannya kromosom-kromosom itu.
C. Melawan takdir Tuhan
Ada seorang ibu, pedagang kecil yang melawan takdir. Lingkungannya adalah lingkungan pengemis, itulah takdir di lingkungan itu, tapi ada seorang ibu yang berusaha melawan takdir. Kepada anak-anaknya ia selalu memberi nasehat “kamu harus jualan kue, tidak boleh mengemis”. Prinsip ini dipegang teguh oleh anak-anaknya. Maaf, ini ada kisah yang amat luar biasa! Ceritanya begini :
Ada pengurus yayasan makan malam di warung kaki lima seusai mengadakan rapat.
Begitu duduk mereka langsung diserbu pedagang asongan. Seorang di antara pengasong itu adalah gadis kecil berusia kurang lebih 10 tahun. la menjajakan kue. Namun, karena sibuk berdiskusi, kehadiran para pedagang ini tidak mereka hiraukan.
Saat pesanan tiba, para pedagang itu pun mundur satu per satu. Sebagian mengalihkan dagangannya ke tamu lain, sisa¬nya beristirahat di pinggir jalan. Namun, gadis kecil ini tetap bertahan. Dengan tabah dan sabar, serta sorot mata yang mem¬bujuk, ia berdiri di samping para tamu yang sedang makan
Tekad gadis ini membuat seorang ibu jatuh iba. Ia membuka dompetnya, mengambil pecahan seribu rupiah, dan menyodor¬kannya kepada si gadis. Namun gadis ini hanya menggelengkan kepalanya. Sang ibu menambahnya seribu lagi, namun tetap ditolak. Barangkali kurang, demikian batin si ibu. Ia pun me¬nambahkan hingga menjadi tiga ribu. Aneh, gadis ini tetap menolak.
Sikap gadis ini menarik perhatian semua tamu di meja ter¬sebut. Lalu, seorang bapak berkata dengan nada heran, “Dik… kenapa ditolak?”
“Kata Ibu, sava tidak boleh mengemis. Saya harus jualan.”
Jawaban gadis itu menyentakkan perasaan. Mereka takjub dan kagum. Bagaimana mungkin gadis ini menolak pemberian 3.000 rupiah, yang menurut taksiran kalau pun dia berhasil menjual semua kuenya, untungnya tidak akan sebesar itu¬.
Para tamu tersentuh, dan tiada pilihan lain, mereka pun membeli semua kue gadis ini sebesar 15.000 rupiah. Setelah itu. barulah gadis kecil ini tersenyum, mengucapkan terima kasih, dan meninggalkan mereka.
Hikmah Sebuah Kisah
Kisah ini bercerita tentang harga diri. Mengemis itu tidak haram, namun tentu bukan pekerjaan terhormat. Ketegaran gadis kecil penjaja kue yang tidak mau menerima belas kasihan bersikukuh menjual dagangannya patut dicontoh.
Penampilan luar sering menjadi acuan harkat dan derajat seseorang. Semakin keren atau bermerek penampilan seseorang, perhatian suka lebih tertuju kepadanya.
Mungkin benar, tampilan luar yang mentereng busana mahal, perhiasan mengkilap, kendaraan mewah bisa menjadi tanda bahwa orangnya berasal dari kalangan atas. Namun kalau mentalnya dibedah, mungkin saja mental pengemis yang di¬dapat. Sebaliknya, orang sederhana sering dipersepsi sebagai kalangan bawah, tetapi bisa jadi rasa hormat diri mereka justru lebih tinggi.
Gadis kecil tadi mengajarkan, kehormatan bukanlah apa yang kita tampilkan keluar, namun apa yang kita pancarkan dari dalam: budi pekerti, ketegaran, dan keterhormatan.
Berbicara tentang kehormatan. Mari kita menjaga harga diri kita agar tetap tinggi dengan menolak melakukan hal-hal yang hina.
Ada dua macam Takdir
Pertama, takdir “Mubram” (tetap) tidak diubah dan tidak dapat dilawan. Misalnya matahari yang terbit di timur, tenggelam di barat, pastilah tidak dapat diubah oleh manusia. Kedua, takdir “Mu’allaq” (digantungkan). Maksudnya dikaitkan dengan usaha manusiawi, maka takdir yang kedua ini, dapat diubah, misalnya mengubah pekerjaan dengan menambah keterampilan. Semua orang dapat melakukan, alih profesi. Tuhan tidak akan mengubah profesimu, sebelum kamu sendiri mengusahakan perubahan itu.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan sarana yang dapat melepaskan segala belenggu, rintangan dan hambatan¬-hambatan di samping memberikan kebebasan.
Adapun sarana yang kedua; Agama. Agama yang murni, yang diwahyukan Tuhan. Dengan mengamalkan ajaran-ajaran agama yang murni itu, manusia mendekatkan diri kepada Tuhan, dimana mereka mendapatkan bantuan moral spiritual.
Demikian ini dipergunakan sebaik-baiknya oleh para nabi dan rasul serta oleh yang mengikuti,jejak mereka.
Nabi Sulaiman (as) dengan bantuan Tuhan dapat menguasai semua jin berikut raja-raja mereka, mempergunakan angin untuk mengangkut dirinya ke jarak-jarak yang jauh, bagaikan pesawat udara yang mutakhir. Selain itu, beliau dapat juga berbicara dengan burung-burung dan mengerti bahasa mereka masing-¬masing.
Nabi Musa (as) membelah lautan menjadi dua, masing-masing bagaikan gunung menjulang ke angkasa dengan bantuan Tuhan.
Nabi Isa (as) dapat menghidupkan orang yang sudah mati,
dapat berjalan kaki di atas air, menyembuhkan mata yang sudah lama buta, menyembuhkan penyakit lepra, segala penyakit kulit
dan lain-lainnya. Selain mendatangkan suatu hidangan besar dari
langit. Semua itu dengan bantuan Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
Dan kita banyak membaca tentang para wali, orang-orang
yang shalih yang telah mendapat kedudukan di sisi Tuhan, dimana bumi yang terdampar luas itu, menjadi dekat bagi mereka dan berbagai masalah yang gaib terpampang jelas di hadapan mereka. Demikian ini merupakan kebebasan yang tak sama tingkatnya. Dan semua itu mereka dapatkan dengan ketekunan beribadah dan mendekatkan diri di sisi Tuhan serta menjauh dari setiap bujukan hawa nafsu dan keserakahan. Karena dicintai Tuhan dan dilimpahi berbagai ilmu yang tersimpan pada-Nya.
Yang demikian pun merupakah ilmu. Tetapi ilmu laduni (bakat).
Tentang “Mukhaiyar dan Musaiyar” (bebas pilih dan terkendali atau terpimpin), imam Gazali menyimpulkan dalam dua perka¬taan :
“Manusia bebas dalam apa yang diketahuinya. Dan dalam yang tidak diketahuinya, ia terpimpin dan terkendalikan”.
Maksudnya :
Orang yang bertambah luas ilmu dan pengalamannya, tentu bertambah luas pula kebebasannya. Baik dalam pengetahuan umum maupun dalam bakat. Maka betapa sesatnya fikiran dan pendapat golongan historis materialis yang mengatakan, manusia terikat pada hukum historis dan kelas. Dengan fikiran tersebut, mereka anggap manusia merupakan rantai yang matanya takkan terlepas dari sejenisnya dan takkan lolos dari hukum ekonomi dan gerakan lingkungan, seakan-akan gumpalan sampah yang terombang-ambing oleh arus sungai tanpa mengadakan perlawanan atau mempunyai kemauan.
Adapun hukum keharusan perjuangan kelas yang selalu di¬gembar-gemborkan mereka tanpa henti, adalah buah fikiran yang tidak benar cara menganalisanya. Dalam alam manusia tiada ter¬dapat hukum keharusan. Yang ada hanyalah pertimbangan dan kemungkinan. Antara manusia dan mesin, antara manusia dan benda-benda, sangat jauhlah bedanya.
BAB III
APAKAH TUHAN BERDUSTA?
A. Datang juga ke pesta
Maaf, Tuhan yang juga ke pesta, padahal dia sudah mengatakan tidak akan datang, ialah cerita dari Eropa, yang konon katanya diilhami oleh Injil. Lihat Kitab Yohanes 7:8 – 10 :
“Pergilah kamu ke pesta itu. Aku tidak pergi ke situ karena waktuku belum genap. Demikianlah katanya kepada mereka, dan iapun tinggal di Galilea. Tetapi sesudah saudara-saudara Isa berangkat ke pesta itu ia pergi ke pesta itu, tidak terang-terangan, tetapi diam-diam.”
Tanggapan Penulis
Walaupun Orang Eropa telah menjadikan Nabi sebagai Tuhan semenjak tahun 325 Masehi di Nekia, tapi di dalam ayat tersebut, Isa tidak berdusta, seperti yang dituduhkan oleh orang Yahudi. Isa tidak menipu, bahwa beliau bukan berjanji tidak akan pernah datang. Barangkali hanya “belum” datang saat itu, tapi, datang juga di saat yang lain. Nabi-nabi dan para rasul tidak akan pernah berdusta. Mereka mempunyai sifat : 1. Siddiq, 2. Amanah, 3. Tabligh, 4. Fattahonah. Ungkapan Yahudi yang lebih parah lagi ialah, katanya Nabi Isa itu adalah anak jadah. Anak jadah ialah yang Bapaknya dipersoalkan oleh hukum yang rasional.
Apakah Tuhan ingkar Janji?
Ada seorang cendikiawan yang beragama Islam. Di dalam tulisannya, ia menuntut janji Allah, seperti dalam Q.S An-Nur : 55.
“Ya Allah, mana janji-mu? Engkau mengatakan akan memberikan kekuasaan kepada orang yang beriman, dan beramal saleh, akan dijadikan penguasa di bumi. Nyatanya orang-orang kafirlah kini yang Engkau beri kekuasaan di bumi”
Ungkapan ini, berasal dari orang yang putus asa, di saat melihat seluruh negara Islam di dunia di kuasai oleh Inggris dan Amerika. Lebih-lebih lagi Yahudi, tanpa belas kasihan, membantai bangsa Palestina, tanpa kasihan. Apakah Tuhan berdusta.
Sebenar janji Allah benar, tapi umat Islam sendiri, yang tidak layak mendapatkan kekuasaan besar di dunia, karena tidak pernah bersatu. Satu sama lain terlibat konflik. Kalau umat Islam bersatu Allah akan memudahkan segala urusan.
“Maka Barang siapa yang suka memberi, bertakwa dan menerima yang baik, Kami (Allah) licinkan baginya jalan menuju kebahagiaan. Dan barang siapa yang bakhil (pelit), mementingkan dirinya melulu dan menampik yang baik, Kami (Allah) mudahkan baginya jalan kepada kemalangan (kesukaran)” Q.S. 92:5-10
“Bukanlah kau (hai Muhammad) yang melempar ketika kau melempar, tetapi Allah yang melempar” Q. 8:17
B. Tuhan menciptakan Konflik?
Konflik antara Cina WNI dan Melayu, Batak, Jawa tentu saja pribumi, memang sudah, dirancang oleh Tuhan kata segelintir orang. Ketika anak Cina WNI di SD, berteman dengan anak pribumi, maka sang ibu masing-masing mengatakan “sejak lahir kita tidak sama, pribumi ditakdirkan menjadi kuli, pembantu. Cina WNI ditakdirkan menjadi Bos, yang diibaratkan anak ular dan, anak kodok. Anak ular harus merasa hina jika berteman dengan anak kodok. Benarkah, demikian? Anak renungkan sendiri, kisah ini:
“Hai, kamu siapa? Kok badanmu panjang?” tanya Nakodok kepada Nakular.
“Hai juga. Memang beginilah keluarga kami, panjang dan licin. Namaku Nakular. Kamu siapa? Kenapa badanmu bulat begitu, dan, eh, kok tidak punya ekor?”
“Namaku Nakodok. Memang beginilah keluarga kami, memiliki perut dan punggung besar, serta tidak punya ekor. Lucu yah,” demikian jawab Nakodok.
Setelah sebentar saling sapa, mereka pun dengan cepat menjadi kawan yang kompak dan akhirnya bersahabat. Sebagai sahabat baru, mereka larut dalam kegembiraan dan bermain sepanjang hari. Saking asyiknya, mereka tidak sadar sudah berada jauh dari rumah.
Menjelang malam, Nakodok kembali, dan amarah sang ibu langsung menyambutnya. “Kamu dari mana seharian hah! Tahu nggak, kami sudah mencarimu ke mana-mana?”
Nakodok yang masih diliputi keceriaan bercerita dengan antusias. “Oh, hari ini aku ketemu teman baru. Namanya Nakular. Dia lucu sekali. Badannya panjang, meliuk-liuk, bisa berdiri seperti per, dan juga melingkari tubuhku.”
Tetapi reaksi yang didapat Nakodok sungguh diluar duga¬an. “Gila, kamu hampir mencelakakan dirimu! Tahukah kamu siapa mereka? Mereka adalah keluarga ular. Mereka itu pemakan kodok, tahu? Untung dia masih kecil kamu tidak dimakannya. Coba kalau ketemu bapaknya atau ibunya, kamu pasti sudah ditelan. Mulai besok kamu tidak boleh bermain-main ke sana lagi!”
Nakodok hanya bisa terkejut dan menangis. Ia tidak pernah mengira bahwa persahabatan sehari mendatangkan amarah yang luar biasa.
Di tempat lain, Nakular yang baru tiba di rumah langsung dicerca ibunya. “Kamu dari Mana, hah? Pergi sampai lupa waktu.”
“Oh … tadi aku bermain-main, Ma. Aku dapat teman baru.
“Gila kamu! Tahukah kamu bermain dengan siapa?” amarah sang ibu menggagetkan Nakular. “Dia adalah keluarga kodok, mereka makhluk jelek yang ditakdirkan untuk makan¬an kita. Mau ditaruh di mana martabat keluarga kita seandainya ada yang melihat kamu bermain dengannya? Mulai besok, Ibu tidak mau kamu bermain dengan dia lagi!”
Sejak itu Nakular dan Nakodok tidak pernah bermain lagi. Kalaupun kebetulan saling melihat dari jauh, mereka akan memalingkan muka dan menjauh dari sahabat yang pernah akrab sehari.
Takdir membuat kita bermusuhan?
Permusuhan dan pertentangan antara satu pihak dengan pihak lain sering kali merupakan warisan turun-temurun. Namun, jauh di lubuk hati setiap makhluk, ada panggilan hati untuk saling berkawan akrab. Perasaan itulah yang dialami Nakodok dan Nakular dalam cerita di atas.
Secara alamiah kita terpanggil oleh jiwa yang murni untuk mengulurkan tangan dan persahabatan kepada siapa saja. Melalui perkawanan dan persaudaraan niscaya pengalaman-¬pengalaman yang menyenangkan, menguntungkan, dan mem¬bawa sukses akan kita peroleh.
Cina WNI dan Pribumi, bagaikan anak ular dan anak kodok. Antara bangsa Israel dan bangsa Arab juga seperti anak ular dan anak kodok. Sangat disayangkan.
Sayang Nakular dan Nakodok tidak mendengarkan pang¬gilan hati mereka untuk bersabahat. Mereka lebih menuruti pesan-pesan orangtua yang sesungguhnya mesti diperiksa dan dikaji lagi.
Marilah mengulurkan tangan hati yang tulus untuk ber¬kawan dan bersahabat dengan siapa pun. Itulah panggilan ke¬manusiaan, memperluas silaturahmi.
Akar Masalah
Akar masalah konflik Cina WNI dan Pribumi, ialah “tidak seiman dan adanya arogansi, atau kesombongan salah satu pihak. Mirip dengan konflik poligami.
Poligami gagal bukan karena suami tidak adil. Bukan karena suami tidak bertanggung jawab. Bukan pula karena istri tidak cantik. Tidak juga karena istri tidak pandai melayani suami, juga bukan karena istri tidak mendapat nafkah yang cukup.
Seperti matinya sebuah pohon, bukan karena batangnya lemah. Bukan karena rantingnya patah. Bukan karena daunnya kekuningan. Bukan karena bunganya layu, atau karena buahnya sedikit. Bukan, bukan. Kematian itu sebenarnya berawal dari sesuatu kekurangan atau kelemahan yang ditanggung oleh akar pohon itu. Akarnya yang lemah dan rusak, akibat kekurangan bahan makanan yang diperlukan olehnya, hingga hasilnya menyebabkan bagian-bagian pohon yang lainnya ikut susah, sampai membawa kematian.
Tapi karena akar itu di dalam, tiada siapa yang kelihatan baik buruknya, maka manusia sering melupakan fungsi akar. Seolah-olah akar tidak ada peranannya. Lalu diandaikan nasib pohon bergantung pada batang, daun, bunga, biji benih atau lainnya.
C. Memprotes Tuhan !
Dalam sebuah cerita kiasan, diterangkan begini : Sang Pastor ternyata dimasukkan ke neraka di akhirat, karena di dunia, tidak mau menyelamatkan diri dari banjir. Begitulah mimpi jamaatnya.
Konon, di tengah desa berdirilah sebuah gereja. Setiap hari banyak warga yang datang merayakan kebaktian yang dipimpin oleh seorang pastor tua.
Suatu hari hujan lebat turun mengguyur wilayah itu. Sedikit demi sedikit air naik menggenangi desa. Awalnya setinggi mata kaki, lalu lutut, dan akhirnya mendekati paha orang dewasa. Pengurus desa memerintahkan agar penduduk segera me¬ngungsi.
Sang pastor juga tidak luput. Tetapi sebagai orang yang beriman, dia tetap bertahan sambil berdoa memohon kepada Tuhan untuk menghentikan hujan agar bencana lebih besar tidak terjadi.
Selang beberapa lama, datanglah regu penolong menjemputnya dengan jip besar. “Bapak, banjir sudah semakin tinggi. Ayo bergabung dengan kami untuk mengungsi ke tempat yang aman.
Tetapi pastor menjawab, “Tidak usah anakku. Kalian men¬cari penduduk lain saja. Aku bertahan di sini saja.”
“Semua penduduk sudah diungsikan. Tinggal bapak sendiri yang masih bertahan di sini. Mari … naiklah bersama kami,” regu penolong membujuk.
“Kalian pergi saja. Aku tidak membutuhkan pertolongan kalian. Tuhan pasti menolongku.” Merasa sia-sia, regu penolong itu pun pergi.
Hujan terus mengguyur. Tembok gereja sudah tenggelam, dan pastor mengungsi ke lantai sotoh gereja. Dari kejauhan datanglah regu penyelamat, kali ini dengan perahu karet.
“Bapak Pastor, air semakin tinggi, hujan semakin gila, mari mengungsi sebelum terlambat!”
“Tidak, Tuhan pasti menyelamatkan saya dengan cara-Nya. Saya tidak butuh bantuan kalian… pergilah!”
Regu penyelamat pun pergi dengan khawatir.
Hari beranjak malam, hujan mengguyur semakin lebat. Seluruh gereja sudah tenggelam, dan bapak pastor berdiri di ujung atap sambil memeluk menaranya. Tidak berapa lama, terdengar deru helikopter dengan lampu sorot mendatanginya. Beberapa orang berteriak sambil melemparkan tali.
Namun pastor tidak bergeming. Dengan putus asa mereka meninggalkannya.
Hujan tidak juga berhenti dan akhirnya menenggelamkan seluruh desa. Pastor pun hanyut lalu meninggal.
Pastor Masuk neraka, kata sebuah cerita
Keputusan Tuhan di akhirat menyatakan bahwa sang Pastor dimasukkan ke neraka, karena, ia dianggap bunuh diri melalui banjir besar. Ia tidak puas, Pastor memprotes. Ia bertemu dengan Tuhan dan segera protes menyatakan kekecawaannya. “Aku sudah berpuluh-puluh tahun mengabdi, mengorbankan waktu dan tenaga untuk mengabarkan ajaran-Mu, tetapi mengapa Engkau tega membiarkan aku?” bahkan engkau masukkan aku ke neraka
Tuhan menjawab dengan lembut. “Lho, memangnya kamu pikir siapa yang mengirimkan regu penyelamat dengan mobil, perahu karet, dan helikopter itu?” Akulah yang menggerakkan hati mereka untuk menolongmu”.
Renungan :
Banyak orang menganggap bahwa hidup keagamaan ter¬pisah dari kehidupan. Padahal menyelamatkan diri adalah ibadah. Itu berarti kita harus senantiasa menghayati kehadiran Tuhan di ruang kerja, bengkel kerja, maupun di kantor kita. Olah kerja demikian kita niatkan sebagai dedikasi¬kan kepada Tuhan di masjid, atau gereja.
Konstituen kerja kita banyak: pelanggan, atasan, maupun rekan sekerja. Namun buat orang beriman, Tuhan adalah konstituen ummat kita. Dalam tradisi ini, bekerja bagi Tuhan haruslah dengan menyajikan yang terbaik dengan segenap cinta dan pengabdian. Diyakini dengan cara demikianlah Tuhan berkenan mengubah nasib kita (Q.S. Arro’du : 11)
Apabila kita mampu mentransendensikan pekerjaan, ber¬olah kerja sebagai olah rohani, maka kita akan mampu memper-sembahkan karya terbaik yang membuat pelanggan tersenyum dan Tuhan pun tersenyum. Itulah esensi kita, bekerja penuh cinta yang didedikasikan untuk Tuhan. Perlu dicatat bahwa Tuhan tidak pernah berdusta.
BAB IV
PATUNG YANG DIPERTUHANKAN
A. Larangan Membuat Patung
Di dalam “Ten Commandoment” ada larangan yang paling tegas membuat patung (Keluaran 20:3)
Firman ini disampaikan Tuhan kepada Nabi Musa yang diambil dari kitab Keluaran 20 :1-17 dan Kitab Ulangan 5 : 1-22 yang berbunyi: Nabi Musa memanggil seluruh orang Israel yang berkumpul dan berkata mereka : Dengarlah, hai orang Israel ketetapan dan peraturan yang ada pada hari ini Ku perdengarkan kepadamu, supaya kamu mempelajarinya dan melakukan dengan setia. Tuhan Allah kita telah mengikat perjanjian dengan kitab di Horeb. Bukan dengan nenek moyang kita. Tuhan mengikat perjanjian itu, tetapi dengan kita, kita yang ada disini pada hari ini, kita semunya yang masih hidup. Tuhan telah bicara dengan berhadapan muka dengan kamu di gunung dan tengah- tengah api. Aku ada pada waktu itu berdiri antara Tuhan dan kamu untuk memberitahukan firman Tuhan kepadamu, sebab kamu takut kepada api dan kamu tidak naik gunung.
Lalu Allah mengucapkan segala firman ini :
1. Akulah Tuhan Allahmu yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan.
2. Jangan ada padamu Allah lain dihadapan Ku
3. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
4. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya sebab Aku Tuhan, Allahmu adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dan orang-orang yang membenci Aku.
5. Tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-beribu orang, yaitu mereka yang mengasihi aku dan yang berpegang pada perintah-perintah Ku.
6. Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan, sebab Tuhan akan memandang bersalah orang yang menyebut nama Nya dengan sembarangan
7. Ingatlah dan kuduskan hari Sabat.
8. Enam hari lamanya engkau bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu.
9. Tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat Tuhan Allahmu, maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan engkau atau anakmu laki-laki atau anakmu perempuan atau hambamu laki-laki atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.
10. Sebab enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya dan ia berhenti pada hari ketujuh, itu sebabnya Tuhan memberkati hari Sabat dan menguduskanya.
11. Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan Allahmu kepadamu.
12. Jangan berzina.
13. Jangan membunuh.
14. Jangan mencuri.
15. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
16. Jangan mengingini rumah sesamamu, jangan mengingini istrinya.
Firman itulah yang diucapkan Tuhan kepada seluruh jemaahmu dengan suara nyaring di gunung, di tengah-tengah api, awan dan kegelapan, dan tidak ditambahkannya apa-apa lagi. Dituliskannya semuanya pada batu, lalu diberikannya kepadaku.
Dari kutipan di atas maka dapat diambil kesimpulan 10 Firman Allah Yaitu :
1. Tidak ada Tuhan lain selain dari Aku
2. Jangan kamu sekali-kali membuat patung menyerupai apapun di bumi ini.
3. Jangan kamu menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan.
4. Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat.
5. Hormatilah ayahmu dan ibumu supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan Allahmu kepadamu.
6. Jangan membunuh.
7. Jangan berzina.
8. Jangan mencuri.
9. Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
10. Jangan mengingini rumah sesamamu, jangan mengingini istrinya, atau apapun yang di punyai sesamamu.
b. Indahnya Hukum Tuhan
Di dalam buku The Choice membahas tentang hukum dan aturan baru yang dibawa oleh nabi Musa dan Nabi Muhammad untuk kaumnya. Sedangkan Yesus hanya mengenapi hukum- hukum tersebut
Nabi Musa
Nabi Musa tidak hanya memberi 10 perintah Allah kepada orang-orang Israel, tetapi hukum-hukum peribadatan yang sangat luas sebagai petunjuk kaumnya. Hukum tersebut dikenal dengan hukum Taurat.
Nabi Muhammad datang kepada sebuah kaum yang sangat bodoh yang biadab. Mereka menikahi ibu tirinya, menguburkan anak perempuannya hidup-hidup, mabuk-mabukan, berzina, menyembah berhala.
Yesus mengambil penderitaan untuk menyakinkan mereka bahwa dia tidak datang dengan agama baru. Tidak ada hukum dan peraturan baru Yesus mengatakan janganlah kamu menyangka bahwa aku datang untuk meniadakan hukum Taurat dan meniadakan kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya, karena aku berkata kepadamu: “sesunguhnya selama belum lengkap langit dan bumi ini, satu atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi (Matius 5:17- 18). Sebagai Yahudi yang baik, Yesus menghormati hukum- hukum nabi yang mendahuluinya.
C. Konklusi
Dari hukum-hukum yang diajarkan oleh para nabi adalah untuk mengajarkan kebaikan, begitu juga dengan agama yang ada di dunia ini. Jadi kita sebagai umat beragama sudah sepatutnya saling menghargai dan melaksanakan ajaran yang kita anut. Jika kita mampu melaksanakannya dengan baik, niscaya dunia ini akan terasa damai.
Hukum-hukum lainnya di dalam Taurat dan Injil yang perlu diketahui ialah :
1. Haramnya babi, menurut Imamat 11:7 – 8
Alkitab cetakan lama tahun 1941: Im 11: 7 “ Dan lagi babi, karena soengoehpon koekoenja terbelah doewa, ija itoe bersiratan koekoenja, tetapi tiada ija memamah bijak, maka haramlah ija kapadamoe.
Menurut Alkitab, babi itu haram. Semua umat Islam mengharamkan babi. Tetapi hampir semua umat Kristen justru makan babi.
Ini membuktikan bahwa yang ikut ajaran Yesus adalah umat Islam. Menjadi pertanyaan, kenapa umat lain tidak mengharamkan babi, malah mereka menghalalkannya?? Ternyata mereka mengikuti paham Paulus yang mengatakan bahwa segala sesuatu itu halal. Perhatikan ucapan Paulus sebagai berikut : Segala sesuatu halal bagiku, tetapi bukan semuanya berguna. Segala sesuatu halal bagiku, tetapi aku tidak membiarkan diriku diperhamba oleh suatu apapun. (I Korintus 6:12)
Apa yang difirmankan Allah dalam Alkitab bahwa babi haram, diwahyukan kembali kepada nabi Muhammad di dalam Al- Qur’an, yaitu Qs 2 Al Baqarah 173, Qs 5 Al Maaidah 3, Qs 6 Al An’aam 145 dan Qs 16 An Nahl 115.
Contoh : Qs 2 Al Baqarah 173
“Hanya sesungguhnya Allah haramkan bagi kamu bangkai, darah, daging babi dan hewan yang disembelih disebut nama selain Allah”.
Qs 6 A1 An’ am 145
“Katakanlah, “Tiada aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya kecuali bangkai, darah yang, mengalir, atau daging babi, karena sesungguhnya semua itu kotor atau kefasikan yang disembelih bukan dengan nama Allah….. “
2. Tentang mengkafani Jenazah
Mark 15:46 Yusuf pun membeli kain lenan, kemudian ia menurunkan mayat Yesus dari Salib dan mengapaninya dengan kain lenan itu. Lalu ia membaringkan Dia di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu. Kemudian digulingkannya sebuah batu ke pintu kubur itu. (Markus 15:46)
Yesus mati dikafani dan tidak pakai peti. Semua umat Islam insya Allah mati sama seperti matinya Yesus, yaitu dikafani dan tidak pakai peti. Bahkan kuburan Yesus tidak dibeton, tapi hanya diletakkan sebuah batu di atasnya sebagai tanda. Tapi umat Kristen justru matinya pakai jas, pakai sepatu, dihias serapi mungkin bagaikan seorang penganten dalam pelaminan, pakai peti dan kuburnya di bangun seperti rumah. Ketika Yesus mati, mayatnya juga disegerakan untuk dikubur walaupun baru mati beberapa jam. Tapi umat Kristiani, sering mayat itu dibiarkan sampai beberapa hari sambil menunggu keluarga¬nya yang jauh untuk menengoknya. Umat Islam juga bila mati, mayatnya harus disegerakan menguburkannya, dikafani, dan tidak pakai peti. Bahkan kuburan umat Islam disunahkan menaruh batu di atasnya, tanpa dibeton. Ini berarti umat Islamlah yang mengikuti ajaran Yesus.
3. Ucapan Insya Allah
Yak 4:13-17 (13) Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: “Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung”; (14) sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. (15) Sebenarnya kamu harus berkata: “Jika Tuhan menghendakinya (insya Allah), kami akan hidup dan berbuat ini dan itu. “ (16) Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah. (17) Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.
BAB V
AKU PERNAH MENYALAHKAN TUHAN
A. Lepasnya Seorang Gadis
Ini kisahku sejati. Tahun 1974, hidup sangat menderita di Air Tiris, Kampar. Penampilanku jelek, hiduppun teramat miskin. Tapi, ada sesuatu yang amat menggembirakan, yaitu seorang gadis cantik jelita jatuh hati padaku. Menurut perkiraan semula sangat mustahil. Ketika beberapa temanku, sesama tidur di surau, mengetahui kisah cintaku dengan gadis itu, semua menghinaku, mencaci maki diriku yang tidak sadar akan untung nasibku. Yang tua-tuapun ikut melarang, agar aku tidak mendapatkan gadis yang cantik bak mutiara itu, yang tersimpan di dalam kaca pembatas.
Akibat gemburan hinaan bertubi-tubi itu akupun putus asa. Mutiara cantik itu aku lepaskan, padahal pada saat terakhir, aku sudah jadi Sarjana di kota, dan sudah punya penghasilan tetap. Aku tidak seperti yang dulu lagi. Tapi karena trauma masa lalu begitu pedih dan sakit, nyaliku jadi hilang. Aku menyesali Tuhan. Dengan berat hati aku menyakskan lepasnya seorang gadis ke tangan orang lain. Pedih memang.
Pengalaman sejatiku itu, membuat aku menyesal, “betapa bodohnya aku?”. Mungkin aku adalah seekor ikan piranha yang agresif tapi kemudian putus asa, memandang kepada kelemahan diri sendiri, coba anda simak baik-baik kisah nyata berikut ini :
Ada seorang pengusaha baru kembali dari perjalanan ke Brazil, Amerika Selatan. la membawa pulang oleh-oleh setoples ikan piranha. Seperti diketahui, piranha di habitat aslinya, di perairan Amazon, adalah ikan yang sangat buas dan agresif. Pengusaha ini menaruhnya di dalam akuarium bersekat kaca. Ikan-ikan itu berenang tenang di bak kiri.
Kemudian, sejumlah ikan lokal dimasukkan ke bak kanan. Seketika, seperti dikomando, mereka segera menyerbu hendak memangsa ikan lokal tersebut. Tetapi apa daya, mereka hanya bisa menubruk kaca. Serbuan diulangi! Piranha menerkam ganas. Kali ini moncong-moncong mereka mulai penyok tertumbuk tembok kaca.
Tidak jera, Piranha terus menyerbu, menyerbu, dan me¬nyerbu sampai akhirnya bibir mereka jontor berdarah-darah. Pada titik itulah mereka kapok dan tak lagi berani menerkam. Pelan tapi pasti, mereka kehilangan agresivitasnya.
Sekian waktu kemudian, sesudah piranha sembuh, tembok kaca pemisah akuarium dicabut. Aneh bin ajaib, mereka ke¬hilangan naluri aslinya, tidah lagi sporitan ganas menerkam. Mereka bahkan terlihat jinak dan rada takut mendekati ikan lokal tersebut.
B. Masih salahkah Tuhan ?
Pembaca yang budiman, kisah ini mengilustrasikan bahwa pengalaman buruk kita di masa lampau kerap menjadi kendala untuk bertumbuh dan berkembang. Kekecewaan, kegagalan, atau trauma membuat kita kapok, tidak berani berinisiatif, kehilangan rasa percaya diri dan semangat juang. Akibat yang lebih mendalam, banyak orang kehilangan naluri alaminya dan daya hidupnya melemah.
Kini, “kaca pembatas” sudah terangkat. Namun pengalaman buruk yang dulu masih saja menjadi gembok imajiner yang membelenggu. Betul, pengalaman-pengalaman itu harus kita maknai sebagai guru dan referensi untuk maju. Yang tidak boleh, ia menjadi pengungkung yang mematikan inisiatif. kreativitas, keberanian, dan daya juang kita.
Seberapa pahit pun masa lalu kita, entah di bidang studi, keluaga, pekerjaan atau bisnis; di mana kita menderita kerugian, kemalangan atau kecelakaan, mari kita sadari bahwa itu semua hanyalah pengalaman lampau. Bijaklah oleh kerenanya, tapi tetaplah fokus dan bersemangat ke depan.
Jadi, mari coba periksa, masih adakah kaca penghalang? Jangan-jangan sudah hilang. Jika demikian, berusahalah lagi. Yakinlah, jika selalu waspada, sadar dan bersahabat dengan lingkungan, main memakai kecerdikan dan kecerdasan, maka ini bisa hidup sesungguh-sungguhnya, sepenuh-penuhnya, dengan semangat tinggi yang menjadi. ciri kepribadian asli kita.
Ingatlah, saat masih kecil, kita dengan rajin mengeksplorasi dunia sekeliling: berani memegang api, gagah meraba moncong anjing, nekat melayang terbang, percaya diri membongkar harang-barang elektronik, perkasa menjungkirbalikkan tempat tidur, dan tidak takut saat bermain Lumpur dan air. Ya, kita memeriksa apa saja di sekitar kita untuk mencari pengalaman. Kita jatuh bangun, tapi tidak kapok. Kita meringis dan me¬nangis, tapi sebentar kemudian bercanda dan tertawa. Semua itu sangat penting karena dengan demikianlah kita menjadi khas manusia dan autentik.
Maka “jangan mau terhantui, apalagi terbelenggu, dengan pengalaman lampau yang pahit”. Etos rahmat mengajarkan bahwa hidup ini adalah berkah, termasuk semua pcngalaman yang manis, asin, asam, tawar, kecut, getir, dan pahit. Percayalah, sesudah dan di balik semua pengalaman itu pasti muncul anugerah yang renyah. Bagai menghadapi buah durian, dari luar memang tajam dan melukai, retapi kalau dengan tenang kita gunakan akal, lalu membelah durian dengan hati-hati, maka daging buah yang harum dan lezat segera ternikmati di lidah. Kata Jangsen Sinamo.
Melangkah menjalani sukses. Jangan pernah kehilangan nikmat durian karena takut duri-durinya. Jika harus tertusuk juga, jangan mau berhenti, tetapi sibaklah kulitnya lalu kulumlah daging buahnya yang lezat legit mewangi. Selamat menjelajahi kehidupan ini dengan tuntunan rahmat!
C. Aku mendapatkan Keajaiban dari Tuhan
Rupanya Tuhan menggantikan gadis lain untuk mendampingiku. Aku tidak menyangka, rupanya ada mutiara lain yang dihadirkan Tuhan padaku, jauh lebih cantik, dari mutiara yang pernah aku hayalkan. Mutiara itu menjadi milikku selamanya. Aku merasakan dan semua orang telah mengatakan tidak ada mutiara lain lagi yang dapat menyamainya, mutiara Rahmat Illahi Robbi, membuat tentram lahir dan batin.
Pembaca yang budiman, hikmah yang ingin disampaikan di sini ialah bahwa kalau kita meneropong seluruh keberadaan kita di bawah mikroskop evaluasi batin, sejak dari kandungan hingga kini, menjelujuri seluruh titik-titik peristiwa sejarah kehidupan kita, niscaya kita akan takjub sendiri karena ke¬ajaibannya, dan menjadi yakin bahwa tangan Tuhan yang ter¬sembunyi selalu menopang, menyantuni, dan memimpin hidup kita. Imperatif moralnya, marilah kita juga sesudah menyukuri dan memuji kebaikan-Nya
“Dia mereka yang berfikiran sehat, dikembangkan Tuhan pengetahuannya”. Q.47:17
“Jika kamu berfikiran sehat, niscaya diberi Tuhan apa yang lebih balk dari pada yang terambil dari padamu “. Q.8:70
Tuhan menentukan Qadha dan Qadar itu, menurut niat dan watak atau kepribadian seseorang. Jika baik niat dan kepribadian¬nya, tentu baik jualah Qadha dan Takdir Tuhan itu baginya.
Tas-yiir (pengendalian/tuntunan), serupa dengan takhyiir dan ikhtiar. Yakni, inisiatif.
“Tiada paksaan dalam agama ini. Sebab, sudah jelas apa yang benar dan yang tidak benar” Q.2:256
“Jika Tuhanmu (hai Muhammad) menghendaki, tentulah umat manusia seluruhnya beriman. Buat apa kau memaksa orang supaya beriman ?” Q.10:99
Tiada paksaan dalam Sunnat Allah, tiada paksaan dalam ke¬tentuan-ketentuan Tuhan.
Karena itu, tak dapat diartikannya Qadha dan Qadar itu se¬bagai paksaan yang berlawanan dengan fitrah naluri insan. Tuhan menakdirkan bagi seseorang sesuai dengan watak dan tabi’atnya, menurut niat dan ikhtiar atau pilihannya. Tak lain. Dan tas-yiir (pengendalian) merupakan ikhtiar (pilihan) manusia sendiri. Tuhan mengendalikan tiap insan menurut niat dan keinginan ser¬ta tujuannya :
“Barang siapa ingin panen akhirat, Kami (Allah) tambahkan panen itu baginya. Dan barang siapa inginkan panen dunia, Kami berikan juga kepadanya”. Q.42:20
“Karena jalan fikiran ,mereka tidak sehat, maka perbuatan mereka bertambah buruk” Q.2: 10
BAB VI
TUHAN TEGA MENYAKSIKAN KEKEJAMAN
A. Dahulu, laki-laki berpoligami, dianggap kejam
Apabila anda membaca buku “Manisnya Madu” karya Ustazah Khadijah Aam, anda tidak akan pernah menganggap poligami sebagai suatu kekejaman.
Beliau menikah dengan Ust. H. Ashaari Muhammad 24 tahun yang lalu sebagai istri ke dua. Beliau menerima itu semua dengan senang hati untuk hidup bermadu karena beliau bercita-¬cita :
• Mendapat suami yang secara praktikal berjuang dan membimbingnya kepada Islam dan Iman.
• Membela poligami sebagai hukum Allah yang perlu diterima dan dijayakan.
Dengan bimbingan suaminya, beliau kini menjadi seorang mubalighah yang gigih dan berkesempatan bersama-sama suaminya menjelajahi beberapa negara di dunia untuk menyampaikan pesan Islam. Diantara negara-negara yang pernah dikunjunginya adalah : Mesir, Siria, Tunisia, Magribi, Spanyol, Yordania, Turki, UK, Perancis, Belanda, Australia, Selandia Baru, Pakistan, Indonesia, Thailand dan lain-lain.
Disamping sebagai pendakwah, beliau juga giat dalam bidang penulisan. Beliau menjadi sekretaris Ust Ashaari Muhammad. Bahkan ada dua buah buku karya bersama beliau dengan suaminya itu yaitu buku ‘Kembara Membuktikan Kebenaran AI-Qur’an’ dan novel ‘Selamat Tinggal Duniaku’.
Buku ‘Manisnya Madu’ merupakan kupasan beliau secara ilmiah dan praktis mengenai poligami setelah menempuh pengalaman berpuluh tahun hidup bermadu. Di balik hukum Allah yang dianggap kontroversial ini beliau dapat mencungkil hikmah kasih sayang dan didikan Allah yang sangat bernilai. Dan inilah yang dipaparkan kepada para pembaca, sebagian puisinya :
Istri yang solehah, senantiasa taat pada Allah dan
patuh dengan suaminya
Suami yang tersalah senantiasa diberi maaf
Cemburu dengan suami tiada dalam sikapnya
Kepulangan Suami disambut senyum penuh hormat
Kekurangan yang diberi dari suaminya
Tidak pernah ia menyanggahnya
Merasa puas dengan pemberian Suami
Kesalahan suami didoakan pada Tuhannya
Dengan suaminya senantiasa berbaik sangka
Redho dengan pemberiannya sekalipun banyak kekurangan
Senantiasa simpati dengan kesusahan
Simpati dengan kesusahan suaminya
Kebuntuan suami diberi semangat dengan kata-katanya
Suami mendapat semangat
Dari istri yang bertimbang rasa
Suami mendapat inspirasi bila bersamanya
Begitulah sifat istri yang solehah
Susah senang diharungi dengan bahagia
Cemburu tiada dalam kamus hidupnya
Suamipun cinta dan bertimbang rasa padanya
(Abuya Syeikh Imam Ashaari Muhamad At Tamimi)
B. Penderitaan Wanita Barat karena menolak hukum Tuhan yang dianggap kejam.
Wanita Barat sudah memilih kehidupan liar sebagai cara untuk mengisi kehendak fisiologisnya itu. Mereka menjual tubuhnya dengan murah kepada sembarang laki-laki. Mereka tidak perlu memikirkan akan menikah, sebab institusi pernikahan dan rumah tangga sudah tidak perlu bagi mereka. Mereka boleh mencintai sepuluh laki-laki dalam satu waktu dan melakukan hubungan dengan laki-laki mana saja atau suami yang mereka sukai. Suami cuma pinjaman. Boleh ada boleh tidak ada. Boleh datang boleh pergi. Tidak ada halangan dan undang-undang apapun. Masyarakat juga memandang rendah dan hina. Bila tua ‘suami’ pendatang itu sudah tidak datang lagi. Tinggallah sendirian, kekosongan. Tidak ada anak tidak ada cucu. Artinya tidak ada keluarga. Tidak ada orang yang bersama dalam hidup. Tidak ada yang mau diberi kasih sayang, juga tidak ada yang menyayangi. Jadi sampah masyarakat, hidup dalam neraka dunia sebelum neraka akherat yang kekal abadi.
Itulah cara hidup Barat dan mereka merasa bahagia seperti itu. Sanggupkah kita seperti itu? Sanggupkah kita membiarkan saudara seagama kita jadi seperti itu? Apakah cara itu benar-benar memberi kebahagiaan? Percayalah tidak ada kebahagiaan dalam melanggar perintah Tuhan. Tidak ada ketentraman dengan melakukan kemungkaran. Masa depan akan gelap, senangnya hanya sebentar.
Sejahat manapun wanita Islam, namun keinginan berumah tangga tetap ada. Ingin mempunyai suami yang sah, yang diakui oleh masyarakat serta mempunyai anak-anak secara halal dan suci.
Sangat menarik puisi cetusan hati nurani Khadijah Aam, istri kedua Ustaz Ash’ary Muhammad yang berjudul “Ingin kukatakan” berikut ini :
Kalau bukan karena-Mu ya Allah,
masakan aku berada di atas jalan ini?
Hidup berada di antara pergiliran nikmat dan ujian,
Nikmat untuk melatih rasa syukur, ujian untuk
melatih rasa sabar.
Jadilah wanita utama dengan memiliki sifat-sifat sabar,
redha dan syukur.
Gembira ada batasnya, duka juga ada batasnya,
Tetapi kegembiraan di akherat adalah untuk
selama-lamanya.
Harga surga itu bukannya segunung emas,
Tapi ialah limpahan air mata dari hati yang
takutkan Allah.
Kalau engkau dapat berkata “Ya” pada poligami,
Sungguh engkau telah menang terhadap nafsumu
Dan kalau engkau dapat berbuat baik dengan madumu
dan suamimu
Itu artinya engkau telah menyintai Allah dengan
sebenar-benar cinta.
Pahitnya poligami adalah pergiliran ujian dan nikmat. Suami meninggalkan merasa rindu, nanti pulang bersama kasih sayang. Sejahat-jahatnya suami masih juga memikirkan tanggung jawab pada rumah dan anak-anak. Terbela juga nasibnya. Tidaklah sampai tidak tahu kemana hendak mengadu. Bertengkar ada, berbaik-baik juga ada. Bila tua ketahuan juga rumah tangga dan anak cucunya. Ada masa depan seperti orang lain. Sementara kehidupan perawan tua atau perempuan yang melacurkan diri itu nasibnya gelap pekat. Jauh lebih parah dan lebih malang daripada wanita yang berpoligami. Sebab mereka tidak ada masa depan. Laki-laki yang menggunakan pelacur bukan orang yang mau bertanggung jawab atas dirinya dan anaknya. (Khadijah Aam)
C. Yang bertuhan kepada nafsu
Kau sedaya upaya mau membutakan hatiku
Dari melihat Tuhan Rabbul Aalamin
Kau bisikkan bermacam-macam hal yang lain
Yang menarik
Atau kalau tidak berhasil
Kau bayangkan bermacam-macam kesusahan
Sehingga aku selalunya tidak khusyuk dengan Allah
Aku jadi tidak berakhlak dihadapan Allah yang Besar
Kau mau aku jemu dengan Allah
Lupakan Allah, dan peduli apa dengan Allah
Alangkah durhakanya engkau
Dan mau aku juga durhaka seperti itu
Nafsuku
Sudah kukenal tipu muslihatmu
Sudah kukenal
Allah memperkenalkan engkau padaku
Maka terlihat olehku begitu sekali kejahatanmu
Maka sesudah ini
Apa kau harap untuk
Terus mampermainkan aku
Dan menyiksa aku?
Tidak wahai nafsuku
Sudah kupinta dari Allah
Senjata buat membunuhmu
Dan aku cukup yakin dengan betas kasih Allah
Untuk melindungi aku
Dari kejahatanmu
Yakni dengan iman dan taqwa
Yang kuat didada
(Abuya Syeikh Imam Ashaari Muhammad At Tamimi)
BAB VII
AKU DIKURUNG TUHAN
DI SEBUAH DUSUN
A. Kamu tidak akan menjadi orang
“Kamu tidak akan menjadi orang”. Ucapan ibu-ibu di sebuah dusun, tetap keringat, sampai di saat aku hampir mencapai gelar doktor. Aku dahulu merasa aneh, kenapa Tuhan mengurung aku di sebuah pulau kecil yang bernama Dusun Pulau Jambu di Kabupaten Kampar. Kepada teman-teman sama-sama tidur di surau, Penulis menceritakan niat, ingin kuliah di kota Pekanbaru – Riau. Tapi kawan-kawan di sekelilingku semuanya menghina aku. Karena di antara mereka tidak ada yang berniat ingin terbang ke kota. Mereka merasa lebih aman, tentram berada di dusun, seperti tenangnya, ayam-ayam di dalam kandang. Sedangkan diri, tidak suka terkurung dalam kandang. Aku ingin terbang di sisi awan merajai angkasa, seperti burung elang rajawali. Coba simak, cerita seorang Naturalis :
Sayup-sayup terdengar teriakan panik sang induk ayam. “Anak¬-anak, lari, sembunyi! Selamatkan diri masing-masing. Itu adalah rajawali, musuh dan pemangsa ayam!”
Segera semuanya mengambil langkah seribu dan bersembunyi dengan ketakutan di kolong rumah. Tetapi tidak demikian dengan “si rajawali kecil”. Sedikit pun rasa takut tidak muncul dalam dirinya. Sebaliknya dia merasakan sebuah pang¬gilan yang kuat dalam batinnya. Lengkingan dari langit itu seakan berkata, “Hai anak rajawali; ingat akan jadi dirimu. Kamu bukan anak ayam seperti yang kamu dengar dan pikirkan selama ini. Kamu adalah rajawali. Lihat sayapmu yang lebar. Lihat kaki dan cakarmu yang besar dan kuat. Pakailah dan aktualisasikan semua potensi dirimu yang luar biasa itu. Mari, bergabunglah bersamaku mengarungi angkasa luar yang tiada tara.”
Menjawab panggilan itu, perlahan rajawali kecil mulai ber¬lari sambil mengepakkan sayapnya. Semakin cepat dan kencang sehingga sedikit demi sedikit tubuhnya pun terangkat. Namun karena belum terbiasa, dia pun jatuh. Tidak putus asa, dia mencoba lagi dengan lebih bersemangat. Tetapi hasilnya sama saja, baru terbang sedikit langsung jatuh.
Sementara itu, terdengar suara hiruk-pikuk dari kolong rumah. “Hei… jangan bodoh. Cepat bersembunyi di sini se¬belum dipatok dan dimangsa. Ingat, kita adalah bangsa ayam yang tidak pernah bisa terbang. Ayo jangan terlambat!”
Rajawali kecil bimbang. Mau mencoba terbang lagi, ia sudah capek. Tetapi bergabung ke kolong, hatinya tidak rela. la berada di sebuah persimpangan, dan harus memilih. Setelah beberapa saat, pilihan pun diputuskan. Ia memilih untuk ber¬gabung dengan masyarakat ayam. Tragis…. kota Naturalis, pencinta Alam.
Demikianlah kisah ini terjadi. Rajawali kembali menjadi ayam dan memilih untuk melupakan dan mematikan spirit yang ada di dalam batinnya. Hingga akhir hayatnya, dia tetap merasa dan mengganggap dirinya sebagai ayam.
B. Suara hati adalah suara Tuhan.
Pembaca yang budiman, kisah ini bercerita tentang suara langit dan bumi. Kedua suara ini sangat penting untuk kita tangkap dan bedakan. Ia menjadi suara hati, dari Tuhan.
Kita adalah putra langit, putra rajawali yang mampu terbang tinggi menjelajahi awan-gemawan dan mengepakkan sayap mengarungi langit dengan bebas. Jauh di dalam batin kita ada panggilan jiwa yang tidak pernah diam menantang kita untuk menjadi yang terbaik “Anda adalah orang yang terbaik”.
Pertanyaannya, apakah kita bersedia menjawab panggilan tinggi itu, yang juga adalah suara Tuhan ataukah kita menjawab suara rendah, yang mengatakan kita bukanlah siapa-siapa?
Kita semua dilimpahi dengan potensi “luar biasa” untuk diaktualisasikan. Maukah kita berusaha mengembangkannya? Buanglah mentalitas seperti rajawali kecil di atas, yang karena lelah, pernah gagal, ragu dan bimbang, putus asa, lalu memilih mendengarkan suara bumi. Sebaliknya, pilihlah untuk ber¬tarung sekuat tenaga sampai kita mendapati bahwa kita bukan¬lah pecundang, tetapi pemenang dengan prestasi luar biasa.
Kita semua adalah rajawali, mari dengan tegas menjawab panggilan surgawi, panggilan ilahi untuk melakukan hal-hal yang besar, hebat, dan luar biasa.
Bung Karno sebagai Rajawali Indonesia menyatakan sebagai berikut :
1. Berikan padaku 1000 orang tua, aku sanggup memindahkan gunung semeru. Berikan padaku dua orang pemuda, aku akan menggoncangkan dunia.
2. Sekalipun kakimu di dalam kampar, gantungkanlah cita-citamu di langit yang tinggi.
3. Kemerdekaan adalah jembatan emas menuju kemakmuran rakyat.
4. Go to heel rentenir dunia IMF
C. Tidak dihormati di tempat asal.
Penulis pribadi, tidak begitu sedih karena tidak dihormati di tempat, asal penulis, sebab jangankan orang biasa seperti Penulis, sedangkan nabi-nabipun tidak dihormati orang :
Isa mengaku Nabi
Mat 13 : 57 Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: “Seorang nabi dihormati dimana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya.” (Mat 21:11, Mar 6:4, Luk 4:24, Luk 3:33, Yoh 4:44)
Nabi Isa saja mengaku dengan jujur bahwa dia hanyalah seorang Nabi. Semua umat islam dimanapun mereka berada, semuanya menjadikan Yesus sebagai seorang nabi saja. Tapi anehnya semua umat Kristen tidak mau menjadikan sebagai nabi mereka. Bahkan mereka jadikan sebagai Tuhan.
“Tuhanmu (hai Muhamad) yang menciptakan dan menentukan CiptaanNya. Bagi mereka (ciptaanKu) tiada pilihan”. Q. 28:68)
Tiada pilihan bagi seseorang yang menciptakan semua makhluk. Tuhanlah yang mencipta dan memilih bentuk, warna bagi yang diciptakanNya.
Tuhan takkan marah kepada Anda, mengapa anda pendek atau jangkung. Tuhan takkan menghukum anda karena anda tidak memindahkan matahari dari peredarannya atau menghentikannya.
Tuhan hanya akan minta tanggung jawab anda terhadap kewajiban-kewajiban anda. Tentang memenuhi atau tidaknya kewajiban-kewajiban itu, anda bebas. Inilah yang akan kita bicarakan Anda bebas untuk menahan atau membiarkan emosi anda. Anda bebas untuk menuruti hawa nafsu anda atau mengekangnya. Anda bebas untuk menghalangi terlaksananya niat buruk anda. Anda bebas untuk mengobarkan semangat perjuangan anda yang luhur itu. Anda bebas untuk mengorbankan jiwa raga dan harta benda anda sendiri. Anda bebas berlaku jujur atau curang. Anda dapat berbohong dan dapat juga tidak berbohong. Dapat menjauh¬kan diri dari harta yang tidak halal. Dapat menutup mata terhadap kelemahan dan kekurangan orang lain. Dapat mengendalikan mu¬lut supaya tidak mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas, se¬perti mengumpat, mengadu, menfitnah dan lain-lain sebagainya. Dalam ruang lingkup ini kita semua bebas, tetapi bertanggung jawab.
Ini, tak dapat dibantah. Adapun kenyataannya ialah, perasa¬an kita di dalam hati nurani masing-masing. Kita rasakan tanggung jawab itu. Apabila berbuat suatu kesalahan, pastilah kita menye¬sal di dalam hati. Di dalam hati nurani kita sendiri. Sebaliknya akan merasa bahagia dan gembira jika kita berbuat baik dan benar. Setiap kita hendak berbuat sesuatu, maka kita pertimbangkan dahulu dan membuat kalkulasi dan perhitungan seribu kali, ke¬mudian kita ambil keputusan dan inisiatif. Adapun menimbang, membuat perhitungan dan mengambil keputusan terakhir, adalah tugas utama kita. Dalam tugas ini kita bebas 100 %, maka tang¬gung jawab kita terhadapnya pun 100 % juga.
Kita dapat membedakan antara tangan yang gemetar karena kedinginan atau demam dan tangan yang gemetar karena menulis. Gemetar yang pertama itu adalah paksaan. Sedang yang kedua adalah gerakan yang bebas dan atas kemauan sendiri. Seandainya dalam kedua hal tadi dipaksa, tentu kita tak dapat membedakan antara kedua-duanya, antara gerakan yang disebabkan demam dan karena menulis.
BAB VII
YANG BURUK JELEK
TAPI MEMBANGGAKAN
A. Aku anak yang terjelek
Ini pengalaman pribadi lagi. Kisah nyata. Seorang Dukun muda, menumpang tinggal di rumah kami beberapa minggu lamanya. (Penyalai Kuala Kampar).
Ibuku : “Siapa di antara anak-anakku ini yang kelak membela nasib orang tuanya?
Dukun : “Rakib, sambil menunjuk ke arahku. Hatiku agak senang, tapi disembunyikan.
Ibuku : “Ah, tidak. Di antara anak aku, dialah (diriku), yang paling tidak aku senang.
Ucapan ibuku, itu terus terngiang di telingaku, semenjak tahun 1969. Dua puluh tahun kemudian ternyata di antara 6 bersaudara, aku sendiri yang Sarjana (calon doktor) dapat beasiswa. Demi Allah, aku dapat membantu kedua orang tua. Aku yang dahulunya dipandang jelek, atas karunia Allah mempunyai kelebihan tertentu. Maaf bukan membangga.
Aku teringat, akan kisah nyata lainnya tentang seorang ibu yang memiliki tangan buruk dan jelek.
Selama ini sang ibu berhasil menyembunyikannya dengan memakai baju berlengan panjang. Ia kaget, terkejut, dan menunjukkan mimik tidak suka karena merasa jijik.
“Suatu hari ketika Ibu sedang bekerja, terdengar teriakan, kebakaran…!. kebakaran…..!. kebakaran!’. Dengan panik, Ibu meninggalkan cucian, dan berlari menuju tempat kebakaran. Sesampai di sana badan Ibu langsung lemas, karena ternyata rumah kita sedang diamuk api.”
“Tahukah di mana kamu waktu itu? Di kamar tertidur pulas. Dengan histeris Ibu pun menerobos masuk untuk menyelamatkan kamu, tetapi dihalangi oleh masyarakat. Tentu tidak mungkin kamu Ibu biarkan coati dilalap api. Dengan se¬kuat tenaga dibantu badan yang licin karena dipenuhi sabun, lbu pun terlepas.”
“Ibu menerobos masuk, menerjang ke kamar, dan menemu-kan kamu sudah dikelilingi api. Syukur kamu belum apa-apa. Dengan segera Ibu membungkus kamu dengan sarung basah. Tinggal, bagaimana cara keluar. Asap hitam di mana-mana dan Ibu kehilangan arah. Namun Ibu nekat menerobos dan berhasil menemukan pintu keluar.”
“Sayang, karena panik, Ibu tidak memperhatikan keada¬an sekeliling. Sebatang kayu yang sedang terbakar jatuh dan menimpa tangan Ibu. Kamu terlepas dan diselamatkan warga. Hasilnya seperti beginilah tangan Ibu.”
Mendengar kisah dramatis itu, si anak remaja diam terpaku. Perasaan haru muncul di hatinya hingga tidak sadar air mata pun meleleh di pipinya. Perlahan ia pun mendekatkan dirinya ke tangan sang ibu, memeluk, dan menciuminya dengan lem¬but seraya berkata, “Tangan Ibu begitu hebat dan kuat. Aku bangga punya Ibu yang begitu mengasihiku, yang rela mengor¬bankan segalanya untuk menyelamatkan aku. Sungguh, aku cinta tangan Ibu.”
B. Yang jelek dan buruk juga ciptaan Tuhan
Sesuatu itu baik atau buruk tergantung bagaimana kita melihatnya. Tangan Ibu tampak buruk tanpa kisah di baliknya. Namun ketika kisah tangan itu diceritakan, maka seketika terjadi perubahan pandangan: dari tangan buruk menjadi tangan perkasa. Tidak sedikit yang berwajah jelek, nasibnya bagus kerjanya juga bagus. Kerja adalah ibadah, aku bekerja serius penuh kecintaan menuntut kita menggeser cara pandang kita terhadap pekerjaan. Ketika kita mampu bekerja dengan niat untuk dibaktikan kepada Tuhan, maka dalam sekejap wajah pekerjaan menjadi berwujud spiritual. Wajah kitapun berseri-seri.
Wajah pekerjaan sering kali terasa buruk. Bisa karena upahnya kecil, jauh dari rumah, terasa monoton, teman sekantor tidak bersahabat, dan banyak alasan lainnya. Namun, apabila kita memahami pekerjaan adalah cara Tuhan memberkati kita, maka timbul kesadaran baru bahwa pekerjaan itu sangat ber¬harga.
Renungkanlah kembali pekerjaan Anda. Pikirkanlah, dengan pekerjaan itu Anda pernah, sedang, dan akan diberkati. Niscaya dengan cara demikian, seperti bunyi etos ini, kerja adalah ibadah kita, maka kita akan mampu bekerja serius penuh kecintaan. Kalau warna kulit dan bentuk wajah yang buruk, tidak apa-apa, sudah takdir Allah, tapi kalau niat yang buruk dan hasil kerja yang buruk, memang menjadi malapetaka, menyiksa diri, keluarga, dan orang lain. Bahkan dapat mencelakakan dunia. Itulah yang dilakukan oleh Westerling, Hitler, Mosolini, Rodovan Karazic, Menahen Begin, dan seluruh pembesar negara Israel.
C. Kelebihan di dalam jelek dan buruk
Orang yang berkulit hitam legam, menurut penelitian, tidak akan terkena oleh penyakit kanker kulit, di saat lapisan ozon kian menipis, bahkan bocor. Di saat itulah orang berkulit kuning dan putih sangat rawan terhadap penyakit kulit yang bermacam-macam jenisnya.
Ciptaan Allah, betapapun hitam, buruk, dan jeleknya, sebenarnya tidak ada yang jelek, hanya mata manusia yang selalu salah memandangnya. Semakin jelek seseorang, semakin rendah godaan untuk berbuat maksiat, di dalam dirinya. Biarlah seseorang buruk dan jelek menampilan fisiknya, tapi intellek, agamis cara berfikirnya maka tempatnya di masjid atau di DPR. Sebaliknya orang yang putih kulitnya cakep dan tampan, tapi pezina dan koruptor, maka tempatnya di penjara. Di akhirat kelak masuk neraka:
“Sesungguhnya Tuhan tidak memperhatikan bentuk dan rupamu. Dia memperhatikan hatimu dan amalmu” (Al-Hadits)
Ada surat kabar Inggris yang menurunkan hasil penelitian bahwa orang kulit hitam lebih indah dan lebih sempurna kehidupan seksualnya, dibandigkan dengan rata-rata orang kulit putih di Eropa, karena itu makin banyak jumlah orang kulit putih yang menikah dengan yang kulit hitam (Wallahu alam bissawab).
D. Hukuman Potong tangan dianggap buruk.
Sebagai dasar pelaksanaan hukuman tangan bagi pencuri ilah Al-Qur’an surat Al-Maidah : 38 yang menyatukan sebagai berikut : “Para pencuri laki-laki dan wanita hendahlah di potong tangannya supaya menghilangkan kejahatan di dunia ini”.
Di zaman Umar yang menjadi yang menjadi presiden Islam yang ke-II beliau pernah tidak memperlakukan hukuman potong tangan terhadap seorang pencuri dimusin kegagalan panen (musim paceklik) sebaliknya yang dihukum adalah orang yang kaya yang gandumnya dicuri/pencuri tersebut.
Hikmah hukuman potong tangan itu, yaitu :
1. Menanamkan rasa percaya diri terhadap semua orang bahwa dengan 2 tangannya manusia bisa mencari rezeki yang halal. Di dalam Al-Qur’an surat jumat : 9 menyatakan rahasia yang mendapatkan banyak rezeki ialah harus bangun pukul 4 subuh berdoa kepada Tuhan kemudian bertebarlah di muka bumi mencari rezeki yang telah diciptakan Tuhan.
2. Hukuman potong tangan itu sifatnya praktis dan memberikan rasa takut kepada anak-anak yang melihatnya.
3. Memberikan peringatan kepada orang-orang kaya memperlakukan saudara-saudaranya yang miskin agar secepatnya dibantu supaya tidak terkena hukuman potong tangan.
4. Sebagai cabuk bagi dunia pendidikan agar menanamkan etos kerja kepada semua anak didiknya dan harus dijamin bahwa tangan mereka benar-benar terampil
5. Sebagai dorongan bagi orang tua untuk menghapuskan sifat-sifat malas di dalam keluarganya karena orang-orang yang malas itulah kelak yang akan menjadi perampok dan pencuri.
6. Sebagai pelajaran bagi resedivis (penjahat) agar tertanam dalam hatinya untuk tidak mencuri lagi dengan penyesalan yang sangat tinggi.
7. Sebagai dorongan bagi wakil rakyat dan pemerintah yang berkuasa agar benar-benar menghapuskan kemiskinan di daerahnya.
8. Agar orang kaya benar-benar menyalurkan zakat, infak dan sedekahnya kepada fakir miskin, sehingga simiskin tidak akan mencuri.
9. Agar para ulama, muballigh benar-benar menanamkan keimanan yang kokoh kepada masyarakatnya, sampai ia yakin bahwa masyarakat disekitarnya tidak akan mencuri.
10. Agar para cendikiawan dan para sarjana benar-benar memberikan keterampilan yang benar-benar mampu membuat generasi mudanya, hidup mandiri, dan mustahil ia akan mencuri.
Maaf kesimpulan pemikiran ini masih boleh dibantah, karena 10 Hikmah tersebut hanya hasil renungan penulis pribadi yang dho’if.
BAB IX
SIMPULAN DAN PENUTUP
A. Kesimpulan
Jawaban terhadap orang yang menyatakan Tuhan terlalu pelit, Tuhanlah yang salah.
Orang berpendapat, bahwa kebebasan berbuat semau diri, adalah pelanggaran terhadap kehendak Tuhan, merampas kedaulatan dan wewenangNya. Mereka anggap menuntut kebe¬basan, serupa dengan mempersekutukan Tuhan dalam memerin¬tah dan menghukum. Atas dasar faham tersebut, menyatakan akan menjadi banyaknya kehendak selain kehendak Tuhan. Faham ini tidak benar sama sekali. Sebab, kehendak Tuhan di atas kehendak manusia. Kehendak manusia takkan dapat mengalahkan kehendak Tuhan.
Adakalanya seorang berbuat sesuatu yang dibenci Tuhan. Tetapi ia takkan dapat berbuat apapun yang berlawanan dengan kehendak Tuhan itu.
Tuhan memberi kita kebebasan untuk berbuat segala sesuatu, sekalipun yang dibencinya. Karena itu kita dapat berbuat pelanggaran dan berbuat maksiat. Tetapi, sekali-kali Dia takkan memberi kebebasan kepada siapa pun untuk mengalahkan dan menyabot kehendak-Nya itu. lni, salah satu dari kerelatifan dan keterbatas¬an kebebasan manusia. Tuhan berfirman .
“Jika Tuhanmu (hai Muhamad) menghendaki, tentulah mereka semua beriman. Apakah kau hendak memaksa manusia semuanya beriman”. Q. 10:99
B. Penutup
Akhirnya Penulis tutup dengan yang pernah di ucapkan oleh Imam Ashaari Muhammad At-Tamimi, dalam bahasa Melayu Malaysia :
Aku menangis wahai Tuhan
Karena aku belum redho dengan takdir-Mu
Aku menangis wahai Tuhan,
Karena aku belum dapat bergembira dengan kegembiraan
orang lain
Aku menangis wahai Tuhan,
Karena aku belum dapat mengutamakan akhirat dari dunia
Demikian tidak sucinya hatiku wahai Tuhan
Lalu aku menangis selalu
Karena sakitnya hatiku
Karena terasa beratnya bebanku ini
Mengapa engkau menguji begini Tuhan
Apa maksud-Mu?
Pengampunan dosa?
PeRingkatan derajat?
Atau kutukan penghinaan?
Tuhan,
Engkau adalah Tuhan yang Rahim
Cukup baik dan paling baik
Masakan Engkau bermaksud jahat padaku,
Sedangkan Engkau tahu betapa rindunya aku,
Untuk menjadi manusia yang baik,
Yang selamat dunia dan akhirat
Sering aku menangis
Memohon dari-Mu iman dan taqwa,
Aku menangis memohon hati yang sejahtera dan bahagia
Ketika berada dalam ujian-Mu
Engkau tentu lihat wahai Tuhan
Air yang mengalir dari mataku
Waktu sujud pada-Mu
Untuk menagih keampunan-Mu
Dan meminta diisi hatiku ini
Dengan iman dan taqwa
Dengan rasa cinta dari rindu pada-Mu
Rasa malu dan harap
Rasa gerun dan hina diri
Dihadapan-Mu wahai Rabbul ‘Alamin
Rasa redho dan sabar, ikhlas dan tawadhuk,
Hingga aku dapat tenang waktu diuji
Dapat gembira bersama kegembiraan orang lain
Namun kapan agaknya permohonan itu,
Akan mendapat layanan dari-Mu?
Atau aku tidak layak untuk-Mu?
Tuhan,
Sungguh aku yakin dengan kepemurahan-Mu
Karena sudah sering Engkau menolongku
Maka demikianlah kali ini, ujian ini moga-moga untuk tujuan
aku dapat menjadi hamba yang redho dengan Tuhannya,
Yang dapat bergembira dengan kegembiraan orang lain
Yang dapat melihat akhirat itu jauh lebih utama dan
lebih hebat dari dunia ini
Agar aku tidak menangis lagi, Tuhan
Tidak lagi menangisi dunia yang menipu ini!!!
DAFTAR BACAAN
1. Tunjuk Ajar Melayu H. Thenas Effendi
2. Jati Diri Melayu T. Lukman Sinar, SH
3. Orang Melayu Drs. Isjoni Ishaq, dkk
4. Khasanah Peribahasa Melayu Sulaiman Zakaria
5. Berpikir Positif Norma Vincent Peale
6. Berpikir Bertindak Dou Hooper
7. Berpikir dan Berjiwa Besar David J Schwartz
8. Membina Pribadi Dinamis Kreatif William GG & William OU
9. Pribahasa Balai Pustaka
10. Kandil Akal di Pelataran Budi Al Azhar & Elmustian
11. Keajaiban Kekuasaan DR. Amien Rais
12. Pelajaran Berpikir, Berpikir Lateral
Enam Topi Berpikir, dll Edward de Bono
13. Berpikir Maju Sumber Dari Sedap Sukses … Napoleon Hill
14. Dilema Melayu Mahathir Muhammad
15. Filsafat Takdir Arifin Jami’an M
16. Sulalatus Salatin (Sejarah Melayu) A. Samad Ahmad
17. Membongkar Mitos Barat Muhammad Rakib
18. Wirid Yasin Sebagai Universitas Muhammad Rakib
19. The Teachings of the Compassionate
Buddha, 1958, E.A. Burtt.
20. Buddhism, 1952, Christmas Humphreys.
21. Sources of Chinese Tradition, jld 1, 1964, Wm. Theodore de Bary.
22. World’s Living Religions, 1930, Robert Ernest Hume, Ph.D.
23. The Religions of Man, 1961, Huston Smith.
24. Guide to the World’s Religions, 1963, David G. Bradley
25. How the Great Religions Began. 1960, … Joseph Gaer.
26. Dhual-Islami, jilid I–III, 1964, Dr. Ahmad Amin.
27. Bahjar-al-Sunniyat, edisi 1319 H, Muhammad ibn
Abdil¬lah Al Khalidi.
28. Aqaid bainal Samak wal Ardhi, 1962, Dr. Sulaiman Mud¬zhir.
Lampiran I
SOSIOLOGI SAINS
(M. RAKIB JANE MARY)
Sesuai dengan Q.S. Yasin : 81
PLANET MIRIP BUMI DITEMUKAN
581 C DI LUAR SISTEM TATA SURYA
Washington, Tribun Pekanbaru 26 April 2007 : Astro¬nom Eropa, Rabu (25/4), mene¬mukan sebuah planet baru yang paling mirip dengan bumi, di luar sistem tata surya. Planet 581 c dengan temperaturnya yang sejuk, memungkinkan adanya air dan kehidupan.
Para ilmuwan dari Swiss, Perancis, dan Portugis yang ter¬gabung dalam satu tim meng¬gunakan teleskop ESO 3.6-m. “Planet yang belum diberi nama itu besarnya satu setengah kali bumi dan lima kali lebih pejal,” ungkap kata Stephane Udry dari Observatorium Jenewa.
“Kami sudah menaksir bahwa suhu rata-rata super-Bu¬mi ini antara 0 hingga 40 derajat Celsius, karena itu air dalam keadaan cair,” ujarnya.
Planet itu terletak di sekitar bintang yang disebut Gliese 581, sekitar 20,5 tahun cahaya dari sistem tata surya Bumi dan termasuk 100 bintang terdekat dari Matahari. Planet itu lebih dekat ke bintangnya dibanding jarak Bumi ke Matahari. Satu tahun planet tersebut sama dengan 13 hari di Bumi.
Xavier Delfosse dari Uni¬versitas Grenoble di Prancis mengatakan planet temuan baru itu dapat dihuni dan pasti menjadi sasaran bagi misi luar angkasa mencari mahluk luar angkasa di masa depan. “Air dalam bentuk cair sangat pen¬ting bagi kehidupan. Bagai peta harta karun, orang akan me¬nandai planet ini dengan tanda X,” katanya.
Lebih dari 200, planet di luar tata surya Matahari, ditemukan dalam 12 tahun terakhir. Keba¬nyakan adalah gas padat yang sangat besar mirip Jupiter.
Menurut para peneliti da¬lam sebuah surat yang disampaikan pada jurnal Astronomy and Astrophysics, planet ini mungkin berbatu, dengan air, dan dalam zona yang dekat dengan matahari.
Gliese 581 terletak diantara 100 bintang terdekat dari bumi, hanya 20,5 tahun cahaya dalam rasi bintang Libra. Satu tahun cahaya yaitu jarak yang ditem¬puh cahaya dalam satu tahun, sekitar 10 triliun kilometer. Bintang Gliese 581 lebih kecil dan lebih suram dibanding matahari. Jadi planet tersebut bisa lebih dekat ke Gliese namun tempe¬raturnya tidak terlalu panas.
Menurut David Bennett, peneliti planet dari Universitas Notr Dame di Indiana, sejuknya temperatur planet tersebut saat ini bukan berarti menunjukkan air masih ada di sana. Mungkin saja air itu telah menguap karena temperatur planet yang sangat panas sebelumnya.
Tim yang sama juga telah mengidentifikasikan planet yang lebih besar dan juga me¬ngorbit Gliese 581. Para ang¬gota tim mengatakan mereka mempunyai bukti yang kuat mengenai planet yang memiliki massa delapan kali lebih besar.
Misi masa depan, berkisar 20 sampai 30 tahun, mungkin akan mampu menghambat cahaya dari bintang dan mengambil gambar spektrografik planet-¬planetnya. Warna cahaya yang datang dari planet dapat mem¬berikan isyarat ada tidaknya air atau mungkin saja sejumlah be¬sar tanaman ada di sana.
Tim peneliti termasuk para ilmuwan yang telah menemu¬kan planet di luar sistem tata surya di tahun 1995. Banyak tim yang mencari planet yang me¬ngelilingi bintang yang lain. Ter¬utama sekali planet yang mirip dengan bumi kita, yang dapat menyokong kehidupan di masa depan. (eso/ap/dpa/ant/art)